Di depan cermin, Celine menyisir rambutnya dengan perlahan. Sesekali dia juga merapikan beberapa bagian dengan jari-jari rambut. Setelah selesai menyingkirkan kerutan di rambutnya, dia menyampirkan poni yang dirasanya sedikit menutup mata, mengganggu penampilan. Seusai merapikan rambut dan poninya, dia memandang cermin yang menampilkan sosoknya yang berbeda dengan potongan rambut baru. Sebahu. Selain itu, rambut barunya juga terlihat cocok dengan dirinya. Membuatnya tersenyum tipis. Tampaknya dia masih belum terbiasa dengan rambut pendek itu.
"Celine, cepet keluar! Sarapan!" Seruan Shani terdengar dari luar kamar, tak lupa diiringi bunyi ketukan pintu yang cukup keras.
Tanpa basa-basi, Celine menyudahi lamunannya dan segera mengambil tas. Kemudian keluar dari kamar sebelum Shani kembali berteriak. Selain itu, dia juga merasa cukup bersalah jika tak mengindahkan seruan sang ibu dan tetap asyik di depan cermin, memandangi dirinya. Dan juga memikirkan mimpinya yang masih menghantui sejak terbangun.
Dia pergi ke meja makan bersama ibunya yang sudah menunggu di depan kamar. Dengan langkah yang sedikit cepat karena tak mau membuat kakak dan ayahnya menunggu lama. Sesampainya di sana, Celine segera menarik kursinya yang berada tepat di samping kursi Vino. Dia mengambil nasi dan beberapa menu makanan pagi ini. Tak lupa berdoa bersama sebelum menyantap.
"Wah, cocok banget," puji Vino memandang rambut pendek adiknya seraya memasukkan makanan ke dalam mulut. "Kirain bakal jelek." Dia langsung mendapat tatapan tajam dari yang diejek.
"Tapi, kenapa tiba-tiba potong rambut?" Greg tiba-tiba saja bertanya heran seraya memakan sarapan. Terlebih dia merasa agak sedikit sayang dengan rambut panjang anak perempuannya.
"Biar seger aja katanya Celine. Dia ngomong gitu waktu kemarin rewel minta potong," timpal Shani yang baru menelan makanannya, kemudian tertawa kecil.
Celine ikut tertawa sebelum akhirnya menyantap masakan sang ibu yang selalu enak dan juga kehangatan keluarga di meja makan. Harapnya, semoga semua kehangatan kini akan terus berlanjut dan semoga saja kedinginan di masa itu tak akan terulang kembali.
><
"Sayang banget padahal," komentar Melati memandang rambut Celine yang hanya sebahu. "Tapi cocok!" tambahnya memuji.
"Makasih, Me," ujar Celine mengulum senyum kecil. Tersanjung dengan pujian Melati. "Setelah Melati memuji Celine, aku jadi penasaran dengan reaksi teman-teman yang lain."
"Sama. Aku juga!" Melati berseru, lalu tertawa. Dia ikut membayangkan bagaimana reaksi teman-teman mereka jika melihat penampilan baru Celine. Mungkin mereka juga akan sama terkejutnya, atau bahkan lebih heboh lagi.
Ketika mereka sudah berada di depan pintu masuk kampus, tak sengaja berpapasan dengan Gamaliel. Melati menyapanya, tetapi sayangnya sapaannya tak dijawab. Cowok itu hanya diam memandang dua gadis itu dan melewati mereka. Hal itu membuat cewek kuncir ekor kuda itu bingung. Tak biasanya kakak tingkatnya tak membalas sapaan adik tingkatnya. Ditambah wajahnya juga terlihat sangat lesu.
Baru lembur kali, ya? tebak Melati seraya memasuki pintu kampus bersama dengan Celine.
"Hari ini Kak Gamaliel terlihat lelah. Kenapa, ya?" komentar Celine membuat Melati sedikit heran.
Setahunya Celine dan Gamaliel tidak dekat. Sangat jauh, benar-benar tidak akrab. Selain itu, mereka juga baru dua kali berinteraksi. Pertama saat awal masuk kampus dan kedua saat dia meminta-walau lebih pantas disebut memaksa-cowok itu untuk mengantar Celine ke kelas. Dia baru ingat, cowok itu juga pernah p as mememborbardir pertanyaan mengenai gadis berantai yang digambarnya. Gadis yang entah mengapa bisa terlihat sangat mirip dengan Celine. Apa mungkin itu memang dia?

KAMU SEDANG MEMBACA
A Lovely Princess
أدب الهواة[TAMAT] (16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka. _________ Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...