"Alat apa yang biasa kau gunakan?" Tanya Steve padaku.
"Tongkat, pedang, dan senjata api." Jawabku sambil melihat ke sekitar untuk mencari apa yang dapat aku gunakan. Aku melihat tongkat yang sama persis digunakan oleh pasukan wanita Wakanda. Aku mengambilnya tongkat yang bersandar pada tumpukan jerami. Aku mengambil tiga buah tongkat dan memberikan kepada mereka masing-masing satu, untukku juga satu.
"Tongkat. Lumayan sulit." Ucap Steve saat memegang tongkat yang aku berikan.
"Dengan tongkat. Satu lawan dua." Tantangku kepada mereka.
Dengan senang hati sepertinya mereka menerima tantanganku. Aku memosisikan badanku di antara Bucky dan Steve. Mereka berkuda-kuda sambil beradaptasi dengan tongkat ini. Aku melirik ke arah kiri dan kanan, yaitu Bucky dan Steve secara bergantian. Aku bersiap untuk melawan mereka berdua. Siapa pun yang menyerangku.
Bucky menyerang duluan. Dalam sudut mataku, aku melihat Bucky mengayunkan tongkat ke arahku, dengan mudah aku menangkisnya. Ayunannya memanglah kuat, tetapi tongkat adalah senjata andalanku untuk perlawanan jarak dekat. Steve pun ikut melawanku menggunakan tongkat. Ia mengayunkan tongkatnya dari atas kepala ke bawah untuk membuatku lebih sulit menahannya. Aku mendorong tongkat Bucky menggunakan tongkatku dan langsung menangkis tongkat Steve.
Mereka hanya melakukan gerakan biasa saat melawanku menggunakan tongkat. Kelebihan yang mereka miliki hanyalah kekuatan. Tapi teknik? Jelas bukan tandinganku. Aku memutar tongkatku untuk menjatuhkan tongkat milik Bucky. Aku menancapkan tongkatku ke tanah dan memindahkan beban tubuhku ke tangan. Dengan tongkat aku menahan berat tubuhku dan melakukan tendangan ke arah Bucky. Aku menoleh sedikit ke belakang melihat Steve yang hendak menyerangku. Dengan ujung tongkat, aku mendorong Steve di bagian perut membuat Steve terjatuh ke tanah.
Bucky bangkit dengan tongkatnya dan mendorongku, lagi-lagi aku dapat menangkis dan mengaitkan kedua kakiku ke badan Bucky. Kakiku mengikat tangan Bucky sehingga ia terjatuh dan tidak dapat bergerak. Dalam waktu yang sama Steve bangkit dan ketika hendak menyerangku, aku menyerangnya pada bagian kaki dan membuatnya terjatuh. Kakiku mengikat tangan Bucky, dan dengan tanganku aku menahan leher Steve yang sudah berbaring di tanah.
Melihat mereka berdua yang sudah terjatuh, aku pun bangkit berdiri dan membantu mereka bangun.
"Gaya tongkat khas milik pembunuh bayaran." Ucap seorang perempuan dari belakangku yang agak membuatku terkejut. Aku menoleh ke belakang. "Okoye." Ujarnya sambil mengulurkan tangan untuk kujabat.
"[Y/N]." Kataku sambil menjabat tangannya.
Okoye mengambil tongkat yang sudah aku jatuhkan dari lantai, dan melemparnya ke arahku. Aku menangkap tongkat tersebut.
"Mereka kaku dengan tongkat dan bukan tandinganmu. Lawanmu adalah aku." Ucap Okoye.
"Semoga kau berhasil bangkit lagi dari kematian setelah melawannya." Celetuk Bucky padaku. Jadi sekarang penantangku adalah seorang tentara Wakanda. Aku mengangguk menerima tantangan Okoye.
Aku menatap mata Okoye. Aku pernah melihat tatapan itu pada lawanku di duniaku. Ia akan selalu berkontak mata untuk menebak gerakanku selanjutnya. Aku mengincar kaki Okoye, karena aku harus dapat menyerang keseimbangannya. Aku pun mengayunkan tongkatku ke arah Okoye.
Benar saja, ia dapat membaca gerakanku dari mata, ia malah membalik seranganku dan membuatku terjatuh. Aku kembali bangkit berdiri. Untuk melawan orang seperti ini, aku tidak boleh berencana. Semua harus aku lakukan secara spontan.
Dengan penyerangan langsung tanpa rencana, aku dan Okoye dapat bertarung secara seimbang. Kami saling menyerang dan menangkis tongkat kami. Jelas saja melawan Okoye lebih sulit dari pada melawan Steve dan Bucky dengan tongkatnya.
Hingga suatu saat kemudian, aku kembali ingin mengincar keseimbangan Okoye. Aku menyerang perut Okoye dan mengayunkan tongkatku ke lutut bagian belakangnya. Aku berhasil membuatnya jatuh berlutut. Tapi dengan kemampuan Okoye, ia langsung mengayunkan tongkat ke arah kakiku. Ia membuat badanku berputar 180 derajat. Tentu saja aku langsung terjatuh.
Aku mengaku kekalahanku. Bucky dan Steve membangunkanku.
"Jelas saja Captain dan White Wolf kalah denganmu. Aku dapat mengajarkanmu menjadi lebih hebat hanya dalam waktu 3 hari. Temui aku besok pagi." Ucap Okoye padaku dan langsung meninggalkan kami. Aku, Steve, dan Bucky hanya melihat ke arah Okoye yang menjauh.
"White Wolf?" Tanyaku agak heran.
"White Wolf adalah panggilan mereka padaku mengenai sisiku yang lebih tenang. Mereka berharap aku dapat selalu setenang ini dan benar-benar melupakan Winter Soldier." Jawab Bucky.
"Apa kau memiliki panggilan lain di duniamu? Kau disebut apa?" Tanya Steve padaku.
"Deadpool." Jawabku.
"Kolam? Kematian?" Tanya Steve heran.
"Ya. Aku mengambil nama alias dari ayahku karena pekerjaan dan kemampuan kami dapat dibilang sama persis. Hanya saja ia dapat beregenerasi lumayan cepat, dan aku hanya dapat beregenerasi saat aku mati. Ia mengambil nama deadpool karena namanya ada di urutan kolam kematian. Padahal ia tidak bisa mati, sepertiku." Jawabku sambil menopang pinggang.
"Cukup menarik." Kata Steve.
"Soldiers. Maukah kalian melatihku dengan perlawanan tangan kosong." Pintaku pada mereka.
"Super Soldier atau Winter Soldier?" Tanya Bucky seakan membuatku harus memilih ingin diajarkan oleh siapa.
"Keduanya. Aku harus bisa mengalahkan kalian." Jawabku.
Bucky mengambil tongkat yang kupegang. Ia mematahkan tongkat itu menjadi dua dengan kedua tangan dan pahanya.
"Kau yakin?" Tanya Bucky.
"Ok. Tidak mungkin mengalahkan kalian, tapi setidaknya aku dapat ilmu." Kataku.
(Hey. Vote. Comment. Thank You, mwah.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...