[4] Pertemuan Kembali

802 72 0
                                    

Seorang wanita berkerudung dengan setelan blazer warna cokelat tua, menaiki elevator di gedung 25 lantai itu. Sebuah gedung perkantoran yang di depan pintu masuk utamanya terpampang sebuah nama 'Cipta Raya Land'. Ia menekan tombol lift angka 15, dimana divisi CSR perusahaan ini berada. 

"Saya tenaga ahli dari Sagara Foundation, sudah ada janji temu jam 11 dengan Pak Evan" kata sang wanita pada resepsionis di kantor tersebut.

"Oh, Pak Evan sudah mengabari juga. Silakan duduk dulu mba. Saya akan panggilkan beliau," balas sang resepsionis dengan ramah.

Ratna, sang resepsionis kembali mengetuk pintu ruangan Evan yang selalu dibuat terbuka, mengabari jika tamu mereka sudah hadir. Evan dengan sigap langsung mengikuti Ratna keluar menuju ruang tunggu tamu.

Evan mendapati seorang wanita, mungkin seusianya, tengah duduk di sofa dan mengitari pandangannya menyisir ke seluruh ruang tamu. Memakai pakaian serba tertutup dengan kerudung warna cokelat muda menutupi kepalanya.

"Bu Praya?" sapa Evan, mengalihkan pandangan sang wanita padanya.

Wanita yang bernama Praya itu tersenyum ramah sambil mengangguk membalas sapaan Evan.

"Eh atau saya panggil 'Mbak'?" sapa Evan lagi ragu, melihat sepertinya usia mereka tidak beda jauh. 

"Panggil apa saja boleh, Pak," balas Praya sambil menaikkan tangannya, mensedekapkan di dadanya pertanda salam. Evan membalas salam jarak jauh itu.

"Mohon maaf, Pak Chandra terlambat untuk hadir hari ini karena mendadak ada urusan cukup urgent di kantor." jelas Praya kemudian.

"Iya, tak apa Mbak. Pak Chandra sudah mengabari saya, untuk penandatangan surat kerjasama bisa setelah presentasi nanti," jelas Evan memakluminya.

Evan kemudian mempersilakan Praya untuk memasuki ruang rapat yang sudah disiapkan, kemudian ia berpamitan untuk memanggil Tara di ruangannya. 

Praya duduk di ruang rapat dengan nuansa monokrom itu. Semua warna gordyn dan furnitur di dominasi warna putih dan abu-abu, sebagian lagi warna hitam. Praya daritadi memperhatikan, dari meja resepsionis, ruang tamu dan ruang rapat semua didominasi oleh warna yang sama. 

Tak berapa lama, terdengar suara langkah memasuki ruang rapat itu. Praya beranjak dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan langkah itu. Seorang lelaki tinggi berbadan tegap dengan kemeja abu muda yang digulung sampai siku lengan berdiri dihadapannya. Dia terkesiap dan mematung sesaat melihat sosok itu. Sosok yang tenyata dikenalnya.

"Nawa?" sapa Praya lirih, masih setengah tak percaya.

***

Tara mematung, melihat wanita bekerudung di hadapannya itu adalah sosok yang ia kenal. Sapaan Praya memanggil namanya kecilnya, hampir tak terdengar. Evan yang menyusul datang ke ruang rapat, melihat adegan beku di ruangan itu. Tak paham apa yang terjadi, Evan memecah kebekuan.

"Pak, bisa kita mulai rapatnya?" kata Evan, mencairkan suasana pertemuan canggung bagi Tara dan Praya.

Tara dan Praya akhirnya tersadar dari kekagetannya dan mulai menutupi sikap canggung mereka. Duduk di kursi yang sudah disiapkan.

"Mbak Praya perkenalkan ini Pak Tara, direktur CSR perusahaan ini," kata Evan pada Praya.

Praya menyambut perkenalan itu senatural mungkin, melihat reaksi Tara yang dingin tadi, membuat Praya berpikir untuk pura-pura tak mengenalnya juga.

 "Saya Praya, tenaga ahli untuk komponen prefabrikasi dari Sagara Foundation."

Tara tak menyahut perkenalan itu, ia masih berada dalam kondisi kaget yang membuat wajah dinginnya terlihat lebih canggung. Namun Evan tak menyadari kondisi Tara karena baginya sudah terbiasa sang atasan bersikap dingin seperti itu. Tak beselang lama Evan mempersilakan Praya untuk memaparkan dan menjelaskan secara rinci pengembangan komponen bangunan prefabrikasi untuk proyek amal mereka. 

Pernikahan GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang