[36] Lamaran Ulang

406 49 0
                                    

Restoran seafood yang menjadi tempat makan malam favorit Tara terlihat padat seperti biasanya. Sudah lewat jam 10 malam dan tentunya makan malam sudah lewat beberapa jam lalu. Namun ia dan Evan melewatkan waktu makan malam karena beberapa agenda direksinya yang menyita waktu. Minggu ini adalah waktu pelaporan akhir tahun setiap direksi di perusahaannya, jadi wajar saja karyawan di kantornya banyak yang lembur, tak terkecuali Tara yang harus memeriksa setiap dokumen laporan.

Tara mengedarkan pandangannya ke sekitar restoran yang interiornya didominasi warna putih dengan beberapa aksen jingga kecokelatan. Beberapa karyawan kantornya yang ia kenal, tampak tengah menikmati santap malam juga. Diikutinya Evan yang kemudian memilih tempat duduk yang tersisa tak jauh dari meja karyawan lain itu. Mendapati kehadirannya di meja lain, karyawan perusahaan yang mengenal Tara dengan sopan menyapanya dan menawarkan untuk bergabung dengan mereka. Namun dengan senyuman canggung, Tara menolak tawaran itu.

Hanya berselang beberapa menit setelah Evan memesan menu, seorang pelayan restoran hadir membawakan pesanan mereka. Seperti biasa dengan cekatan Evan menata menu pesanan itu. Bersamaan dengan itu, Tara tiba-tiba merasakan getaran dari ponselnya, sebuah pesan masuk ke sana. Namun Tara tak menghiraukan ponselnya yang bergetar, ia tak mau santap malamnya terganggu, ingin menikmatinya lebih dulu.

Tak banyak yang Evan dan Tara perbincangkan selama makan malam itu, hanya sesekali membahas laporan direksi mereka. Kembali Tara merasakan ponselnya bergetar lagi, sebuah pesan masuk lagi. Kali ini ia bergeming, mengambil ponselnya yang terselip di saku jasnya. Dengan acuh tak acuh ia membuka dua pesannya itu.

From: Praya Andhira
Nawa, apa kamu sudah tidur?

Isi pesan pertama yang diterima Tara. Lalu Tara membaca pesan selanjutnya, masih dari Praya.

From Praya Andhira:
Aku ingin bertanya tentang tawaranmu waktu itu. Apa masih berlaku?

Membaca pesan itu, Tara mengernyitkan keningnya. Ia tak paham tawaran mana yang dimaksud oleh Praya. Ia kemudian menatap Evan yang duduk di hadapannya, mencoba mencari jawaban.

"Van, apa kita pernah menawarkan sesuatu pada Yayasan Sagara?" tanya Tara disambut tatapan berpikir oleh Evan.

"Seingat saya gak ada."

"Tapi Aya mengirim pesan padaku bertanya apa tawaran itu masih berlaku. Aku bingung tawaran yang mana."

Lagi-lagi Evan menyambut kalimat Tara dengan kernyitan kening, kembali berpikir.

"Ah, apa mungkin tawaran tentang produk mereka yang akan dipakai di kawasan rendah karbon? Bukannya itu sudah jelas kalau kita sudah sepakat dengan Mbak Tasha?" tebak Evan.

Mendengar pendapat sekaligus tebakan Evan, Tara mengangguk-angguk paham. Mungkin ini maksud Praya, pikirnya.

Beberapa detik kemudian, ia mengetik sesuatu di ponselnya, membalas pesan Praya.

Di tempat lain, beberapa kilometer jauhnya dari restoran seafood itu, Praya kini sedang terbaring santai setelah anak-anaknya tertidur. Harap-harap cemas menanti balasan pesan dari Tara.

Setelah curahan hati pada ibunya selesai dua jam lalu, Praya mulai memikirkan kembali langkah yang akan diambilnya. Saran dari ibu dan mertuanya kembali ia pertimbangan dengan serius, walaupun ia sempat ragu apa kesempatan yang sudah ia lewatkan itu akan hadir kembali atau tidak. Namun dengan perasaan tak menentu, ia beranikan diri untuk bertanya lagi pada Tara.

Praya kemudian memutuskan mengirim pesan singkat pada Tara diawali basa basi terlebih dahulu. Tapi sampai tiga puluh menit kemudian, tak ada tanggapan dari lelaki itu. Dengan ragu ia kembali mengirim pesan. Tak lama balasan pesan yang ditunggunya datang.

Pernikahan GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang