"Bucky?" Ucap Steve dengan mata terbelalak. Steve langsung berdiri dan menghampiri pria itu. Steve langsung memeluk pria itu dan pria itu memeluk balik Steve. Aku pun penasaran dan menghampiri mereka. "Bucky, bagaimana kau bisa disini?" tanya Steve melepas pelukannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Bucky kepada Steve yang masih meletakkan kedua tangan di pundaknya.
"Kau mengingatku? Bukankah kau di—Um..." Ujar Steve terbata-bata. Steve mengetahui sesuatu yang tidak dapat ia katakan.
"Di cuci otak? Ya. Bagaimana kau tahu?" tanya Bucky kepada Steve.
"Sebentar." Ucap Steve. Steve langsung menarikku ke sudut ruangan untuk berbicara berdua. "Vanessa, Bucky adalah sahabatku, seharusnya ia sudah di cuci otak, bahkan ia hampir membunuhku di masa depan. Apakah ini dapat mengubah takdir?" Bisik Steve meminta saran kepadaku. Aku rasa keadaan emosional Steve sedang bergejolak melihat Bucky sehingga ia tidak dapat berpikir jernih mengenai keputusan apa yang harus ia lakukan.
"Jika ia sahabatmu, kurasa ia akan membantu." Bisikku sambil melirik ke arah Bucky yang sedang memperhatikan kami dari jauh. "Dengar, takdir akan jalan sebagaimana mestinya. Maafkan kalau aku harus berkata seperti ini, tapi mungkin cuci otak dapat dilakukan berkali-kali. Mungkin saja setelah kita berhasil pergi dari sini, ia akan di cuci otak lagi." Lanjutku dengan perasaan tidak enak karena hal itu dapat menyakiti perasaan Steve. Steve mengangguk.
"Bucky, ini Vanessa, kami butuh bantuanmu. Kami datang dari masa depan dan suatu hal terjadi." Kata Steve mau mencoba menjelaskan.
"Kau akan mengatakan tentang masa depan kepadanya?" Bisikku kepada Steve.
"Jika perkataanmu benar, ia akan lupa." Bisik Steve kembali padaku. Steve pun berjalan mendekat ke arah Bucky, dan aku mengikutinya. "Tapi bagaimana bisa kau mengingatku saat sudah di cuci otak?" kata Steve saat sudah berada di hadapan Bucky.
"Aku sudah 4 tahun tersadar, dan aku hanya berpura-pura tidak mengingat apapun kepada Dr. Zola. Memang sangat berat membunuh orang-orang saat aku sadar dan menatap mata mereka. Maafkan aku, Steve." Jelas Bucky dengan mata berbinar-binar.
"Kau tidak punya pilihan." Kata Steve menenangkan Bucky. "Buck, aku membutuhkan sebuah benda yang memiliki program kecerdasan buatan. Kau selalu bersama dengan Dr. Zola, apakah kau mengetahuinya?" tanya Steve kepada Bucky.
"Beruntungnya dirimu, semua arsip rahasia milik Dr. Zola ada di lemariku." Jawab Bucky. Bucky membuka lemari di belakangnya dan mengeluarkan beberapa tumpukan berkas berat yang dapat dengan mudah di bawa oleh Bukcy. Ia menyerahkan berkas itu kepada Steve. Steve mengambilnya. Bucky mengeluarkan tumpukan berkas lainnya dan memberikan kepadaku.
"Ya Tuhan" ucapku karena tumpukan ini memang sangat berat.
Aku dan Steve mencari informasi yang mungkin terdapat dalam berkas-berkas ini. Aku memilah-milah dan Steve memilah bagiannya. Aku membaca satu persatu dari puluhan judul. Mataku tertarik kepada suatu berkas berjudul "Winter Soldier". Aku menarik berkas itu dan membukanya.
Suatu tangan besi berwarna silver menutup lembaran tersebut. Itu Bucky, ia mengambil berkas tersebut dan melihat ke arahku. Ia menggelengkan kepalanya. Aku mengerti, berkas ini ada sangkut paut dengannya dan ia tidak ingin hal itu dibahas. Steve hanya menoleh kearahku sebentar dan kembali mencari.
"Pemindahan Kesadaran melalui Kecerdasan Buatan." Ucap Steve membaca sebuah judul berkas. "Ini dia." Lanjut Steve.
Aku dan Bucky langsung memfokuskan pandangan kami kepada berkas yang Steve pegang. Kami mencari informasi yang mungkin akan berguna.
"Steve. Arsip 0114, kata sandi AIOFZ" ucapku menunjuk ke sebuah tulisan yang Steve pegang.
"Aku tahu ini. Aku melihat Arsip 0114 di komputer Zola tadi." Ucap Steve dengan penuh harapan dan semangat.
"Baik. Ayo." Kataku.
"Biar aku saja yang memeriksa." Saran Bucky. Aku dan Steve mengangguk.
Bucky membuka lubang yang merupakan satu-satunya jalan keluar dan masuk ruangan ini. Ia mengintip dan perlahan keluar.
"Steve. Aman." Bisik Bucky kepada kami.
Aku dan Steve pun mengikuti Bucky keluar. Steve langsung kembali ke komputer milik Dr. Zola dan mencoba mencari berkas yang dibutuhkan. Bucky berjalan ke arah pintu dan membukanya sedikit.
"Aku akan mengawasi apabila ada yang akan datang." Kata Bucky sambil mengintip dari pintu yang ia buka sedikit.
"Vanessa. Aku menemukannya. Aku akan menyalin kodenya ke disket" Kata Steve.
Steve pun mengambil salah satu disket dari tumpukan disket dan menyalin kode yang dibutuhkan untuk Howard. Steve pun berhasil.
"Kawan-kawan, gawat. Zola datang." Ujar Bucky.
"Haruskah kita masuk kembali ke ruangan Bucky?" tanyaku panik.
"Tidak, ia membawa 6 orang petugas. Ia memang akan masuk ke ruanganku. Aku akan berimprovisasi, kalian sembunyi ke dalam lemari itu. Aku akan pastikan mereka tidak menemukan kalian di sana." Ucap Bucky dengan percaya diri. Aku menoleh ke arah Steve dan ia menyetujuinya.
(I'd like to read your comment. Don't forget to vote. Satu vote dari kalian berharga. Thank You)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...