Part 26: Ide yang Sama

651 139 2
                                    

"Steve, aku tahu dimana kita harus menunggu. Strange bilang kita harus menyiapkan diri, bukan." Ucap Bucky memecah keheningan antara kami bertiga yang sedang berpikir. Steve menoleh ke arah Bucky dengan ekspresi seperti baru menemukan suatu ide.

"Kau berpikir hal yang sama denganku, kan?" Tanya Steve pada Bucky.

"Mungkin saja." Jawab Bucky sambil menganggukkan kepalanya perlahan.

"Kau tahu cara menghubungi mereka?" Tanya Steve. Bucky menganggukkan kepalanya.

"Oke, jelaskan padaku." Kataku lelah menerka-nerka apa yang mereka bicarakan.

"Kau akan lihat nanti." Jawab Steve.

"Kita hubungi sekarang?" Tanya Bucky.

"Ya, kita punya beberapa minggu untuk bersiap." Jawab Steve

Bucky berdiri dan berjalan ke sudut ruangan. Ia mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol disana. Bucky melakukan panggilan telepon yang aku tidak ketahui siapa lawan bicaranya. Aku tidak dapat mendengar apa yang Bucky bicarakan di telepon, tetapi Bucky beberapa kali melirik ke arah aku dan Steve.

Bucky pun selesai melakukan panggilan telepon. Ia kembali menghampiri aku dan Steve.

"Mereka akan menjemput kita sekarang. Bersiaplah." Ujar Bucky pada kami.

"Jadi tidak akan ada yang memberitahuku?" Tanyaku agak kesal.

"Kau harus melihatnya sendiri." Jawab Steve.

Seperti biasanya, aku hanya menuruti perintah Captain. Kami bertiga bersiap-siap. Setelah kami bersiap, kami menunggu. Aku sama sekali tidak tahu siapa yang aku tunggu. Tidak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu apartemen Bucky. Bucky langsung meminta aku dan Steve untuk beranjak. Sepertinya itu adalah orang yang kami tunggu.

Bucky membuka pintu dan aku melihat dua orang wanita dengan kulit gelap. Kedua wanita itu memiliki kepala yang gundul dengan tatapan tegas dan serius seperti Bucky.

"Captain. James." Sambut wanita itu saat melihat Steve.

"Ayo, perkenalkan ini [Y/N]." Ucap Bucky memperkenalkan diriku pada Ayo. Ia hanya melihatku dengan tatapan tajam tanpa mengatakan apapun.

Kami pun beranjak dari apartemen Bucky dan turun ke bawah. Mereka membawa kami naik mobil sedan 4 pintu yang cukup mewah. Kedua wanita itu duduk di bagian depan.

"Sesak sekali, badan kalian besar." Keluhku karena aku duduk berhimpitan di antara Bucky dan Steve di kursi belakang. Apalagi dengan Bucky yang berada di sebelah kananku, agak sakit untuk berhimpitan dengan tangannya.

"Hanya sebentar. Bersabar saja." Jawab Steve padaku.

"Bilang saja kalau kau gugup duduk di sampingku." Kata Bucky meledekku.

"Kau gila? Tanganku saja terbentur tangan vibraniummu. Seandainya aku bisa melepas tangan itu." Kataku pada Bucky. Steve hanya menyeringai melihat perdebatan kecil kami.

Ayo dan wanita satunya yang tidak memperkenalkan dirinya membawa kami pergi. Mereka membawa kami agak jauh dari perkotaan menuju ke tempat yang penuh dengan pepohonan. Mereka memberhentikan mobil di lapangan luas yang dikelilingi oleh pepohonan. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah jet berwarna hitam dengan desain yang sangat futuristik.

"Si Raja meminjamkan jet pribadinya?" Tanya Steve pada Ayo.

"Untuk orang kepercayaannya." Jawab Ayo mengiyakan.

Ayo membawa kami menaiki jet hitam tersebut. Sekarang aku tahu bahwa orang yang Bucky hubungi bukanlah sembarang orang.

Aku memasukki jet tersebut dan takjub dengan interior yang dimiliki jet ini. Kami pun duduk di dalam jet itu dan memakai sabuk pengaman. Setelah semua siap jet itu berangkat.

Tidak seperti jet lainnya yang memerlukan landasan panjang untuk terbang, jet ini mampu langsung naik ke atas. Kecepatan jet ini lumayan cepat dan membuat tubuhku sedikit tertekan ke sandaran kursiku. Aku sangat ingin bertanya kemana tujuan kami, tapi aku agak takut dengan Ayo dan teman wanitanya.

Saat aku mulai merasa nyaman di jet ini, aku mengerti Ayo memang memiliki tatapan seperti itu, dan aku sudah terbiasa. Aku mengobrol dengan Steve dan Bucky mengenai hal acak.

Saat diperjalanan aku tertidur beberapa saat. Aku membuka mataku dan melihat Bucky dan Steve tertidur.

Bucky menggelengkan kepalanya dalam tidur. Aku khawatir ia mengalami mimpi buruk, aku menyentuh pundaknya. Ia terhentak dan langsung membuka matanya.

"Kau tak apa?" Tanyaku pada Bucky.

"Aku tak apa" jawab Bucky sambil menggelengkan kepalanya. Aku tahu ia bermimpi buruk dan tidak ingin membicarakannya. Ia menyandarkan kepalanya kembali sambil menghela napas. Steve pun terbangun karena suaraku dan Bucky.

Aku melihat ke arah jam di tanganku, sudah 6 jam kami melakukan perjalanan.

"Kita hampir sampai." Ujar Ayo kepada kami.

Aku melihat ke arah jendela. Kami seperti masuk melewati medan tak kasat mata.

"Selamat datang di Wakanda." Bisik Bucky padaku.

"Wakanda? Apa itu Wakanda" Tanyaku bingung sambil mengerutkan dahiku.

"Sebuah negara paling maju di dunia. Di Afrika." Jawab Bucky.

"Hanya 6 jam perjalanan ke Afrika?" Tanyaku terkejut. Bucky hanya menjawabku dengan tersenyum.

Jet pun mendarat dan kami turun. Aku menapakkan kakiku pertama kalinya di Wakanda. Dari jet saja aku sudah takjub, melihat negara ini. Benar-benar menakjubkan. 

(Vote please. Thank You)

Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang