Celine mengetuk-ketuk bolpoinnya. Menatap dosen yang menyampaikan materi, walaupun sebenarnya dia sama sekali tak memperhatikan apa yang disampaikannya.
Maklum saja, dia masih kepikiran dengan cewek yang kemarin. Cewek yang sama hadir di mimpinya. Dia masih tak mengerti, kenapa cewek itu bisa muncul di mimpinya. Mungkin dia bisa menanyakannya, tetapi tentu saja dia tak mau melakukannya.
Bukan hanya itu saja, semenjak bertemu dengan gadis itu, dia tak lagi mendapat mimpi aneh. Sejujurnya, itu membuatnya lega, walaupun di sisi lain juga membuatnya sedikit heran. Namun, walaupun begitu, dia tetap bersyukur tak lagi mendapat mimpi aneh, apalagi mimpi tentang masa lalunya.
Bukankah itu pertanda baik? Seperti, mungkin sekarang dia sudah perlahan sembuh. Walaupun dia masih sedikit kesulitan untuk berbicara dengan teman-temannya—selain Melati. Baik secara daring ataupun luring. Tapi, setidaknya kondisinya sudah semakin membaik. Baginya itulah yang terpenting.
><
Celine mencatat tugas yang hari ini diberikan dosen. Menulis beberapa kalimat dengan menggunakan huruf kanji. Sepertinya cukup sulit, tapi setidaknya bisa dikerjakannya sendiri. Setelah itu, dia menaruh buku kecil itu ke dalam tas. Lalu ia melihat Lala yang sedari tadi memperhatikannya.
Ini bukan yang pertama kalinya. Mungkin lebih. Awalnya dia merasa sedikit terganggu, tetapi lama-kelamaan bisa sedikit terbiasa. Yah, hanya sedikit, karena sejujurnya dia masih merasa takut setiap menyadari Lala memperhatikan apa yang tengah dilakukannya.
"Ada apa?" tanya Celine. "Kalau ingin bertanya sama Celine, tanya aja."
Lala tersentak. Ia terdiam.
"Celine, kamu tahukan kalau aku dulu lulusan dari SMA-mu?"
Celine mengangguk. Dia merasakan tangannya dingin. Tapi, dia mencoba tak memperlihatkannya.
"Sejak aku tahu kamu itu dia, aku selalu merhatiin kamu buat tahu apa gosip kalau kamu cewek gatelan itu bener apa nggak."
Lala menghela napas.
"Dan setelah lama merhatiin, aku mikir kalau gosip itu salah. Kamu terlalu pendiam buat jadi cewek kayak gitu. Bahkan, kamu juga takut sama cowok."
Celine menelan ludahnya.
"Jadi?"
"Jadi, aku mau tanya, kenapa kamu nggak laporin kasus ini ke pihak berwajib aja? Bukannya dengan begitu kamu bisa membela diri kalau kamu sebenarnya nggak salah?"
Mendengar pertanyaan Lala membuat Celine tersenyum tipis.
"Percuma, La. Walau dilaporkan pun, semua akan sama saja. Aku akan tetap digunjing. Nggak akan ada yang berubah."
Setelah menjawab pertanyaan Lala, terdengar suara Melati dari luar kelas. Membuat Celine langsung berpamitan pergi, meninggalkan Lala yang masih duduk di kelas.
Melihat Celine yang pergi, membuat Lala menghela napas. Dia menggigit bibirnya. Merasa bersalah. Bukan hanya karena pertanyaannya, tetapi juga karena dia awalnya mengira Celine adalah gadis yang sama seperti apa yang dikatakan teman-temannya. Dan sejujurnya, setelah tahu jika Celine tak seburuk itu, membuatnya ingin memberitahukannya kepada teman-temannya.
Namun, apakah mereka akan percaya? Lala menggelengkan kepalanya. Menyingkirkan prasangka buruk tentang teman-temannya. Dia yakin, mereka pasti percaya. Apalagi, mereka juga sudah lama berteman bukan? Bukankah teman memang harusnya saling mempercayai?
09 Mei 2021
Lala akan mengungkapkan fakta yang sebenarnya tentang Celine. Apakah teman-temannya bakal percaya atau enggak?
Tunggu Minggu depan, ehehe.
Btw, sebelum itu, saya ingin mempromosikan projek teenlit saya!
Kira-kira kapan publish-nya? Nggak tahu. Tapi, perkiraan mungkin beberapa bulan lagi. Jadi, masih lama.
Sekian, sampai jumpa Minggu depan!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lovely Princess
Fanfic[TAMAT] (16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka. _________ Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...