"Apa maksudmu aku berbohong?" Tanyaku kebingungan karena aku merasa tidak berbohong.
"Mengenai pakaianmu kepada Peggy. Kamu terlihat tidak nyaman memakainya." Kata Steve sambil tersenyum meledekku. Jantungku yang tadinya berdegup lumayan kencang berasa lepas seketika. Aku menghela napas, aku kira ia serius.
"Aku memang kehilangan ingatanku, tapi yang pasti ini bukan selera berpakaianku." Jawabku pada Steve dengan jujur.
"Aku pikir kamu tetap terlihat cantik dengan gaya pakaian seperti ini." Puji Steve yang aku rasa hanya ingin membuatku percaya diri.
"Ayolah, celana besar ini akan tersangkut saat aku menendang orang." Candaku tetap tidak menyetujui gaya pakaian tahun 70-an.
Aku dan Steve pun sampai di depan pintu rumah sederhana milik Howard. Steve melangkahkan kakinya lebih maju agar dapat menjangkau pintu kayu rumah untuk mengetuknya. Hanya dengan empat kali ketukan, Howard langsung menyahut dari dalam dan aku mendengar langkah kaki Howard mendekat. Ia membuka pintu dan menyambut kami dengan senyuman ramah.
"Masuklah. Aku sudah menunggu." Sambut Howard kepada aku dan Steve. Ia mengajak kami untuk masuk dan menggiring kami untuk mengikutinya. Ia membawa kami ke sebuah ruang perpustakaan kecil dan mengambil salah satu buku yang tersusun rapi di dalam lemari bukunya. Rupanya di balik buku itu, terdapat sebuah tuas yang kemudian Howard tarik dan membuat lemari tersebut bergeser ke belakang, kemudian ke samping. Tepat di bawah kami yang mana sebelumnya ditutup oleh lemari terdapat sebuah pintu yang menuju ke ruang bawah tanah. Howard membuka pintu tersebut dan mengizinkan kami untuk masuk terlebih dahulu karena ia harus menutup pintu tersebut kembali.
Aku melangkahkan kakiku untuk turun ke bawah dengan Steve yang mendahuluiku. Steve membantuku untuk melangkah turun mencegah apabila aku terjatuh, walaupun aku rasa diriku tidak membutuhkan bantuan semacam itu.
Kami pun sampai di ruang bawah tanah milik Howard. Betapa menakjubkan ruangan bawah tanahnya. Ekspektasiku adalah sebuah ruang kerja yang sesak dan penuh dengan barang antik. Ternyata ruangan di bawah ini sangat luas, malah melebihi luas dari bangunan rumah milik Howard. Rupanya ini menjelaskan mengapa Howard memiliki halaman depan luas, di bawahnya adalah tempat kerja rahasia miliknya. Ruangan berkonsep terbuka dan banyak partisi yang terbuat dari kaca sehingga aku dapat melihat hampir seluruh tempat yang ada disini.
"Kemari, aku akan menunjukkan sesuatu." Ajak Howard dan ia menuju ke sebuah meja dengan komputer besar yang sudah menyala dan menunjukkan sebuah gambar pada layar monitornya. "Aku sudah meneliti benda ini, Tony benar-benar jenius. Aku menduga bahwa Desain Mobius Strip ini yang membuatmu tidak tersesat dalam alam quantum. Aku berhasil memperbaiki alat ini, tapi ada beberapa teknologi nano yang tidak dapat aku duplikasi, kami belum memiliki teknolgi seperti zaman kalian." Jelas Howard kepada kami.
"Jadi bagaimana untuk membuat alat ini bekerja?" Tanya Steve dengan serius.
"Ada satu benda yang pernah aku teliti. Aku menyerahkan benda itu ke Dr. Zola" Jawab Howard.
"Benda apa memangnya?" Tanyaku penasaran apakah alat ini dapat diambil dengan mudah.
"Benda tersebut memiliki program yang berisi kecerdasan buatan. Aku bisa meminta kepadanya." Kata Howard kepada kami.
"Biar kami saja. Jangan sampai ada yang tahu tentang dirimu mengerjakan proyek ini. Ini berkaitan dengan masa depan, jangan sampai mengubah sesuatu secara drastis." Saran Steve.
"Baik kalau begitu. Benda tersebut sudah berbentuk program yang ada di komputer Dr. Zola, ada di ruang kerja Camp Lehigh kemarin. Aku akan menggambarkan petanya untuk kalian." Ujar Howard dan ia langsung mengambil sebuah kertas dan pulpen. Ia menggambarkan tata letak ruangan yang ada di Camp Lehigh dan menjelaskan keberadaan ruang Dr. Zola. "Steve, jangan sampai ada yang melihatmu." Lanjutnya memberikan saran.
"Aku mengerti." Jawab Steve sambil mengangguk.
"Tuan Stark, benar? Aku membaca biografimu di majalah kemarin bahwa kau adalah orang yang cukup kaya raya. Maaf kalau lancang, tapi apakah kau punya kendaraan untuk kami pakai? Tidak mungkin kami berjalan, kan?" Ujarku yang sudah kehilangan sopan santun. Aku rasa karakter diriku mulai kelihatan perlahan.
"Oh, tentu saja. Ada banyak. Tenang saja, tidak ada yang hafal seluruh mobil yang aku miliki." Kata Howard sambil tertawa.
Howard pun mengantarkan kami keluar dari ruang bawah tanahnya. Ia membawa kami ke halaman belakangnya dan benar saja, ada 8 buah mobil yang terparkir di sana. Howard menuju ke salah satu mobil dan membuka penutup mobilnya. Ia memberikan kunci mobilnya kepada Steve.
"2117" ucap Howard yang membuat aku dan Steve kebingungan. Kami terdiam sejenak. "Kata sandi untuk membuka pintu di Shield." Lanjut Howard dan itu sudah cukup jelas.
Aku dan Steve pun masuk ke dalam mobil, kali ini aku dapat duduk di samping kemudi. Howard melambaikan tangannya dari luar mobil dan melihat kami perlahan menjauh. Dalam perjalanan aku menerka-nerka rencana Steve.
(I'd like to read you comment. Please vote, satu vote dari kalian berharga. Thank you)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...