23. Kamu

33 4 0
                                        

Pukul 09.00, waktu istirahat. Celine berada di kantin kampus bersama teman-temannya dari kelompok 4 ditambah Lala—dan untungnya kehadirannya tak dipermasalahkan Melati. Mereka berbincang ria, membicarakan berbagai topik. Namun, Celine tak menanggapi. Bukan hanya itu, dia bahkan sama sekali tak menyentuh bakso pesanannya. Padahal, biasanya jika tak ikut mengobrol, dia akan sibuk menghabiskan makanannya.

"Celine, kamu nggak 'papa?" tanya Melati membuat lamunan gadis itu buyar.

"Celine baik," jawabnya tersenyum kecil, tetapi masih membuat Melati tak percaya.

"Beneran?"

"Iya."

Melati menghela napas. "Oke. Tapi, kalau ada apa-apa bilang ke aku ya?"

Celine mengangguk sambil tersenyum kecil. Setelah itu, gadis itu langsung memakan baksonya yang sudah hangat. Matanya tak memancarkan cahaya, masih terlalu memikirkan tentang mimpinya. Selain itu, entah mengapa sejak sebelum berangkat ke kampus, firasatnya tak enak. Seolah hal buruk akan terjadi. Mungkin seperti dia akhirnya menemukan tempat persembunyiannya.

Celine membantahnya dalam hati. Tidak mungkin dia akan menemukannya. Lagi pula, jarak antara lokasi tempat tinggalnya dulu dan yang sekarang sangat jauh. Jadi, tidak mungkin dia akan menemukannya semudah itu.

Ya, dia tidak mungkin akan menemukan Celine semudah itu ....

"Celine."

Suara panggilan membuat pandangannya teralihkan. Ternyata itu panggilan dari Lala. Namun, mengapa dia tiba-tiba memanggilnya?

"Anu ... aku mau minta maaf ...."

Celine melebarkan matanya. Dia terkejut. Namun, di sisi lain, dia merasa heran. Mengapa Lala meminta maaf kepadanya, sedangkan dia sama sekali tak pernah berbuat salah kepadanya?

"Soalnya aku udah salah menilai kamu dari gosip-gosip sekolah kita dulu. Padahal, kenyataannya kamu nggak begitu. Justru sebaliknya, kamu adalah orang yang baik. Sangat baik."

Celine tersenyum. "Celine udah maafin Lala kok." Setelah itu, ia menundukkan wajahnya. Dia masih tersenyum, meski itu adalah senyuman kecut. Tapi, sayangnya aku nggak sebaik yang kamu pikirkan, La.

Suara tepukan tangan membuat lamunan Celine buyar. Dia langsung menoleh kepada Cindy yang menepuk tangannya barusan.

"Kalian tahu nggak, kemarin tuh ya, aku di-notice sama kating kita yang dinginnya kek kulkas itu lho!"

Tiba-tiba saja Lisa memukul meja, membuat Celine nyaris serangan jantung. "Beneran? Gimana bisa?" sahut Lisa. "Lo pake pelet ya?!"

"Sembarangan! Lagian ngapain gue pake pelet?!"

"Soalnya aneh banget adek tingkat kere kayak kita bisa di-notice!"

Cindy langsung membantah perkataan Lisa, memicu perdebatan panjang. Terlebih ketika Jinan malah memanasi kedua belah pihak, membuat suasana semakin memanas. Celine yang menyaksikannya awalnya tak menanggapi. Namun, ketika melihat perdebatan mereka yang malah semakin lucu, membuatnya tanpa sadar tersenyum geli. Bahkan, firasat buruknya pun juga langsung terlupakan ketika melihat perdebatan aneh kedua insan itu.

><

Celine mengeluarkan buku ukuran B5 dari dalam tasnya. Ketika membukanya, deretan huruf jepang dari hiragana hingga katakana dan juga beberapa huruf kanji tersusun rapi. Melihatnya membuat Celine tersenyum tipis, karena dia masih belum bisa menguasai penulisan beberapa hiragana dan juga katakana. Jika kanji, jelas dia belum hafal sepenuhnya. Toh, dosennya juga bilang, ada baiknya menghafal hiragana dan katakana dahulu. Urusan kanji bisa diseriusi semester depan.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang