Part 23: Apartemen

740 144 2
                                    

Kami tiba di sebuah gedung. Tidak bagus, tapi layak huni. Kami masuk ke dalam dan Bucky memimpin langkahnya untuk menuju ke apartemen sederhana miliknya. Bucky membuka pintu apartemennya dan mengizinkan kami untuk masuk. Ia langsung merapikan beberapa baju yang tergeletak di atas sofa untuk kami duduk. Aku dan Steve duduk di sofa milik Bucky.

"Aku akan berberes dahulu." Ucap Bucky yang terlihat tergesa-gesa merapikan benda lainnya. Seperti gelas dan piring kotor di atas meja dan lainnya. Aku mengerti ia tidak siap dengan kedatangan tamu apalagi untuk menetap agak lama.

"Apa yang akan kita lakukan dengan menunggu?" Tanyaku pada Steve yang sedang duduk bersandar melepas kelelahan.

"Apa pun, kau dapat mengunjungi museum Captain America bersama Bucky kalau mau." Jawabnya sambil tersenyum.

"Kau memiliki museum sendiri?" Tanyaku agak terkejut, tapi aku semangat.

"Aku sama terkejutnya denganmu." Jawabnya masih dalam posisi bersandar.

Aku melihat Steve dengan raut wajah penuh beban, ada sesuatu yang ia pikirkan. Sesuatu yang agak membebaninya.

"Kau sudah merindukan Peggy?" Tanyaku pada Steve. Ia melirik ke arahku dan tersenyum. Ia kembali melihat ke arah depan.

"Aku ingin memiliki hidupku seperti yang Tony sarankan. Kurasa tidak bisa, Peggy sudah memiliki keluarga." Jawab Steve.

"Aku benar, kau membawa semua kebodohan pada dirimu." Sahut Bucky yang tiba-tiba menghampiri kami, aku rasa ia sudah selesai beberes, atau hanya menyingkirkan saja. "Peggy selama ini selalu bersamamu, Steve." Lanjut Bucky.

"Bagaimana?" tanya Steve bingung.

"Mungkin suatu hari nanti, kau akan kembali ke tahun di mana kau akan berdansa dengannya. Seperti yang selama ini kau harapkan." Jawabnya.

"Itukah alasan mengapa suami Peggy tidak ada di sana saat kami menginap?" Tanyaku yang juga ikut terkejut bahwa perkataan Bucky masuk akal. "Dan kau ingat Steve? Saat kau hendak menceritakan tentang Thanos. Ia mengetahui maksudmu, ia hanya berpura-pura tidak tahu. Itu berarti mungkin kau memang akan kembali dan bersama Peggy. Selama ini kau selalu di sana." Lanjutku. Steve terlihat sedang mencerna semuanya, mungkin ia ingin percaya, tetapi tidak terlalu ingin berharap.

"Aku harap itu benar." Jawab Steve tanpa ingin terlihat bimbang.

Kami menghabiskan hari itu dengan mengobrol. Kami memesan makanan online, karena aku rasa kami perlu sesuatu yang menyenangkan. Bucky membayar semuanya dan itu membuatku bertanya.

"Buck, apa pekerjaanmu?" Tanyaku pada Bucky.

"Untuk sekarang. Tidak ada." Jawabnya.

"Dan bagaimana caramu memenuhi kebutuhanmu?" Tanyaku lagi. Aku tahu ini terdengar tidak sopan, tapi aku agak penasaran.

Bucky melirik Steve. Bucky terlihat sungkan untuk menjawabnya di depan Steve.

"Aku... mengambil beberapa teknologi dan uang milik Hydra saat Hydra jatuh. Jangan salah sangka Steve, aku tidak bermaksud mencuri, hanya saja mereka mengambil kehidupanku." Jawab Bucky.

"Kalau dipikir-pikir, kau telah bekerja untuk mereka tanpa dibayar. Kurasa itu setimpal." Ucap Steve mengerti situasi Bucky.

"Mengambil uang Hydra pasti membuat brangkas uangmu penuh. Mengapa tidak membeli rumah besar saja?" Tanyaku dengan logika. Bucky menatapku sambil mengerutkan dahinya. Aku rasa aku telah membuatnya kesal. Lagi. "Oke, pria gelap. Maaf, tidak perlu dijawab." Lanjutku. 

***

Menunggu waktu satu minggu terasa begitu lama, karena kami sangat menanti-nanti kabar dari Doctor Strange. Setiap harinya aku keluar bersama Bucky untuk membeli makanan dan aku memasak untuk mereka. Steve, ia tidak pernah keluar. Ia benar-benar bertekad untuk tidak diketahui keberadaannya demi Sam. Aku tidak dapat membayangkan kepenatan yang mungkin dialami Steve hanya dengan berdiam diri di sebuah apartemen kecil. Ia hanya dapat menikmati cahaya matahari dari sebuah balkon. 

(Vote. Thank You)

Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang