"Gimana kabarmu, Wa?" Praya memulai obrolannya dengan pemuda yang selama ini membuat dadanya sesak karena rindu.
"Baik. Kamu kenapa ke sini, Ay? Ini terlalu jauh," jawab Tara masih tak percaya dengan pertemuan mendadak yang baru saja terjadi.
Praya menatap wajah dingin pemuda itu, "Karena aku merindukanmu, Wa. Sudah dua tahun kamu pergi tanpa kabar."
Tak ada kata-kata lagi yang keluar dari bibir Tara.
Kebekuan menyelimuti bangku di luar cafe yang semakin ramai pengunjung. Orang-orang berlalu lalang di hadapan mereka, namun hanya keheningan yang dapat Praya rasakan.
"Kamu ke sini sama siapa, Ay? Sendirian?" Tara akhirnya membuka suara.
Praya menarik nafasnya, "Seniorku menampungku selama di sini."
Praya menunggu beberapa saat, berharap Tara memulai percakapan lagi. Namun kembali hanya hening yang keluar dari bibir Tara. Praya mengalihkan tatapannya dari wajah dingin itu, menatap jauh ke atas langit Barcelona di musim panas yang cerah. Dilihatnya bintang-bintang bertaburan semeriah lampu jalanan di kota ini.
Waktu terus bergulir sampai hampir satu jam Praya menunggu sesuatu keluar dari bibir Tara.
"Kenapa kamu tiba-tiba pergi, Wa? Apa ada yang salah dengan hubungan kita?" tanya Praya langsung ke inti permasalahan.
Tara masih tak berkata-kata, tatapannya membeku menatap pedestrian jalan yang semakin ramai dilalui orang-orang. Didengarnya gadis yang duduk di sampingnya saat ini berkali-kali menghembuskan nafas berat di antara keheningan yang menyelimuti mereka.
"Gak ada yang salah, Ay," jawab Tara.
Mendengar Tara membuka suara lagi, Praya mengalihkan pandangannya, menatap wajah tampan yang selalu mengisi mimpi-mimpinya. "Lalu? Apa yang membuat kita harus terpisah sejauh dan selama ini?"
"Maafkan aku, Ay."
Praya terdiam, bukan jawaban itu yang ia inginkan,"Maaf untuk apa?"
"Karena membuatmu menunggu."
"Apa di kisah ini hanya aku saja yang menunggu? Apa kamu tak pernah merindukanku?"
Lagi-lagi Praya harus menggigit bibirnya mendapati Tara yang hanya diam seribu bahasa. Dirasakannya sesuatu tercekat di kerongkongannya.
Praya kembali menunggu waktu yang terus beranjak setiap menitnya.
"Apa kamu udah gak mencintaiku lagi, Wa?" tanya Praya dengan nada lirih dari bibirnya yang mulai bergetar.
Tara masih tak bergeming dan Praya hanya bisa menatap rindu sosok di sebelahnya itu. Ingin ia memeluknya, menumpahkan rasa rindu yang ia pendam selama dua tahun ini. Namun dilihatnya Tara lebih dingin dari biasanya.
Dan kebekuan kembali hadir namun tak mengijinkan waktu berhenti di antara mereka.
Tak lama Tara akhirnya membuka suara, "Maafkan aku, Ay."
Praya kembali mendesah, dirasakannya wajahnya mulai memanas, sesuatu mulai membuat pandangannya kabur.
"Maaf untuk apa?" tanya Praya memastikan lagi.
"Karena aku tak bisa menjawab apapun," jawab Tara.
Mendengar jawaban dari Tara, Praya merasakan gumpalan air yang beberapa detik lalu menggenang di sudut matanya kini sedikit demi sedikit mengaliri pipinya.
"Gak apa-apa, Wa. Aku sudah tahu jawabannya," ujar Praya kemudian, dengan isak tangis yang tertahan.
"Jadi, hubungan kita benar-benar berakhir kan?" Praya kembali memastikan sambil perlahan mengusap tetesan air yang dirasanya semakin lama semakin tak bisa ia bendung. Bekali-kali ia menengadahkan kepalanya untuk menahan jatuhnya air itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ganda
RomanceTAMAT Berlanjut ke Season 2 *** Nawasena Tara, usia 37 tahun dan pecinta warna abu. Pria berwajah tampan maskulin dengan tubuh atletis dan karir serta latar belakang keluarga cemerlang itu, masih memilih hidup dalam kesendiriannya. 13 tahun lalu, se...