28. Tugas Fotografi

35 6 10
                                    

Gamaliel menopang dagu sembari menatap buku yang berisi tentang rasa penasarannya pada gadis dalam mimpinya yang diduganya Celine. Sementara itu, tangan kanannya sibuk memainkan bolpoin. Dia menghela napas, gara-gara perintah dari adik tingkatnya, dia malah penasaran lagi dengan gadis itu. Padahal, seharusnya sekarang dia sudah tak perlu memikirkannya. Terlebih, ada hal yang sebenarnya lebih penting untuk dia selidiki daripada gadis itu.

"Hai, Mal!" seru Veranda membuat Gamaliel tersentak seraya dengan cepat menyembunyikan buku itu ke dalam tas. "Sorry, aku telat. Tadi dipanggil Pak Tedjo," tambahnya seraya duduk di depannya.

"Santai, gue juga baru dateng," tanggap Gamaliel seraya memanggil pramusaji. "Lo mau pesen apa?"

"Es teh aja."

Gamaliel lalu menyampaikan pesanannya dan Veranda, sementara si pramusaji mencatat. Sebelum pergi, pramusaji mengulangi pesanan Gamaliel. Setelah dia memastikan tidak ada yang lewat, dia segera undur diri.

Ketika pramusaji telah pergi, Gamaliel langsung memalingkan wajahnya pada Veranda.

"Jadi, kenapa lo ngajak gue ketemuan?" tanyanya.

Veranda buru-buru mengeluarkan kamera DSLR dari tasnya. "Kamu bisa bantuin aku cari spot foto nggak?"

Mendengarnya, Gamaliel menggaruk tengkuknya. "Gimana ya ... masalahnya gue juga belom nemuin spot yang bagus—"

"Kalau gitu kita cari bareng aja. Sabtu, kita kumpul di sini. Gimana? Mumpung libur juga 'kan?"

"Oke, mau jam berapa?"

"Pagi, jam sembilan?"

"Jam sepuluh aja. Soalnya gue jam segitu masih ngejar dl tugasnya Pak Soni."

Mau tak mau Veranda setuju.

Setelah obrolan mereka selesai, pramusaji datang membawakan pesanan mereka. Sambil menikmati pesanan, mereka berdua membicarakan topik-topik ringan seputar gaya nyentrik beberapa dosen yang mengajar mereka dan kadang membicarakan tentang topik yang berhubungan dengan desain. Pembicaraan mereka berakhir ketika telepon pintar Veranda berdering dan membuatnya mau tak mau mengakhiri pertemuannya dengan Gamaliel.

><

Gamaliel membuka pintu kamarnya dan langsung duduk di atas kursi belajarnya, tak lupa dengan sebelumnya menaruh tasnya di bawah. Dia menghela napas sembari mendongakkan kepala. Masih tak menyangka jika Veranda mengajaknya bertemu untuk mengerjakan tugas bersama. Akan tetapi, jika hanya berdua saja, apa tidak apa-apa? Apalagi, dari yang dia dengar, Veranda cukup dekat dengan mahasiswa lain yang katanya adalah pacarnya.

Sebenarnya itu tidak masalah buatnya. Hanya saja, dia tidak mau membuat keributan jika pacar Veranda tipe pencemburu tingkat tinggi dan juga ringan tangan.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba saja Gamaliel menepuk kepalanya.

Bego banget! umpatnya seraya menggertakkan gigi. Gue lupa nanyain dia soal itu.

Gamaliel menghela napas. Bisa-bisanya dia lupa menanyakan perkara yang termasuk penting—untuknya—itu.

Tapi, nggak masalah juga sih. Toh, Sabtu kita bakal ketemuan lagi. Jadi, gue masih bisa tanyain tentang itu ke dia.

Gamaliel mengambil telepon pintarnya dari dalam saku. Mencari sesuatu. Hal yang mungkin akan membuatnya sedikit nostalgia saat pertemuannya nanti.

 Hal yang mungkin akan membuatnya sedikit nostalgia saat pertemuannya nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25 Juli 2021

Maaf pendek. Ini ditulis di hp soalnya. Plus, kondisi saya kurang fit.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang