[TAMAT]
(16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan.
Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka.
_________
Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...
Gamaliel memandang langit-langit kamarnya saat tengah berbaring. Memikirkan tentang cewek bernama Veranda yang baru saja dikenalnya setelah mata kuliahnya selesai.
Veranda, ya?
Bibirnya tertarik, membentuk seulas senyuman. Dia tak menyangka—selain paras yang mirip— gadis itu memiliki nama yang nyaris mirip dengan nama Veera. Walaupun sifat gadis itu sedikit berbeda jika dibandingkan dengan Veera-nya.
Veera ....
Gamaliel menggigit bibirnya ketika bayang gadis itu tiba-tiba memenuhi kepalanya. Gadis bermata yang akan menyipit bagai bulan sabit saat tersenyum. Gadis yang selalu berjalan bersamanya. Juga gadis yang hidupnya berakhir karenanya.
Gamaliel membuang napas. Tidak. Itu bukan kesalahannya. Dia tahu itu. Walaupun sebenarnya, jika dipikir lagi, peristiwa itu tak akan mungkin terjadi jika saja dia mempercayai mimpinya. Jika saja dia tak membiarkan Veera pulang. Jika saja dia memaksanya untuk menginap di rumahnya.
Jika saja ....
Gamaliel menghela napas. Setelah itu, beranjak dari ranjang. Mengambil celana panjang selutut. Keluar dari kamarnya.
"Mau keluar ke mana, Iel?" tanya wanita ibunya yang tengah membaca buku.
"Jalan-jalan, Ma."
"Oh, titip nasi uduk deket taman, ya!"
"Oke."
Gamaliel langsung mengambil motor matic-nya dari garasi dan pergi untuk menenangkan hatinya.
><
Cowok pendek itu menyenderkan badannya pada pohon berbunga merah. Iris hitamnya memandang bunga yang turun tertiup angin. Lalu, dia menoleh pada danau yang berada di depannya. Matanya tertutup. Menikmati embusan angin dingin yang membuatnya selalu tenang, walaupun di sisi lain juga mengingatkannya pada gadis itu.
"Hai."
Suara feminin itu membuatnya menoleh. Saat melihat cewek berambut poni yang menyapanya itu, dia mendadak beku.
"Veera?" lirihnya membuat Veranda tersentak.
Menyadari kebodohannya, Gamaliel langsung menggelengkan kepalanya.
"Veranda? Kenapa lo bisa ada di sini?" tanyanya mencoba mengendalikan diri.
"Cuma jalan-jalan biasa, kok." Veranda menegakkan badan, lalu duduk di samping Gamaliel dengan jarak setengah meter.
Melihat Veranda yang tiba-tiba duduk di sampingnya, membuat Gamaliel sedikit salah tingkah. Namun, untungnya saja cewek itu tidak menyadarinya.
"Kamu juga suka nongkrong di sini, Mal?" tanya Veranda seraya menolehkan kepala.
Seulas senyum simpul terbentuk di wajah Gamaliel. "Iya."
"Wah, sama dong!" seru Veranda berbinar. "Aku kadang-kadang juga suka nongkrong di sini. Lihatin danau sambil nyender di pohon ini. Dan rasanya ... nenangin banget ...."
Tubuh Gamaliel kembali membeku, membuat Veranda mengerutkan dahinya.
"Kamu kenapa, Mal?"
Mendengar pertanyaan itu membuatnya langsung tersadar dari lamunan.
"Nothing."
Dia kembali menatap danau yang berada di depannya. Dihujani kelopak bunga berwarna merah terang yang menarik mata. Rasanya nostalgia. Seperti saat bersamanya. Walau di sisi lain juga terasa asing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
30 September 2021
Nostalgia, tapi asing. Bertolak belakang banget ya? Haha.
Oiya, ngomong-ngomong ....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BODORRRU CI CELINE BONDORRU!!! AIDHJFKBRFR.
Nggak bisa berkata-katalah saya. Soalnya tiba-tiba banget. Langsung kaget + gesrek tak terkendali juga, haha '-'
Sudah, itu saja ocehan saya hari ini. Sampai jumpa Minggu depan!