Ruangan rapat di kantor yayasan Chandra di Bandung, saat ini telah dipenuhi oleh beberapa gelintir kepala karyawannya. Ada 8 orang yang hadir sebagai ketua tim dari berbagai bidang yang terlibat di proyek amal rekonstruksi pemukiman paska bencana.
Chandra dari tadi mencoret-coret papan tulis warna putih di hadapannya, menjelaskan dengan rinci rencana perjalanan lapangan untuk proyek terbaru yayasannya itu.
"Ros, kapan tim donatur akan ngecek tempat workshop kita?" tanya Chandra kemudian pada gadis berusia akhir 20-an yang menjadi sekretarisnya.
"Selasa depan, Pak. kemarin lusa ketua tim lapangannya menghubungi saya."
"Bagus, kita punya waktu 3 hari untuk persiapan di workshop. Mereka akan ngecek persiapan dan persediaan bahan komponen," tanggap Chandra. Ia melanjutkan, "Han, saya persilakan untuk paparan teknis di lapangan nanti."
Tanpa menunggu lama seorang lelaki yang usianya tak jauh dari Chandra mengambil alih posisi Chandra di depan papan tulis. Tak lupa ia menampilkan tayangan pemaparan yang sudah disiapkannya sebagai ketua tim lapangan di proyek ini. Secara bergantian setiap ketua tim memaparkan rencana teknis mereka.
Chandra memperhatikan dengan seksama dan memberikan timbal balik tanggapan untuk setiap rencana anak buahnya itu. Setelah diskusi panjang lebar dengan para ketua tim yang ditunjukknya, Chandra menutup rapat yang dipimpinnya.
"Terima kasih untuk paparannya. Proyek amal kali ini akan memerlukan waktu lebih panjang dari sebelumnya-sebelumnya. Jadi tetap semangat dan jaga kesehatan."
***
Mobil sedan warna abu metalik berhenti tak jauh dari bangunan berbentang lebar dengan komponen utama bangunannya terbuat dari tiang dan balok baja. Dinding penutup bangunan diplester semen tanpa cat, dengan pintu masuk yang lebar, terbuat dari besi. Tak lama sebuah mobil van menyusul parkir di sebelah mobil sedan metalik itu.
Tara membuka pintu mobil sedan yang ditumpanginya, disusul oleh Evan yang menjadi pengemudi. Ia terpaku sejenak menatap bangunan di depannya yang seperti bangunan pabrik itu. Tak lama seseorang yang dikenalnya keluar dari bangunan itu, menyambutnya.
"Selamat datang di tempat workshop kami, Pak." Chandra menyambut kedatangan tamunya dengan ramah.
Rombongan tim Tara yang terdiri dari 5 orang mengikuti langkah Chandra masuk ke bangunan itu. Di dalamnya terdapat alat-alat pertukangan konstruksi yang tidak asing bagi Tara.
"Ini mesin cetak komponen dinding untuk bangunan prefabrikasi nanti," jelas seorang lelaki berperawakan sedang yang menjadi ketua tim tenaga ahli dari yayasan Chandra.
Lelaki yang bernama Hanhan itu kemudian menyalakan mesin cetak yang ditunjukkan. Mesin itu mengeluarkan bunyi berdecit sesaat, disusul lempengan benda seperti papan berukuran 1 meter persegi keluar dari mesin itu.
Tara kemudian menyentuh papan di meja mesin itu.
"Apa bahan utama material ini?" tanya Tara.
"Material komposit dari campuran limbah plastik, fly ash dan limbah serat alami seperti serbuk kayu serta jerami," jelas Hanhan.
Tara meneliti lebih jauh benda di jarinya, melihatnya lebih dekat, "Berapa ketebalannya?" tanyanya lagi.
" Dua senti meter. Dengan berat 70 persen lebih ringan dari material dinding konvesional." Hanhan kembali menjelaskan.
"Apa bedanya dengan papan biasa? Bukannya seringan itu juga?" Tara masih menyelidik.
"Durabilitasnya dan kekuatannya lebih unggul 2 kali lipat dari papan jenis lain. Ditambah lebih tahan air dan tahan api. Kami sudah melakukan uji lab serta paten untuk hasilnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ganda
RomanceTAMAT Berlanjut ke Season 2 *** Nawasena Tara, usia 37 tahun dan pecinta warna abu. Pria berwajah tampan maskulin dengan tubuh atletis dan karir serta latar belakang keluarga cemerlang itu, masih memilih hidup dalam kesendiriannya. 13 tahun lalu, se...