30. Karena Kamu Adalah

37 4 15
                                    

"Ve, lo laper nggak?" tanya Gamaliel yang menghentikan sepeda motornya ketika lampu merah menyala.

"Agak sih. Emangnya kenapa, Mal?"

"Kebetulan. Gue juga laper nih. Mau makan di warung makan langganan gue?"

Veranda terdiam sebentar. Memikirkan tawaran Gamaliel. "Boleh. Tapi, nggak jauh dari sini, kan?"

"Nggak, deket kok."

Melihat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Gamaliel langsung melajukan motornya. Lalu ia berbelok ke kanan. Dia baru menghentikan laju sepeda motornya di tempat parkir sebuah rumah makan. Veranda yang masih di atas sepeda motor membaca nama rumah makan itu. Lalu, dia mengerutkan keningnya.

Rawon? Dia menelan ludahnya.

"Ve, kenapa?" tanya Gamaliel membuat Veranda langsung menoleh.

"Aku nggak papa, cuma ... aku nggak suka rawon." Veranda tersenyum kecut.

Gamaliel terdiam. Senyuman di wajahnya luntur. Namun, tak berapa lama kemudian, dia langsung tertawa kecil.

"Ya ampun, gue kira kenapa. Tenang aja, di sini sedia selain rawon kok, lihat aja tuh." Gamaliel menunjuk daftar menu lain yang terpampang di papan nama rumah makan.

Veranda mendongakkan kepalanya, membaca daftar menu itu, lalu tertawa kecil. "Ya ampun, kok aku bisa-bisanya nggak baca sih?" Dia menghentikan tawanya seraya turun dari sepeda motor.

"Ya udah, ayo masuk!" seru Gamaliel seraya menuntun gadis itu masuk.

><

"Lo mau apa?" tanya Gamaliel membuat Veranda mendongakkan kepalanya, membaca papan daftar menu yang menggantung di atas kasir.

"Soto sama teh panas aja," jawab Veranda.

Gamaliel langsung memesan makanan yang diinginkan Veranda beserta dirinya. Setelah itu, dia langsung mengajak Veranda duduk di sebuah kursi yang entah mengapa terasa sedikit tidak asing baginya.

"Kenapa?" tanya Gamaliel memandang Veranda yang masih betah berdiri.

Veranda menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak papa. Cuma ... aku kayak pernah ngerasa ke sini aja." Dia langsung duduk di samping cowok itu.

"Mungkin lo emang pernah ke sini."

Veranda menaikkan kedua alisnya. "Maksudnya?"

Gamaliel tidak menjawab dan langsung mengalihkan dirinya pada ponsel pintar di tangannya. Veranda menghela napas kesal, karena tidak didengarkan. Ditambah, saat dia menegur Gamaliel pun, cowok itu masih tidak mau menjelaskan maksud perkataannya. Walaupun di sisi lain, dia juga heran, mengapa Gamaliel tidak mau menjelaskan maksud perkataannya itu. Seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu, membuat Veranda memandang cowok itu dengan curiga.

><

"Makasih karena udah nganterin aku sampai ke rumah," ujar Veranda seraya menyerahkan helmnya.

"Sama-sama, lagian udah tugas gue, karena gue juga yang ajakin lo keluar." Gamaliel menerima helm itu. "Kalau gitu, gue pulang dulu, ya?"

Veranda menganggukkan kepala. Setelah itu, Gamaliel langsung melajukan sepeda motornya hingga tak terlihat lagi. Ketika cowok itu sudah tak terlihat lagi bayangannya, Veranda langsung membuka pagar rumahnya dan berjalan ke rumahnya yang tak terlalu jauh dari sana.

"Habis dari mana?"

Ketika mendengar pertanyaan itu, Veranda langsung mendongakkan kepala dan memamerkan wajah kesalnya.

"Bukan urusan kamu," jawabnya langsung melewati Taehyung tanpa merasa bersalah.

Namun, saat dia hampir melewati cowok itu, pergelangan tangannya sudah dicekal duluan oleh Taehyung. Dia memandang Taehyung dengan tatapan tajam dan gigi yang menggertak. Terlebih ketika cowok itu menarik paksanya hingga mendekat.

"Ini urusan aku," ujar Taehyung melayangkan tatapan tajam pada Veranda. "Karena kamu adalah calon istriku," tambahnya membuat Veranda merasakan dadanya panas dan ingin sekali menghabisi cowok itu.

 "Karena kamu adalah calon istriku," tambahnya membuat Veranda merasakan dadanya panas dan ingin sekali menghabisi cowok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18 Agustus 2021

Yah, maaf karena Minggu lalu saya nggak update. Semoga menikmati bab yang ini ya.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang