[2] Sang Donatur

1.2K 96 2
                                    

Sebagai direktur yang sudah menjabat 7 tahun di divisi CSR perusahaan ini, Tara memang dikenal sangat selektif dalam menyalurkan dana kemanusiaan perusahaannya. Dia menseleksi sendiri setiap proposal pendanaan yang masuk ke perusahaannya, dari mulai rekam jejak perusahaan sampai rekam jejak pribadi sang pimpinan.

Tara dengan teliti membaca lembaran demi lembaran riwayat singkat direktur Sagara Foundation, calon partner perusahaannya. Melihat rekam jejak yayasan itu memang mengundang decak kagum, banyak yang sudah dilakukan yayasan kemanusiaan yang baru bergerak 10 tahun terakhir ini. Dimulai dari mengentaskan beberapa permasalahan pendidikan, kesehatan dan lingkungan dalam negeri, beberapa kegiatan lainnya juga sudah merambah ke luar negeri. Dilihatnya beberapa perusahaan besar juga telah tergabung sebagai donatur tetap di yayasan tersebut, baik dalam maupun luar negeri.

Tapi rekam jejak yayasan bagi Tara tak cukup untuk membuktikan kapabilitas perusahaan itu secara utuh. Tak jarang beberapa yayasan atau organisasi yang bergerak dalam kemanusiaan hanya dijadikan tameng untuk meraup dana dari perusahaan besar, yang digunakan untuk menghidupi pendiri yayasan atau organisasi. Maka Tara selalu menggali lebih dalam latar belakang pendiri yayasan yang memasukkan proposal pendanaan ke perusahannya, sampai kehidupan pribadi sekalipun, jika perlu.

Chandra Sagara, itulah nama pendiri Sagara Foundation. Usia 39 tahun dan lulusan terbaik di salah satu kampus bonafid di Bandung. Ah ternyata satu almamater denganku, bisik Tara. Sempat mengikuti pertukaran mahasiswa selama satu tahun ke Australia. Setelah lulus sarjana, selama 3 tahun menjadi relawan kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang diadakan oleh para NGO* di dalam maupun luar negeri. Tak lama setelah itu Chandra melanjutkan kuliah paska sarjananya di Barcelona, Spanyol, mengambil peminatan spesifik tentang Post Disaster Architecture

Tara menyunggingkan salah satu bibirnya, pantas saja dia tertarik pada kegiatan rekonstruksi pemukiman paska bencana, pikirnya. Kembali dia membuka lembaran-lembaran lain berisi foto-foto kegiatan Chandra ketika menjadi relawan di dalam maupun luar negeri. Sekejap Tara merasa kagum oleh sosok ini, benar-benar konsisten dalam kegiatan amalnya.

"Foto-foto ini dari medsos-nya?" tanya Tara pada Evan yang saat ini duduk di hadapannya.

"Bukan, Pak. Itu saya dapat dari medsos para karyawan di yayasannya. Pak Chandra sepertinya tak punya medsos pribadi, Pak. Saya sudah mencari namanya di berbagai platform medsos," jawab Evan.

"Aneh sekali, jaman sekarang agak jarang yang tak punya medsos pribadi," komentar Tara.

"Ya, seperti Bapak yang tak punya medsos juga kan," tanggap Evan santai. 

Tara tak mempedulikan tanggapan terakhir Evan sampai sebuah ketukan di pintu ruangannya membuyarkan fokusnya pada dokumen di tangannya.

"Mohon maaf Pak, perwakilan dari Sagara Foundation sudah datang." 

Dilihatnya Ratna, salah satu karyawannya menyembul dari pintu dengan sopan. 

"Belum jam 11, suruh dia menunggu," jawab Tara acuh tak acuh.

Ratna kemudian berpamitan dengan senyum kecut, sudah biasa atasannya itu bersikap arogan, pikirnya.

"Ah, saya akan menemui Pak Chandra lebih dulu bagaimana?" usul  Evan, merasa tak nyaman harus membuat tamu menunggu sendiri.

Tara tak menyahut, hanya mengangguk masih dengan acuh tak acuh.

***

Evan melangkahkan kakinya menuju ruang tunggu tamu dengan semangat, memasang senyum ramah untuk menyambut calon partner perusahaan. Didapatinya seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan tubuh tegap sedang terduduk di sofa, membaca majalah. Sebuah kacamata bertengger di hidung mancungnya.

Pernikahan GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang