Part 10: Sandera

902 194 2
                                    

Keesokan harinya aku dan Steve pergi ke rumah Howard setelah Peggy berangkat untuk kerja. Saat kami tiba di rumah Howard, ia sudah menunggu kami di ruang tamu sambil mengerjakan suatu perhitungan di kertas.

"Steve, alatnya berhasil aku perbaiki. Tetapi aku menemukan sebuah partikel. Partikel apa yang digunakan kalian untuk mengubah bentuk badan untuk muat ke alam quantum?" Tanya Howard kepada Steve.

"Aku tidak terlalu mengerti, tapi partikel itu buatan Hank Pym." Jawab Steve sambil berjalan mendekati Howard.

"Ia berhasil?" Tanya Howard dengan terkejut. Steve mengangkat bahunya. "Aku butuh partikel itu untuk memformulasi alat ini pada tubuh pemakainya." Lanjut Howard.

"Jadi kita harus kembali ke Shield?" tanyaku. Kejadian kemarin di Camp Shield cukup membuat frustasi, dan sekarang kami harus kembali?

"Ya, tapi kali ini kita bisa meminta tolong Peggy." Jawab Steve. 

"Oke. Setelah partikel itu didapatkan, tidak butuh waktu lama untuk membuat alatnya berfungsi sempurna." Ujar Howard kepada kami.

Aku dan Steve beranjak dari tempat kerja Howard. Aku dan Steve kembali masuk ke dalam mobil untuk berangkat ke Camp Lehigh. Aku sempat berpikir mengapa tidak menelepon Peggy saja? Bukannya aku malas, tapi...

"Mengapa meminta bantuan Peggy untuk meminta partikel Pym? Bukankah kau mengatakan jangan sampai ada yang mengetahui pekerjaan Howard? Sebaiknya kita mengambil diam-diam." tanyaku pada Steve saat di dalam mobil.

"Kemarin aku hanya beralasan agar Howard tidak bertemu Zola. Seperti yang aku katakan, Zola adalah anggota Hydra, maksudku semacam orang jahat. Howard tidak mengetahui itu. Sekarang kita hanya berurusan dengan Pym, dan Pym adalah orang baik, akan lebih mudah meminta bantuan Peggy tanpa harus mengambil resiko seperti kemarin." Jawab Steve. Oke, aku mengerti.

Sesampainya di Camp Lehigh, Steve memarkirkan mobilnya.

"Jadi bagaimana cara kita bertemu Peggy? Apa rencanamu?" tanyaku.

"Aku tahu letak ruangan Peggy. Ruangannya tidak jauh dari ruangan Hank Pym, pasti tidak akan lama. Aku yang akan menemuinya, kau tunggu saja di sini." Jawab Steve.

"Jadi rencanamu adalah aku menunggu di sini saja? Oke, rencana yang mudah." Jawabku. Setidaknya aku tidak harus menyusup seperti kemarin. Steve meraih sesuatu di kursi belakang dan memberikan satu padaku.

"Pegang Handy Talkie ini. Kabari aku jika ada sesuatu." Kata Steve kepadaku.

"Dari mana kau mendapatkan ini?" Tanyaku sedikit terkejut. Ia memang perencana.

"Ruang kerja Howard." Jawabnya sambil menaikkan kedua alisnya.

Steve keluar dari mobil. Aku memperhatikannya menyeberang dan masuk ke dalam bangunan. Semoga tidak ada masalah lagi. Aku memerhatikan keadaan sekitar, berjaga-jaga apabila ada suatu hal di luar dugaan.

DUARR...

Aku terkejut mendengar suara senjata api ditembakkan. Aku mencari sumber suara tersebut. Aku menoleh ke arah kanan dan terjadi hiruk pikuk di lapangan. Aku melihat sekelompok orang berseragam hitam membawa senjata sedang membawa beberapa orang yang memakai jas sambil menodongkan senjata. Aku langsung mengambil Handy Talkie yang diberikan Steve berharap ia mengabarkan sesuatu. Tapi aku ragu untuk berbicara padanya karena aku takut apabila situasi Steve sedang genting atau ia sedang bersembunyi, aku tidak ingin ia ketahuan.

