[13] Pra Bencana

421 43 1
                                    

"Bunda, Kakak mau yang itu." ucap Arka si sulung, sambil menunjuk menu di belakang meja kasir di hadapan mereka.

"Ade dulu. Ade mau yang itu, Bunda." Arya si tengah tak sabaran. Ia ingin segera dilayani.

"Iya, iya. Biar Bunda pesenin. Sekarang Kakak sama Ade duduk dulu di sana ya." Praya menenangkan kedua anak laki-lakinya itu, sambil menunjuk tempat duduk yang dimaksud.

"Gak mau. Kakak mau bawa sendiri," kata Arka, diikuti oleh adiknya, "Iya, Ade juga."

Praya mendesah, "Iya, tapi nanti ya. Liat tuh masih antri."

"Ayo, Kakak sama Ade duduk dulu aja ya. Nanti pegel loh," bujuk Praya lagi dengan sabar. Ia kerepotan harus mengantri dengan ketiga anaknya yang bisa jadi mengganggu pelanggan lain.

"Ade pengen duduk sama Bunda." Arya masih tak menurut.

"Kalau Bunda ikutan duduk, nanti siapa yang pesen, sayang."

Namun kedua anaknya masih tak mau menurut. Praya berkali-kali mendesah menanggapi kelakuan kedua anak laki-lakinya itu. 

"Aya?"

Praya menolehkan kepalanya pada suara seseorang yang menyapanya di sampingnya, "Eh, Nawa. Eh, maksudku Tara___"

Belum sempat Praya melanjutkan sapaannya, ia teralihkan oleh seruan Arka, "Bunda.. Bunda. Ayo maju. Cepetan." 

Praya mengela nafas, berusaha untuk sabar. 

Melihat wanita di hadapannya yang sepertinya kelelahan, Tara mengambil inisiasi, "Ay, biar aku aja yang antri. Kamu duduk aja sama anak-anak," usul Tara.

Mendengar usul itu, Praya tampak menimbang, "Gak apa-apa?" tanyanya memastikan. Ia memang sudah lelah daritadi mengantri sambil menggendong Adya, ditambah kerepotan dengan permintaan kedua anak laki-lakinya.

Tara mengangguk. Setelah Praya memberi tahu pesanannya, dilihatnya wanita itu mengajak anak-anaknya duduk di kursi resto yang masih kosong.

***

"Pak Chandra ke mana?" tanya Tara kemudian, sambil membawakan pesanan makanan Praya.

"Ke kantor dulu nurunin beberapa barang buat di bawa tim lapangan yang hari ini berangkat. Ini anak-anak gak sabar pengen makan burger, jadinya di drop duluan," jawab Praya.

"Eh, jadi berapa semuanya ini?" tanya Praya kemudian, hendak membayar menu pesanan itu pada Tara.

"Eh, gak usah, Ay. Aku yang traktir"

"Beneran?"

Tara mengangguk, disambut senyuman ucapan terima kasih oleh Praya. Praya kemudian berpaling ke arah kedua anak laki-lakinya, "Tuh, ini dibeliin Om loh burgernya. Ayo kakak sama ade bilang makasih ke Om," kata Praya.

"Te-ri-ma ka-sih, Ooom," kata Arka dan Arya bersamaan, disambut senyum oleh Tara. Tak lama dilihatnya kedua anak itu mulai menikmati menunya dengan lahap.

"Anak-anakmu lucu, Ay," kata Tara kemudian.

Praya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu gak tau aja kalo udah rewel, yang tadi itu belum seberapa." 

"Aku dengar kamu ikut survey juga?" tanya Praya.

"Iya, tapi gak bisa full sampai selesai. Paling cuma 2 hari. Kamu tinggal di mertua lagi?"

"Iya, biasanya selama mas Chandra survey, aku tinggal di mertua kalo pas lagi libur sekolah anak-anak. Kebetulan besok weekend

"Bundaaa, Ade pengen ee.." Si tengah mulai merajuk lagi.

Pernikahan GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang