Pesta pernikahan yang digelar tepat jam 7 malam tadi hanya berlangsung selama 2 jam. Tak banyak runtutan jadwal di pesta itu, hanya ijab kabul dilanjutkan berfoto dengan kedua mempelai dan santap makan malam. Setelah acara berakhir, kedua mempelai telah dipesankan kamar di hotel tempat acara berlangsung.
"Wa, beneran gak apa-apa nih Adya tidur di sini?" tanya Praya, sambil membelai lembut anak bungsunya yang kini terbaring di kasur.
Beberapa menit sebelum acara berakhir, anak bungsu Praya sempat rewel karena sudah jam tidur bagi balita itu. Dengan penuh pengertian Tara menggendong Adya ke kamar pengantin mereka.
"Gak masalah, Ay. Kasian Adya kalau harus dibawa ke rumah. Kalau rewel lagi gimana. Kayaknya Adya belum bisa tidur sendiri kan."
"Iya, masih tidur bareng aku, Wa. Tapi kan sekarang__" tanggap Praya, namun ia ragu untuk melanjutkan kalimatnya, karena ditatapnya wajah suami barunya itu yang tampak biasa saja dengan malam pengantin mereka.
"Eh, aku ganti baju dulu ya. Gerah," lanjut Praya mengalihkan topik obrolan, kemudian beranjak dari ranjang itu, membuka koper pakaian yang sudah disiapkan dan mengambil beberapa helai baju dari sana.
Dengan santai Praya mulai membuka aksesoris riasan kerudungnya dan mulai melepas penutup kepalanya itu. Namun belum sempat ia melepas kerudungnya dengan penuh, sebuah suara menghentikannya.
"Eh, kenapa gak dilepas di kamar mandi?" seru Tara, membuat Praya memalingkan kepalanya, menatap guratan kaget dari lelaki di kamar itu.
Praya mengernyitkan kening, "Kenapa harus di kamar mandi?" tanya Praya merasa heran.
"Kan aurat, Ay," jawab Tara lugas disambut tatapan hening oleh Praya.
Tak lama wanita itu tertawa, "Wa, aku sekarang istrimu," tanggap Praya.
Tara yang mendengar tanggapan itu tiba-tiba merasakan sesuatu bergetar lagi di balik dada bidangnya. Mulai menyadari statusnya saat ini. Ia tak berkomentar lagi karena dirasakannya wajahnya mulai memerah.
Melihat sosok di hadapannya yang merah merona, ia jadi ingin mencandainya, "Jadi apa aku harus ganti baju di kamar mandi?" tanya Praya lagi.
Tara terdiam beberapa detik, ia tentunya paham apa yang biasanya terjadi di malam pengantin ini. Namun sebenarnya ia masih belum siap melakukan apapun. Walaupun sudah berumur sangat matang, Tara tak punya pengalaman romansa dengan wanita. Kecuali pengalamannya dengan Praya dulu ketika masih muda, namun tentunya itu tak sama dengan saat ini.
Berbeda dengan Praya yang tentunya lebih berpengalaman dalam kondisi seperti saat ini. Ia terlihat lebih santai dan tak canggung seperti lelaki di hadapannya itu.
"Ah, sebaiknya di kamar mandi aja, Ay," tanggap Tara kemudian, berusaha menahan malu dan kecanggungan yang kembali menelusup dalam dirinya.
Kembali mendengar tanggapan Tara yang kaku itu, Praya hanya bisa tertawa lirih sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Selepas ditinggal wanita bertubuh ramping itu, kembali aliran udara dingin menyergap tubuh Tara. Ia benar-benar tak tahu bagaimana memulai, ah harusnya aku lebih banyak nonton film drama romansa, bisiknya dalam hati.
Ditengah kegamangannya di malam pengantin ini, tanpa sadar ia mengetik pesan pada seseorang.
To: Praditya Dwipangga
Ga, apa yang akan kamu lakukan di malam pengantin?Tulisnya. Tak berapa lama balasan pesan dari Angga masuk ke ponselnya.
From: Praditya Dwipangga
Hah?!! Apa kau berniat pamer padaku?????Balas Angga, seperti terlihat kesal dengan pertanyaan Tara.
To:Praditya Dwipangga
Aku serius, Ga.From: Praditya Dwipangga
Hahaha.. Dasar bocah tua ingusan.
Itulah kenapa aku sering menasihatimu untuk menikmati setiap kencan buta.
Selamat menikmati kecangunganmu :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ganda
RomanceTAMAT Berlanjut ke Season 2 *** Nawasena Tara, usia 37 tahun dan pecinta warna abu. Pria berwajah tampan maskulin dengan tubuh atletis dan karir serta latar belakang keluarga cemerlang itu, masih memilih hidup dalam kesendiriannya. 13 tahun lalu, se...