The Battle (Part 45: Here Comes The Light)

711 103 7
                                    

Xavier pun berhasil menyadarkan Wanda dan mengembalikan sisi baik Wanda dengan penglihatan itu.

"Terima kasih, Xavier." Kata Wanda dalam hati yang pastinya di dengar oleh Xavier. Kesadaran Wanda membuat Hex kembali utuh dan membuat Dormammu lebih lemah. Sehingga Wong dapat menahan Dormammu.

Wanda pun langsung pergi ke arah Steve dan mengeluarkan sihirnya.

"Strange. Ayo bantu mereka. Steve, bersiaplah! Kekuatan ini akan sangat besar untuk kau tahan." Ujar Wanda. Steve dan Bucky pun kembali memegang perisai milik Steve. [Y/N] dan Wade juga bersiap di belakang Steve dan Bucky menahan badan mereka agar tidak terdorong.

Strange dan Wanda langsung mengeluarkan sihirnya dan mengarahkannya kepada perisai Steve. Wanda mengeluarkan serangan besar ke arah perisai Steve. Dengan kekuatan Wanda, tubuh Steve, Bucky, [Y/N], dan Wade langsung terseret ke belakang.

TINGG

Terdengar bunyi dari perisai Steve.

"Cukup. Aku rasa sudah maksimal, sebelum perisai ini hancur." Ujar Steve yang hampir terjatuh. Strange, Wanda dan Wong pun memberhentikan serangannya ke arah perisai Steve. "Dengan aba-abaku, kita serang dahi Dormammu." Lanjut Steve.

Bucky pun melepas perisai tersebut dan membiarkan Steve melempar.

Wanda, Strange, dan Wong mengerahkan kekuatan mereka ke arah Eye of Agamotto. Dan dengan aliran kekuatan tersebut, Steve kemudian menyusul melemparkan perisainya dan tepat mengenai benda itu.

Dormammu terpental jauh dan Eye of Agamotto terlepas dari dahinya. Peter berlari untuk mengambil benda itu sebelum Dormammu terbangun. Peter menyerahkan benda itu pada Strange. Strange mengalungkan benda itu dan kembali melakukan mantra untuk membuka Eye of Agamotto.

"Eye of Agamotto akan menjebak Dormammu serta kekuatannya di dalam sini selamanya." Kata Strange. Seketika Dormammu berubah menjadi sebuah asap hitam tebal dan terhisap ke dalam Eye of Agamotto.

"Tidak!" Teriak Wanda saat menyadari kalau Dormammu sedang menarik Wanda untuk ikut masuk ke dalam Eye off Agamotto.

Melihat hal itu, Strange langsung menutup Eye of Agamotto. Dormammu gagal dijebak ke dalamnya. Wong langsung mengikat Dormammu agar tidak dapat bergerak.

"Kau tidak akan bisa melakukannya. Aku dan gadis ini sudah terikat. Jika kau menjebakku, kau juga akan menjebak si Scarlet Witch." Ujar Dormammu yang sudah lemah.

"Totemnya. Ambilah kalung kristal itu!" Kata Xavier.

[Y/N] langsung mengambil kalung kristal putih yang tadi dilempar oleh Wanda. Dengan cepat [Y/N] melemparkan kalung itu kepada Wanda. Wanda menangkap kalung itu dan memakainya. Sinar putih seperti meledak dari kalung tersebut dan memisahkan Wanda dengan Dormammu.

Strange dengan cepat membuka Eye of Agamotto kembali dan menghisap Dormammu. Dormammu terjebak di dalam benda itu dan tanpa tersisa apapun darinya.

[Y/N]'s POV

Akhirnya Dormammu dapat pergi dari planet ini. Setelah ini, Strange dapat memberi tahu Galactus dan Galactus akan segera pergi dari planetku. Aku menoleh ke arah sekitarku.

Aku melihat dari sudut kanan mataku, sebuah sinar oranye sihir mengarah kepadaku. Aku menoleh ke arah energi sihir tersebut dan ayahku berlari menghalangi sihir itu dari tubuhku. Seketika tubuh ayahku hancur. Aku terkejut dan langsung mencari sumber sihir itu.

Steve melihat ke arah sumber sihir itu dan langsung melemparkan perisainya ke arahnya. Kaecilius. Rupanya ia belum mati. Kaecilius menghancurkan ayahku. Perisai Steve membuat Kaecilius kembali pingsan. Melihat itu, Strange membuka kembali Eye of Agomotto untuk menjebak Kaecilius bersama Dormammu di dalamnya. Tubuh Kaecilius pun terhisap dan masuk ke dalam benda itu.

Aku tahu ayahku tidak dapat mati. Tetapi harus ada bagian dari dirinya yang tersisa agar ia dapat beregenerasi. Aku pun berlutut untuk mencari bagian tubuh ayahku yang mungkin dapat aku temukan, tetapi aku tidak dapat menemukan apapun.

Aku pun menjadi lemas seketika, aku tidak akan bertemu ayahku kembali. Sihir belum pernah menghancurkan ayahku. Dan mungkin ini adalah satu-satunya cara agar ayahku dapat mati.

Steve dan Bucky menghampiriku dan merangkulku. Aku sedih tetapi tidak dapat menangis. Semua ini hanya terasa aneh karena selama ini aku yakin ayahku tidak dapat mati.

"Tidak ada yang tersisa dari ayahku. Ia tidak akan hidup kembali. Ia mengorbankan dirinya menyelamatkanku." Kataku dengan tatapan kosong. Aku masih tidak dapat mencerna hal ini.

"Ayahmu dapat beregenerasi dari hal sekecil apapun?" tanya Bucky padaku.

"Ya. Tapi tidak ada yang tersisa disini. Jika ia hangus, abunya pun tidak ada disini." Jawabku. Steve dan Bucky menatap satu sama lain. Aku merasa ada yang mereka pikirkan. Dan lagi-lagi mereka memiliki ide yang sama.

"Sebenarnya ada." Ujar Steve melihat ke arahku.

"Kelingking ayahmu." Kata Bucky. Aku ingat itu. Ayahku sempat mengatakan kalau jarinya terputus.

"Tapi dimana jarinya?" tanyaku dengan harapan. Aku pun bangkit berdiri.

"Kau tidak akan menyukai letaknya." Jawab Bucky sambil mengerutkan hidungnya.

"Katakan saja dimana." Kataku pada Bucky.

"Bukan kau yang tidak akan menyukai tempatnya. Tetapi professor itu." Kata Bucky menunjuk ke arah kursi roda Xavier.

"Apa?" Kata Xavier terkejut. Aku rasa Xavier membaca pikiran Bucky. Xavier pun langsung mencari sesuatu di dudukannya. Ia mendapatkan sesuatu dan mengambilnya.

"Oh Tuhan. Ini menjijikkan." Kata Xavier sambil melempar sesuatu ke arahku. Kelingking ayahku yang masih lengkap dengan kostum merahnya menyelimuti jari itu.

"Oke, aku mengakui ini menjijikkan. Tapi hanya ini bagian tubuh ayahku yang tersisa." Kataku. "Tapi mengapa ayahku memungut bagian tubuhnya yang terpotong? Dan mengapa kau tahu ada di kursi Xavier?" tanyaku pada Bucky.

"Bukan ayahmu. Aku melihat Erik mengambil jari itu dan meletakkannya di kursi Xavier. Tadinya aku pikir Erik aneh melakukan itu, tetapi rupanya ada gunanya juga." Jawab Bucky.

"Erik sudah mengetahui kalau dirinya dan Wade akan mati. Ia menemui salah satu muridku yang dapat membaca masa depan." Kata Xavier yang kembali teringat dan merasa sedih atas kematian Erik.

Semuanya menjadi masuk akal. Masuk akal mengapa Erik terlihat ragu untuk membantuku. Masuk akal mengapa Erik memungut jari ayahku.

"Peter. Maafkan aku mengenai ayahmu." Kata Steve kepada Peter.

"Aku tidak terlalu akrab dengannya. Tetapi, tetap saja ia ayahku dan aku menyesali kematiannya." Jawab Peter.

"Maafkan aku. Semua ini karena diriku." Kata Wanda menghampiri Peter. Wanda memeluk Peter.

Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang