Suatu hari, sebelum aku dan Bucky berniat membeli keperluan, aku meminta Bucky untuk mengajakku pergi ke museum yang Steve katakan. Dan Bucky berkenan untuk menemaniku. Kami pun pergi ke museum itu.
Saat memasuki museum itu, aku ternganga melihat foto orang yang aku kenal terpampang besar di pintu masuk. Steve dengan tamengnya terlihat sangat gagah. Aku masuk untuk melihat dan membaca beberapa mengenai informasi perang dunia. Aku pun berkeliling dan Bucky mengikutiku dari belakang.
"Beberapa informasi di sini salah." Bisik Bucky kepadaku.
"Ya aku dapat melihatnya. Kematianmu di tahun 1944? Biar kutebak. Itu adalah tahun dimana Hydra mengambilmu." Bisikku kembali.
"Mengambil? Ya, itu kata yang tepat dibanding merekrut." Jawabnya.
"Omong-omong. Kau terlihat bagus dengan rambut pendek seperti di gambar. Kapan kau akan memotong rambutmu seperti ini lagi?" Tanyaku sambil menyentuh rambut panjang Bucky yang sudah sepundak. Bucky mengerutkan dahinya.
"Aku tidak terlalu peduli dengan penampilanku sekarang." Jawabnya menaikkan kedua pundak.
"Aku tahu yang harus aku lakukan. Kau punya alat cukur di apartemen?" Tanyaku pada Bucky. Matanya membelalak mendengar ucapanku. Ia tahu yang aku maksud.
"Tidak. Aku tidak mempercayaimu pada rambutku." Jawabnya.
"Ayolah. Katanya kau tidak peduli dengan penampilanmu, kan." Kataku. "Aku akan membayarmu jika kau mau aku cukur. Kapan lagi kau dibayar untuk mencukur rambut?" Lanjutku memohon.
"Aku kira kau tidak membawa uang ke dunia ini." Katanya.
"Aku mencuri beberapa uang dari lemari Zola. Aku tahu uang ini sudah tidak berlaku, tapi uang kuno semulus ini memiliki nilai jual yang banyak, kan." Kataku sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantungku.
"Kau mencuri?" Tanya Bucky sambil tertawa sedikit.
"Kita sama-sama mencuri dari Hydra, kan. Hanya saja jumlah curianmu lebih banyak. Dan... jangan bilang Steve mengenai ini. Di duniaku, aku dan ayahku adalah seorang tentara bayaran. Jadi kekerasan dan pencurian bukan hal tabu bagiku." Kataku pada Bucky. Ia mengangguk.
"Baiklah. 100 dollar untuk rambutku." Katanya kembali membahas potongan rambutnya.
"Kau memerasku. Tapi itu setimpal." Jawabku sambil tertawa. Bucky hanya tersenyum. Mengapa pria ini tidak pernah tertawa? Hidupnya begitu gelap.
Setelah mengunjungi Museum, kami pergi ke toko untuk membeli bahan makanan besok. Sebelum pulang, Bucky mengantarkanku untuk menjual uang lama ini ke pasar yang berjual beli uang kuno. Dan aku berhasil menjual uang ini dengan harga lumayan, karena kondisi uang yang aku ambil masih sangat bagus. Kami pun pergi untuk kembali ke apartemen milik Bucky.
"Mengapa kau menceritakannya padaku?" Tanya Bucky.
"Menceritakan apa?" Tanyaku agak bingung.
"Mengenai kehidupanmu sebagai tentara bayaran, kekerasan, bahkan saat kau mencuri uang Zola. Mengapa kau mempercayaiku?" Tanya Bucky. Aku agak terkejut dengan pertanyaan Bucky. Aku mulai mengerti, bahwa setelah kehidupannya menjadi Winter Soldier atau pembunuh, ia tidak memiliki banyak orang yang mempercayainya.
"Aku merasa kalau ada kesamaan dalam diri kita. Hanya itu saja. Dan aku mempercayaimu." Jawabku pada Bucky sebelum kami memasuki pintu apartemen.
Sesampainya di apartemen Bucky, Steve sedang tertidur di sofa. Aku dan Bucky pun masuk. Tanpa berbasa-basi, aku langsung menagih alat cukur milik Bucky. Aku akan melakukannya sekarang. Bucky mengambilkan alat cukur rambut miliknya dan memberikannya padaku.
Aku menarik Bucky ke kamar mandi dan membawa sebuah kursi untuk Bucky duduki di depan cermin.
"Duduk." Perintahku pada Bucky.
"Kalau bukan demi uang, aku tidak akan mau." Jawab Bucky tanpa ekspresi. Aku melihat sisi kaku Bucky mulai terlihat kembali. Aku tidak peduli, aku tidak takut padanya.
Aku mulai mencukur rambut Bucky. Aku pernah beberapa kali membantu mengubah penampilan temanku saat kabur dari kejaran seseorang. Jika aku tidak bisa mencukur rambut, tidak mungkin aku menawarkan ini pada Bucky.
"Bagaimana?" Tanyaku dengan bangga melihat hasil potongan rambutku pada Bucky.
"Lumayan. Kau dapat membuka jasa cukur rambut jika Strange gagal menolong duniamu." Kata Bucky sambil menoleh ke kiri dan ke kanan melihat rambut barunya. "Aku rasa 100 dollarnya tidak usah. Kau sering mencukur rambut ayahmu?" tanya Bucky.
"Tidak. Ayahku tidak memiliki rambut akibat eksperimen yang mengubahnya menjadi mutan" Jawabku. "Uh, rambut di wajahmu, mau aku cukur sekalian?" Lanjutku bertanya.
"Biar aku saja. Nanti kau malah kesempatan memegang wajahku." Kata Bucky.
"Demi Tuhan, dibalik karaktermu yang gelap, ternyata kau terlalu percaya diri." Kataku. Aku menyerahkan alat cukur rambut kepada Bucky. Aku menyiram potongan rambut Bucky yang berserakan di lantai ke lubang kamar mandi hingga bersih sembari Bucky mencukur sedikit rambut lebat pada wajahnya. Ia tidak mencukur habis rambut wajahnya dan menyisakan sedikit rambutnya. Aku rasa ia ingin terlihat agak sangar.
Suara langkah kaki terdengar dan Steve masuk ke dalam kamar mandi.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanyanya seketika melihat kami berdua.
Author's Note:
I know apartmentnya Bucky di New York dan Museumnya di Washington DC. Jadi anggap aja ya museumnya buka cabang di NY, wkwk.(Please vote. Thank You.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...