DUARR. DRET...

Suara senjata otomatis terdengar dan membuat jantungku berdegup kencang. Aku melihat kearah sumber suara tersebut.

"Bucky?" Gumamku saat melihat Bucky dari kejauhan mengarahkan senjatanya kepada orang-orang berjas yang sedang ditahan. Secepat itukah proses pencucian otak? Aku memindai ke arah orang-orang ber-jas yang di sandera, wajah mereka terlihat ketakutan. Dan satu orang yang aku kenal ada di sana. Peggy.

"Steve?" Bisikku pada Handy Talkie berharap Steve tidak kenapa-kenapa.

"Vanessa! Kau mendengar suara senjata di luar? Ada apa? Aku tidak menemukan Peggy di sini." Jawab Steve melalui Handy Talkie dengan berbisik.

"Peggy di sandera oleh sekelompok orang bersenjata. Dan... Bucky, salah satu yang memegang senjata." Kataku dengan nada ragu. Steve tidak menjawabku. "Steve?" Panggilku dengan khawatir. "Steve kau disana? Mereka membawa Peggy dan yang lainnya ke mobil. Cepatlah." Lanjutku dengan panik.

"Aku disini. Aku segera kesana. Tunggu." Jawab Steve yang sedikit membuatku lega.

Aku melihat Steve dari kejauhan sedang mengendap di balik bangunan. Dan ia pergi menjauh, aku rasa ia akan memutar balik untuk kesini. Tak lama kemudian Steve masuk ke mobil dari belakang. Steve langsung duduk di kursi kemudi. Dalam waktu yang bersamaan pintu mobil orang-orang yang disandera-pun ditutup dan mobil tersebut bergerak. Steve menancap gas untuk mengikuti mobil tersebut dari belakang.

"Mengapa tidak ada perlawanan dari Shield?" tanyaku pada Steve yang sedang fokus dengan jalan.

"Penyusup dari Hydra di Shield lebih banyak dari yang kuduga." Jawab Steve tanpa melihat ke arahku. Dari mobil yang kami ikuti, seseorang tentara berpakaian hitam itu mengeluarkan kepalanya dari kaca mobil. Ia mengarahkan senjata apinya pada mobil aku dan Steve.

"AWAS!" Teriakku pada Steve. Steve langsung membanting setir untuk menghindari tembakan. "Kita ketahuan." Lanjutku dengan nada panik.

"Kau bisa memakai pistol?" Tanya Steve sambil membuka laci di mobil dan mengambil sebuah senjata tangan berupa pistol.

"Aku tidak tahu. Tapi aku tidak peduli, berikan padaku." Kataku dengan percaya diri. Aku memang tidak tahu apakah aku dapat membidik dengan tepat, tapi aku percaya diri dengan senjata itu.

Steve memberikan pistolnya padaku dengan terburu-buru. Ia pun langsung fokus mengemudi sambil menghindari tembakan-tembakan yang diberikan tentara di mobil depan. Aku menarik pengaman dari pistol untuk mengaktifkannya, kemudian mengeluarkan badanku setengah dari kaca mobil dan membidik ke arah mobil di depan.

"Hati-hati" kata Steve padaku. Aku mulai menembak ke arah depan semampuku. Tembakanku hampir mengenai pengendara lain di samping mobil depan. "Jangan tembak orang lain, Vanessa." Gertak Steve padaku.

Aku mulai memfokuskan diriku. Mengingat perkataan Steve untuk tidak membunuh siapa-pun dari masa lalu. Aku membidik tangan dari tentara yang menembak senjata. Hanya dalam beberapa kali tembakan, aku berhasil membuat tentara itu menjatuhkan senjatanya. Tapi tidak hanya itu, tentara itu mengambil senjata otomatis dan membidik ke arah kami.

"Aku akan menyingkir." Kata Steve sambil membanting setir. Ia tahu kami tidak akan berhasil melawan senjata itu. "Aku rasa aku tahu tujuan mereka. Markas lama Hydra." Ujar Steve sambil berbelok ke arah lain. Mobil yang kami kejar pun menjauh dari kami. Steve memutar balik untuk menghindari tembakan.

Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang