Pada saat malam hari, seperti biasanya aku belum tertidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Seharusnya aku sudah tidur untuk persiapan besok, tetapi aku belum saja mengantuk. Aku berjalan menyusuri tangga ke bawah dan melihat Steve sedang melihat ke arah jendela. Mengapa ia selalu melakukan ini?
"Steve, kau tak apa?" tanyaku agak khawatir, karena ini bukan pertama kalinya aku melihatnya seperti ini.
"Ya. Kau belum tidur?" Kata Steve sambil tersenyum.
"Kau tahu kan kalau aku selalu tidur paling larut." Jawabku. Masih saja ia bertanya, padahal aku dan Steve sudah bersama selama hampir 2 bulan. "Ada apa? Kau bisa cerita padaku." Lanjutku.
"Untuk pertama kalinya. Aku takut." Ucap Steve.
"Melawan Dormammu?" tanyaku bingung.
"Tidak. Aku takut tidak dapat menjalani hidupku seperti yang aku mau. Semua yang aku lakukan, melawan orang jahat dan lainnya, seakan tidak pernah berhenti." Jawabnya. Tidak aku sangka seorang Steve akan mengatakan hal seperti ini.
"Orang jahat ada dimana pun, Steve. Suatu saat aku percaya kau akan kembali kepada Peggy. Mungkin saja disana kau akan tetap melawan orang jahat. Kau tahu kenapa? Karena kau adalah orang baik." Jawabku.
"Terkadang aku hanya tidak mengerti dengan persepsi orang lain." Katanya.
"Steve. Jangan selalu pikirkan orang lain, kau juga harus memikirkan dirimu. Aku tahu, rasanya seakan-akan kau seperti mercusuar yang menarik orang-orang jahat untuk kau lawan. Tetapi, semua kehidupan mempunyai orang jahatnya sendiri. Entah itu makhluk besar seperti Dormammu, Thanos, robot, teman sendiri, bahkan dirimu sendiri. Semua itu adalah bagian dari hidup. Jadi jangan pernah berpikir kau tidak dapat menjalani hidup seperti yang kau mau." Kataku menenangkan Steve.
"Terima kasih, [Y/N]." Ucap Steve.
"Kau tidurlah, kita harus bersiap untuk besok." Ujar Steve.
"Kau tidur duluan saja, jangan khawatirkan aku." Kataku pada Steve. Steve tersenyum padaku dan ia berjalan meninggalkanku. Aku melihatnya menyusuri tangga ke atas, ia memberhentikan langkahnya dan berbalik badan ke arahku.
"[Y/N]. Sekali lagi, terima kasih." Kata Steve.
"Jangan dipikirkan. Tenang saja." Jawabku sambil tersenyum.
Steve pun naik kembali ke atas dan ia hilang dari pandanganku. Aku masih berdiri di sini melihat ke arah tangga, sampai beberapa detik kemudian aku meilhat Bucky di pandanganku. Ia turun dari tangga tersebut dan tersenyum sedetik kepadaku. Ia menghampiriku.
"Rupanya kau di sini. Aku mencarimu dan Steve bilang kau di sini." Kata Bucky, entah mengapa ucapannya membuat aku sedikit tersipu.
"Mengapa kau mencariku? Tumben sekali." Kataku berusaha tetap dengan wajah datar.
"Tidak apa. Mungkin saja ini malam terakhir kita bisa bersama." Katanya sambil menjilat bibirnya sedikit. "Seperti. Um. Kau tahu, besok mungkin saja ..." Lanjut Bucky yang tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Kau ingin mengucapkan perpisahan padaku?" Tanyaku pada Bucky.
"Mungkin. Atau mungkin saja, aku ingin bertanya mengenai saat tadi kau memelukku. Hal itu agak mengganjal pikiranku, karena aku tahu kau tidak hanya ingin mengucapkan terima kasih." Jawab Bucky.
"Umm." Gumamku dan membalik badanku dari Bucky dan melihat ke arah jendela. "Tadi aku tidak terlalu memikirkan itu, aku hanya ingin memelukmu, itu saja." Jawabku.
"Kau merasakan yang sama denganku, kan?" Tanya Bucky yang berada di belakangku. Apa maksudnya? Aku pun berdebat dengan diriku sendiri. Aku tidak pernah memikirkan Bucky seperti, kau tahu lah. Tapi ucapan Bucky membuatku jadi berpikir. Perdebatan kecil yang sering terjadi di antara kami malah menjadi seperti love-hate.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...