Pemandangan pagi di Wakanda sangat membuat diriku tenang. Badanku masih agak remuk karena siksaan Bucky kemarin. Seperti biasanya, aku selalu bangun terakhir dibandingkan Steve dan Bucky karena aku tidur lebih larut dari mereka. Aku melihat ke arah luar jendela dan mereka sudah berada di luar. Dengan perisai hitam baru milik Steve, ia dan Bucky sedang berlatih di luar. Mereka melempar dan menangkap perisai bergantian.
"HEI!" Teriakku pada mereka.
Steve menoleh dan tersenyum padaku. Tapi Bucky, tanpa melihat kearahku, ia melempar perisai itu ke arahku. Aku langsung merunduk kaget. Saat aku kembali berdiri, rupanya perisai itu hanya memutar arah dan kembali ke Bucky.
"KAU BISA MELUKAIKU!" Teriakku lagi, Bucky hanya tersenyum setengah mendengarku. Ada dendam apa Bucky denganku.
"KAU TIDAK MAU BERLATIH HARI INI?" Teriak Steve kembali padaku.
"NANTI AKU MENYUSUL." Jawabku berteriak.
Steve dan Bucky kembali melanjutkan latihan mereka. Aku meregangkan badanku agar tidak semakin cedera. Aku ke kamar mandi dan mandi dengan air hangat. Hangatnya air membantu otot-ototku untuk rileks. Aku mengenakan pakaian yang Shuri berikan padaku, pakaian yang cocok digunakan untuk latihan. Agak ketat tapi tetap membuat kulitku dapat bernapas. Setelah mandi aku mengambil tongkat yang kemarin Shuri berikan padaku. Aku turun ke bawah untuk menyusul Steve dan Bucky.
"Badanmu sudah baikkan?" Tanya Bucky padaku saat aku menghampiri mereka. Oh rupanya guru pembunuh ini masih memedulikan kesehatanku.
"Sedikit. Asalkan kau tidak menyiksaku lagi kali ini, aku akan baik-baik saja." Jawabku.
"Kami sudah tidak perlu melatihmu, kau sudah dapat mengalahkan Bucky." Ujar Steve.
"Tidak, kemarin aku yang mengalah." Sahut Bucky tidak mau mengakui kekalahannya.
Ponsel Bucky berdering. Ia langsung mengambil ponsel dari kantungnya dan melihat ke layar ponsel.
"Siapa?" Tanyaku penasaran, karena aku berharap ada kabar terbaru dari Strange.
"Siapa lagi?" Jawab Bucky. Sepertinya dugaanku benar, itu Strange.
Bucky menyerahkan ponselnya untuk Steve menjawab. Steve mengambil ponselnya dan mengangkat telepon dari Strange.
"Kami di Wakanda." Jawab Steve di teleponnya. "Dan dimana dia?" lanjutnya. "Perjalanan kami dengan jet bisa 6 jam." Ujar Steve, aku menduga kalau kami harus menemui Strange. "Ya, baiklah." Jawab Steve terakhir kalinya sebelum mematikan hubungan telepon.
"Bagaimana?" Tanyaku.
"Ada masalah dengan Wanda dan Strange akan menjemput kita." Jawab Steve.
Tidak lama kemudian Raja T-Chala datang dari kejauhan bersama Doctor Strange. Ya, secepat itu Strange kemari. Dan aku rasa ia harus bersikap sopan untuk menemui Sang Raja terlebih dahulu. Kami berjalan saling menghampiri.
"Sepertinya kami harus meninggalkan Wakanda lagi." Kata Steve kepada T-Chala.
"Kau yakin tidak memerlukan bantuan kami?" Tanya T-Chala. Steve melihat ke arah Doctor Stange yang berdiri di belakang T-Chala. Strange menggelengkan kepalanya, mengartikan bahwa kita tidak perlu meminta bantuan Wakanda.
"Tidak perlu. Semua ini sudah cukup." Jawab Steve pada T-Chala.
"Baik kalau begitu. Kurasa kita harus berpamitan." Ujar T-Chala.
"Terima kasih atas segala bantuannya Yang Mulia." Kata Steve.
"Oke. Ayo kita pergi." Kata Strange.
Strange kembali membuka portal dengan tangannya. Dalam portal tersebut, aku tahu kemana tujuan portal tersebut. Kami akan kembali ke kuil (Sanctum) Strange di New York. Kami berpamitan dengan Raja T-Chala dan memasuki portal Strange.
Secepat itu perjalanan pulang kami.
"Dimana Wanda?" Tanya Steve pada Strange.
"Itu lah yang harus kita urus sekarang. Aku mendapat informasi bahwa beberapa minggu lalu Wanda menghilang bersamaan dengan beberapa orang lainnya. Setelah penyelidikan panjang, ternyata Wanda membuat realitas palsu dan menahan seluruh isi kota Eastview kemudian mengubah kota tersebut menjadi Westview. Sekarang kota tersebut sudah kembali seperti semula, tetapi Wanda hilang kembali." Jawab Strange.
"Adakah cara untuk menemukan Wanda?" Tanya Steve.
"Keluarganya." Jawab Strange.
"Satu-satunya keluarga Wanda adalah Vision dan Pietro Maximoff, tapi mereka sudah tidak ada." Ujar Steve.
"Maximoff? Aku tahu. Quicksilver, kan?" kataku teringat dengan salah satu anggota X-Men di duniaku.
"Uh Quicksilver? Dari namanya dapat kutebak kalau mereka sama-sama cepat. Bagaimana kau tahu?" Tanya Steve padaku.
"Peter Maximoff merupakan –" Kataku yang terpotong.
"Pietro Maximoff." Sahut Steve membenarkan nama.
"Di duniaku namanya adalah Peter Maximoff." Kataku dengan penegasan pada kata duniaku. "Ia memiliki saudara kembar perempuan tetapi ia meninggal, aku tidak tahu apa sebabnya. Dan ayahnya, ia juga merupakan seorang mutan. Kalau aku bisa datang ke dunia ini, seharusnya Peter juga bisa, kan?" Lanjutku mengutarakan ide.
"Bisa saja asalkan ia berada di garis waktu yang sama denganmu, 2055." Jawab Strange.
"Umm. Untuk itu. Uh. Ia sudah meninggal di tahunku. Tapi tidak bisakah meminjam Peter dari tahunnya saat masih muda?" Tanyaku.
"Kau akan merusak garis waktu dan realitas di duniamu, gadis pintar." Ujar Strange yang sepertinya sudah tidak tertarik pada ideku karena masalah ini.
"Garis waktu dan realitas di duniaku sudah rusak, Doctor. Biar aku jelaskan kembali." Kataku yang kemudian menarik napas agak panjang.
"Di duniaku, kembali ke masa lalu tidak akan membuat garis waktu bercabang, melainkan akan mengubah masa depan. Ayahku dan beberapa anggota X-Men sudah pernah melintasi perjalanan waktu dan mengubah beberapa realitas. Tapi karena batu waktu yang KAU serahkan pada Thanos hancur, sekarang terdapat banyak realitas di duniaku. Jadi kita pinjam saja Peter dari realitas yang rusak itu." Kataku menjelaskan.
"Dan berarti kita akan membuat satu cabang lagi di duniamu setelah meminjam Peter Maximoff." Kata Strange yang akhirnya mengerti ideku.
"Yap." Jawabku singkat.
Strange terlihat memikirkan rencanaku ini. Mungkin ideku adalah satu-satunya rencana yang dapat kami lakukan karena kami tidak boleh merusak realitas di dunia milik Avengers.
(Don't forget to vote. It would means a lot to me. Thank You.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...