Aku dan Steve masuk ke dalam lemari dengan segera. Aku mengintip dari celah kecil dan melihat Bucky sudah bersiap-siap. Dan tidak membutuhkan waktu lama, para petugas dan Dr. Zola masuk ke dalam ruangan. Bucky langsung menghajar salah satu petugas dan membuatnya pingsan. Masih ada 5 petugas di tambah Dr. Zola yang siap melawan. Terjadi petarungan antara 5 orang petugas dan Bucky sendiri. Bucky dapat melumpuhkan 2 orang petugas lainnya dan Dr. Zola mengambil alat setrum untuk Bucky. Bucky tersengat oleh alat itu dan Bucky berlutut dengan lemah. Masih dalam setruman yang tanpa di hentikan, petugas mengambil alat untuk memborgol Bucky. Dr. Zola mematikan setrumannya dan membiarkan petugas menahan Bucky.
"Apa yang kau lakukan?" Bentak Dr. Zola kepada Bucky. Bucky hanya terengah-engah dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dr. Zola kembali menyetrum Bucky yang sudah tertahan sambil berlutut. "Katakan atau siksaanmu akan semakin sakit." Ancam Dr. Zola kepada Bucky. Bucky hanya menatap lurus ke depan tanpa melihat ke arah Dr. Zola. Aku melirik ke arah Steve. Steve terlihat merasa sangat bersalah dan ia tidak tega mendengar kondisi Bucky.
"Bawa Winter Soldier ini kembali ke ruangannya dan masukkan ke alat seperti biasa." Perintah Dr. Zola kepada 3 petugas yang masih bersiap.
"Melakukan prosedur cuci otak?" Tanya salah satu petugas.
"Jangan. Maksudku belum, aku ingin memberikannya pelajaran terlebih dahulu, baru lah pencucian otak dimulai." Jawab Dr. Zola.
Ketiga petugas dan Dr. Zola membawa Bucky ke ruangan melalui lubang di balik lemari ini. Aku memeluk Steve untuk menenangkannya. Ini benar-benar tidak manusiawi, aku tidak dapat membayangkan perasaan Steve.
Aku mendengar jeritan dari dalam ruangan Bucky.
"Kita harus menolongnya." Kata Steve yang tidak tega mendengar siksaan yang diberikan kepada Bucky.
"Aku tahu. Tapi kita tidak bisa. Seperti yang kau katakan ia harus dicuci otak seperti sebagaimana mestinya. Steve, kita harus berhasil keluar. Jangan biarkan pengorbanan Bucky sia-sia." Kataku kepada Steve. Steve menangguk setuju.
Aku dan Steve keluar dari lemari persembunyian kami diiringi oleh suara jerit kesakitan yang Bucky alami. Aku memejamkan mataku beberapa kali untuk menghalau suara Bucky. Aku pun tidak tega mendengarnya. Dan saat kami keluar dari ruangan, suara Bucky tidak terdengar lagi. Aku dan Steve keluar dari sana dan langsung menuju mobil Howard terburu-buru. Sesampainya di dalam mobil. Aku dan Steve mengatur napas kami. Steve tertunduk.
"Steve, kau tidak apa?" Tanyaku mengkhawatirkan keadaan Steve.
"Ya." Jawabnya singkat dan langsung menyalakan mesin mobil.
"Maafkan aku soal Bucky." Kataku karena sudah mencegah Steve untuk menolong Bucky.
"Aku mengerti, Vanessa. Ia harus kembali di cuci otak, kembali dibekukan sampai dibutuhkan untuk membunuh seseorang, dan baru akan sadar 50 tahun lagi." Jelas Steve kepadaku.
"Semua yang terjadi hari ini adalah masa lalu. Seperti yang kamu tahu, ia baik-baik saja di masa depan. Jangan khawatir, Steve." Kataku. Steve mengangguk dan menancap gas untuk segera kembali ke rumah Howard.
