[20] Paska Bencana

411 42 0
                                    

Tara kembali menaiki pesawat yang akan membawanya ke lokasi bencana, ia juga membawa serta empat orang tim lapangan lainnya. Entah kenapa ia merasa tak bisa hanya berpangku tangan menunggu kabar kondisi timnya. Tara merasa bertanggung jawab langsung. Ia juga sudah menugasi Evan untuk mengurus kantor selama ia tak berada di tempat. Kebetulan memang tak ada jadwal penting dalam minggu ini, pikirnya.

Tiga jam kemudian pesawat yang Tara dan timnya  tumpangi kembali mendarat dengan mulus di bandara terdekat dari lokasi bencana. Namun masih 2 jam perjalanan dengan mobil untuk mencapai lokasi tersebut. Tara sudah menunjuk salah satu karyawannya, Ardian, menjadi penanggung jawab tim pencari hari ini. Dengan cermat Ardian sudah mempersiapkan semua keperluan logistik, transportasi dan akomodasi mereka selama lima hari ke depan.

"Oya, Pak. Barusan saya dapat kabar dari ketua tim pencari yang ditunjuk Sagara Foundation. Mereka baru sampai di hotel terdekat siang tadi," kata Ardian.

"Kita ikuti strategi pencarian tim mereka," tanggap Tara.

"Iya Pak, sepertinya mereka lebih terlatih dan siap karena terbiasa membantu evakuasi korban bencana. Sesampainya di hotel saya akan berkordinasi bersama mereka," lanjut Ardian.

Matahari sudah tenggelam ketika Tara dan timnya sampai di hotel terdekat dari lokasi bencana. Namun perlu waktu 1 jam perjalanan dengan kendaraan dari hotel tersebut ke lokasi. Tak ada pilihan lain. 

"Selesai makan malam saya dan tim akan berkordinasi dengan tim sebelah. Apa Bapak mau ikut bergabung?" tanya Ardian kemudian ketika Tara hendak masuk ke kamarnya.

"Tidak perlu, kalian saja. Nanti laporkan saja hasilnya," jawab Tara disambut anggukan Ardian.

Tara memasuki kamar hotel yang saat ini hanya ada satu ranjang double bed, berbeda dengan kamar yang ia tempati beberapa hari lalu. Ia kembali mengingat perjalanan tearkhirnya ke kota ini, mengingat sosok hangat Chandra dan mempertanyakan bagaimana nasibnya. Masih berusaha mengingkari pikiran mengerikan yang terbersit dalam benaknya, kuharap Chandra tak jadi melaut malam itu.

Tara menghela nafas cukup berat. Ia kemudian memutuskan untuk membersihkan tubuhnya dan bergabung makan malam di restoran hotel setelahnya.

***

Tara mengedarkan pandangannya, menyisir meja restoran hotel yang masih kosong. Dilihatnya timnya sudah lebih dulu datang ke tempat itu. Namun ia tak mau membuat timnya canggung dengan kehadirannya jika bergabung bersama mereka. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari meja lain di teras luar restoran, dimana ada kolam air mancur dengan lampu sorotnya.

Ia melangkahkan kakinya sambil membawa nampan berisi menu makan malam yang disajikan secara prasmanan di hotel tersebut. Kembali menyisiri meja kosong di teras luar, pandangannya tiba-tiba tertuju pada satu meja dimana seorang wanita tengah duduk termenung. Tatapan wanita itu terlihat kosong menatap air mancur di hadapannya. Tara dibuat terkaget menyadari siapa sosok wanita itu. Praya.

Dengan penuh pertimbangan, Tara memutuskan untuk bergabung di meja Praya. Ia tak tega melihat wanita itu duduk termenung sendirian.

"Aya.." sapa Tara, membuyarakan pikiran kosong wanita di hadapannya.

Praya menoleh ke arah suara, dilihatnya sosok yang ia kenal tengah berdiri di hadapannya, "Eh, Nawa? Kamu ikut juga?" 

Tara menjawab dengan senyuman, ia kemudian duduk di kursi berhadapan dengan Praya.

"Kenapa kamu ikut, Ay? Biarkan tim yang mencari Mas Chandra. Lagipula tugas ini lebih cocok untuk laki-laki," ujar Tara.

"Aku gak tenang hanya menunggu saja, Wa. Lagipula Rosa, sekretaris Mas Chandra ikut menemaniku," jelas Praya.

Pernikahan GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang