Evan masih merasa canggung dengan kejadian tadi siang. Saat ini ia sama sekali tak berani menghadapkan wajahnya pada Tara. Ia merasa sangat polos telah merencanakan kencan buta untuk atasannya dengan seorang wanita yang ternyata sudah bersuami. Padahal tadi siang dengan bersemangat ia bercerita pada ibunya Tara, jika ia sudah menemukan sosok yang pantas untuk menjadi menantu di keluarga itu.
Berkali-kali ia mengutuki semangatnya yang terburu-buru, ia tak tahu harus berkata apa pada ibu sang atasan. Tapi yang lebih penting sekarang adalah mencairkan suasana canggung dengan atasannya itu.
Malam ini seperti biasa, Evan menemani Tara makan malam selepas pulang dari kantor. Kali ini mereka lebih memilih makan malam di kondominium Tara.
"Mas, saya minta maaf tadi sudah ngajak makan siang bareng dengan Bu Praya," kata Evan ragu-ragu.
Tara yang melihat guratan rasa bersalah di wajah Evan, berusaha menahan tawa.
"Jangan bilang kami berencana jadi mak comblang aku dengan Praya?" kata Tara, tepat sasaran.
"Saya gak tau kalau Bu Praya sudah bersuami. Saya kira dia seusia dengan saya. Ternyata dia seusia dengan mas, saya baru dapat profilnya tadi siang," jawab Evan jujur.
"Gak semua yang wajahnya terlihat muda itu seusia denganmu. Makanya mulailah olahraga, biar gak terus nyangka yang lebih tua, seusia denganmu."
Evan tak paham jika Tara meledeknya dengan cara halus, dia terlihat santai menanggapinya.
"Istrimu masih pulang kampung?" tanya Tara mengalihkan obrolan.
"Iya, kondisi ayah mertua masih belum membaik, mas." jawab Evan.
Tara hanya mengangguk, sudah dua minggu istri Evan dan kedua balitanya pulang kampung untuk merawat ayah mertuanya yang sakit. Itulah kenapa Evan setiap malam menemani Tara menghabiskan makan malam.
Tak berapa lama sebuah panggilan masuk ke ponsel Evan.
"Eh bentar mas, ini Ibu mas nelpon," kata Evan,
Tara acuh tak acuh mendengar ibunya menelpon Evan. Sudah biasa, sepertinya Evan sudah dianggap seperti anak oleh ibunya. Atau mungkin malah pengasuh Tara?
'Iya Bu, saya salah sangka. Ternyata mbak-nya itu sudah bersuami,' kata Evan.
'Aduh sayang sekali. Emang kaya gimana orangnya? Ibu jadi penasaran. Siapa tau nanti bisa ibu cariin yang tipe kaya gitu,' tanggap ibunya.
'Nanti saya kirim link akun medsosnya ke ibu ya,' jawab Evan.
Tak lama setelah perbincangan ditutup, Evan mengirim tautan media sosial Praya pada ibunya Tara.
"Kamu cerita ke ibu?" tanya Tara setelah mendengar samar-samar perbincangan Evan ditelepon.
"Iya mas, aduh saya gak enak udah kasih harapan ke ibu."
Tara hanya tertawa mendengar penjelasan Evan. Berbeda ketika di kantor atau bertemu dengan orang lain, Tara yang lebih sering memasang wajah dingin. Namun ketika bersama Evan, ia bisa leluasa tertawa.
Tak lama ponsel Evan bergetar lagi, sebuah pesan masuk dari ibunya Tara. Evan membuka pesan itu dan kaget melihat isinya. Dia kemudian menatap Tara dengan wajah kagetnya itu.
"Mas, Bu Praya itu mantan pacar mas?" tanya Evan.
Tara hanya menjawab pertanyaannya dengan tawa. Sudah ia duga, ibunya akan bereaksi seperti itu.
Ibu Presdir:
Evan, itu kan Aya.
Pacar Nawa pas kuliah.Isi pesan ibunya.
***
Praya menghampiri Chandra yang sedang berada di ruang kerja sang ayah, dilihatnya sang suami tengah serius menatap layar laptopnya. Dari Chandra pulang sore tadi, Praya ingin bercerita banyak hal, tapi kegiatannya mengurus ketiga buah hatinya membuatnya melupakan rencananya itu. Kali ini ketika anak-anak sudah terlelap, ia beranikan diri untuk bercerita pada Chandra.
"Kenapa sayang? Kirain udah tidur bareng Adya," sapa Chandra ketika didapati sang istri memasuki ruang kerja itu.
"Aku lupa pengen cerita sama mas," jawab Praya ragu.
"Cerita apa? Sebentar mas matiin laptop dulu, kebetulan udah beres juga."
Tak lama Chandra menutup layar laptopnya dan mengajak istrinya untuk mengobrol di kamar supaya lebih santai, katanya.
"Tentang Nawa, eh maksudnya Tara," ujar Praya, memulai ceritanya.
Chandra mengusap-usap kepala sang istri yang saat ini bersandar di dadanya.
"Kenapa dengan Tara?" tanyanya santai.
"Mas masih inget pertemuan kita di Barcelona dulu? Alasan waktu itu aku pergi ke Spanyol?"
Chandra terdiam sesaat, berusaha mengingat kejadian yang sudah berlalu belasan tahun lalu.
"Ah, yang adek nyari siapa itu.. pacar adek yang pas kuliah itu. Mas lupa," tanggap Chandra, berusaha mengingat kembali.
"Iya. Itu Tara, mas."
Chandra terkesiap, menatap wajah istrinya. Saat itu Praya juga menatap wajah suaminya, padangan mereka bertemu. Tak selang lama sebuah tawa keluar dari bibir Chandra.
"Ko bisa kebetulan gini?" komentarnya masih dengan bibir yang merekah.
"Mas kan waktu itu ikut bantu cari dia juga di Barcelona, eh malah ketemunya sekarang."
Praya sudah menduga, sang suami hanya akan menanggapi santai ceritanya.
"Jadi waktu itu, adek ketemu dia gak sih? Mas lupa ceritanya," tanya Chandra dengan santai.
"Iya ketemu, tapi ya gitu. Bukan jodoh aja," jawab Praya santai.
Chandra kembali tertawa. Melihat sang suami yang tampak santai menanggapi ceritanya, Praya mulai bercerita tentang kekagetannya dan kegiatannya tadi siang saat rapat di kantor Tara.
"Ah, padahal adek yang bilang loh kalo direktunya itu aneh. Ternyata selera adek dulu yang aneh-aneh gitu ya," goda Chandra pada sang istri, membuat istrinya cemberut.
Melihat itu Chandra kembali tertawa.
"Iih, tapi aku serius, mas. Kayaknya aku gak usah ikut di proyek itu aja ya. Aku takut Tara ngerasa gak nyaman," usul Praya.
Chandra tampak berpikir.
"Menurut mas sih dia akan biasa aja. Lagian itu kan masa lalu, udah hampir 20 tahun lalu kan?" tanggap Chandra.
"Tapi dia belum nikah, mas."
"Terus kenapa kalo belum nikah? Gak mungkin kan dia nunggu adek yang udah beranak tiga?" goda Chandra lagi dengan tawa yang ditahan.
Praya ikutan tertawa mendengar komentar suaminya.
"Eh, tapi mas gak cemburu?" tanya Praya sambil menatap serius wajah hangat suaminya itu.
"Cemburu sama masa lalu?" Chandra balik bertanya. Praya mengangguk.
"Hei, umur kita udah berapa ini dek. Bukan anak remaja yang cemburu-cemburuan. Apalagi ini kan kaitannya sama profesionalisme, bukan personal. Jadi adek santai aja ya," jawab Chandra dengan senyum menawannya.
Praya membalas senyuman itu, merasa beruntung memiliki suami yang bisa menjadi sahabat seumur hidupnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ganda
RomanceTAMAT Berlanjut ke Season 2 *** Nawasena Tara, usia 37 tahun dan pecinta warna abu. Pria berwajah tampan maskulin dengan tubuh atletis dan karir serta latar belakang keluarga cemerlang itu, masih memilih hidup dalam kesendiriannya. 13 tahun lalu, se...