Aku dan Steve sampai di rumah Howard. Steve memarkirkan mobil milik Howard ke halaman belakang Howard melalui samping rumah. Aku melihat Howard keluar dari pintu belakang rumah, sepertinya ia sudah mendengar bunyi mobil.
"Vanessa, Jangan katakan apa pun mengenai Dr. Zola. Howard tidak tahu kalau Zola adalah pengkhianat Shield. Dan juga jangan sebut apa pun mengenai Bucky, karena Bucky akan membunuh Howard 20 tahun yang akan datang." Perintah Steve kepadaku. "Katakan saja semuanya berjalan lancar." Lanjutnya. Aku agak terkejut dengan ucapan Steve mengenai Bucky.
Aku dan Steve keluar dari mobil dan menghampiri Howard. Raut wajah Howard terlihat penasaran apakah kami berhasil mendapatkannya atau tidak.
"Bagaimana?" Tanya Howard begitu kami berdiri di hadapannya. Steve mengeluarkan disket dari kantung jaketnya dan memberikan disket itu kepada Howard. "Ayo masuk, tapi jangan berisik, istriku sudah di rumah." Lanjutnya.
Howard mengajak kami masuk dan kami kembali ke dalam ruang kerja rahasia Howard. Howard memasukkan disket ke dalam komputernya dan ia mengerjakan yang harus ia kerjakan. Aku dan Steve duduk di sofa yang berada di samping komputer sembari menunggu Howard.
"Apakah kau merindukan masa depan?" tanyaku memecah keheningan antara aku dan Steve.
"Banyak hal mengejutkan terjadi, banyak kekacauan tapi juga banyak hal indah terjadi. Aku memang merindukannya." Jawab Steve. Aku terdiam berharap aku dapat mengingat bagaimana kehidupanku sebelumnya. "Jangan khawatir, kita akan berhasil dan kamu akan mengetahui asal-usulmu."
Aku dan Steve keluar untuk membiarkan Howard fokus dengan apa yang dikerjakannya. Aku dan Steve duduk di kursi yang terletak di halaman belakang Howard. Steve menceritakan asal-usulnya dan menceritakan tentang program Super Soldier yang pernah ia jalani. Aku pikir ia akan mulai bercerita saat sudah mengetahui kebenaran tentang diriku, rupanya ia sudah mempercayaiku. Aku meminta Steve menceritakan mengenai masa depan, teknologi seperti apa saja yang terdapat di zaman itu. Aku berharap dengan ceritanya, dapat mengembalikan ingatanku, setidaknya nama asliku.
"Bagaimana dengan Peggy? Aku rasa ada sesuatu di antara kalian." Tanyaku pada Steve. Steve tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Peggy sudah memiliki kehidupannya." Jawab Steve sambil tersenyum dengan lembut.
Aku dan Steve berbincang cukup lama. Dari ceritanya, aku dapat memastikan kalau ia adalah orang yang baik dan rendah hati. Tapi ia selalu menyangkal saat aku menyebutnya sebagai seorang pahlawan. Setelah berbincang lama, Steve mengajakku untuk kembali ke ruang kerja Howard. Kami pun kembali turun untuk menemui Howard.
"Steve, aku memerlukan waktu untuk melakukan kalibrasi. Komputerku sangat tertinggal zaman untuk kode ini, aku rasa besok baru selesai." Ucap Howard saat kami datang ke ruang kerjanya.
"Um oke, jadi kami akan kembali kesini esok hari." Kata Steve sambil menganggukkan kepalanya.
"Oh ya, gunakan saja mobilku agar Peggy tidak perlu repot mengantar kalian." Kata Howard menawarkan mobilnya. Tawaran ini memang sangat kami perlukan. Jadi aku dan Steve menyetujuinya.
Aku dan Steve berpamitan kepada Howard untuk pulang.
(Don't forget to vote. Thank You)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...