Part 38: Maximoff Palsu?

524 111 1
                                    

Masih di apartemen Bucky,

Steve dan Strange kembali ke kuil melalui portal. Bucky berada di balik portal Strange, jadi Bucky tidak dapat melihat siapa saja yang sudah menunggu di kuil. Sebelum Bucky melangkahkan kakinya, aku segera menghampirinya dan memeluknya. Ia terdiam sebentar dan memelukku balik.

"Ada apa denganmu?" tanya Bucky saat memelukku. Aku dapat merasakan logam dingin dari tangannya mengelus punggungku.

"Hanya ingin mengucapkan terima kasih sudah membantuku selama ini." Jawabku sambil melepas pelukanku kepada Bucky dan kembali masuk ke portal. Bucky pun mengikutiku dari belakang.

Apa yang barusan aku lakukan? Oh tidak, ini akan menjadi canggung. Untung saja tidak ada yang melihat. Aku pun kembali ke kuil Strange seperti tidak terjadi apa-apa barusan. Aku langsung kembali berdiri di samping ayahku.

"Semuanya akan datang menjemput Wanda?" Tanya Strange.

"Steve satu-satunya orang yang mengenal Wanda, Peter yang akan membujuk Wanda, [Y/N] satu-satunya perempuan dan kurasa itu membantu, Wade pastinya akan ikut dengan [Y/N], dan James juga mempunyai alasan yang sama dengan Wade, Strange pasti harus ikut, dan Erik adalah yang terkuat apabila kita harus melawan Wanda." Jelas Xavier sambil membaca pikiran kami.

"Yasudah, ayo berangkat." Ujar Strange saat kami semua sudah siap.

Strange mengganti portalnya menjadi ke sebuah tempat alam. Persis seperti yang ada di pikiranku saat Xavier mengakses pikirannya kepada kami. Kami semua melangkahkan kaki kami masuk. Aku melihat sebuah rumah di seberang danau.

"Bagaimana rencananya?" tanya Strange.

"Mengingat kondisi Wanda yang tidak stabil seperti tadi, aku rasa jangan langsung kesana bersamaan. Biar Peter saja yang mendatangi Wana. Oh, dan [Y/N]. Aku rasa Wanda perlu kehadiran seorang perempuan juga untuk membuatnya percaya." Kata Steve.

"Kau yakin mereka akan baik-baik saja dengan Wanda?" tanya Erik.

"Ya, karena itu kita akan bersiap dari sini. Dan Xavier akan mengawasi melalui pikirannya." Jawab Steve.

Aku dan Peter pun bersiap. Kami berdua pun berjalan mendekati rumah kayu kecil milik Wanda. Suhu udara di sini sangat dingin, untungnya aku masih menggunakan Quantum Suit yang dapat menjaga temperatur tubuhku tetap hangat.

"Menurutmu Wanda akan percaya kepada kita?" Tanya Peter padaku saat berjalan.

"Aku tidak tahu. Apapun itu, kita harus bersiap. Katakan apapun sejujurnya." Jawabku. Peter pun mengangguk setuju.

Kami sudah hampir sampai di rumah tersebut. Jantungku berdegup agak kencang. Sesampainya di depan pintu. Aku mengetuk pintu rumah Wanda. Pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. Apakah ini pertanda kalau kami boleh masuk? Aku dan Peter masih menunggu di luar pintu, menunggu Wanda muncul.

"Masuk saja." Sahut suara perempuan dari dalam.

Aku dan Peter pun masuk perlahan ke dalam rumah Wanda. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan melihat seorang perempuan memakai kemeja kotak kotak beserta celana jeans duduk di kursi. Wajahnya mirip dengan perempuan yang berada saat Xavier membagi pikirannya. Tetapi perempuan yang sekarang berada di hadapanku tidak terlihat se menyeramkan itu, ia tidak memakai jubah dan hiasan kepala merah. Raut wajahnya juga terlihat manis dan sopan.

"Ada apa?" tanya Wanda sambil menatapku. Wanda pun melihat ke arah Peter. "Kau? Mengapa kau disini? Agatha tidak mungkin dapat mengirimmu kembali." Lanjut Wanda sambil berdiri menghampiri kami.

"Agatha? Aku tidak tahu Agatha manapun. Ini pertama kalinya kita bertemu." Jawab Peter kepada Wanda.

"Siapa kalian?" tanya Wanda yang sekarang sudah berdiri di hadapan kami.

"Aku [Y/N] Wilson. Dan ini Peter." Jawabku.

"Peter Maximoff." Lanjut Peter melengkapi namanya. Aku rasa ia mengatakan itu agar Wanda lebih tertarik dengan perbincangan ini.

"Pietro sudah tidak ada." Jawab Wanda.

"Ya, itu Pietro, bukan Peter. Dan Wanda Maximoff dari duniaku sudah tidak ada." Jawab Peter kembali.

"Apa maksudmu? Kalian bukan dari dunia ini?" Tanya Wanda.

"Ya. Dunia kami sedikit berbeda dengan duniamu. Kami membutuhkan bantuanmu." Jawabku kepada Wanda.

"Bantuan macam apa yang kalian butuh kan dariku?" Tanya Wanda kembali.

"Kekuatan Scarlet Witch." Jawabku kembali.

"Kalian berbohong. Hanya Agatha yang mengetahui tentang kekuatanku. Kalian pasti suruhannya." Jawab Wanda dengan mata berapi-api.

Wanda melakukan gerakan dengan tangannya, mengeluarkan energi berwarna merah yang membuat tubuh aku dan Peter melayang.

"Wanda. Kami serius, kami tidak berbohong. Kami sama sekali tidak tahu Agatha itu siapa." Kataku yang masih melayang. Aku takut ia melempar kami jauh dan membuat kami terluka.

Wanda masih menatap kami dengan raut wajah marah.

"Katakan dengan jujur! Apa yang kalian inginkan dariku?" Ucap Wanda yang sedikit membuat kami tercekik.

"Kami tidak berbohong. Wanda kumohon. Kau kenal Steve? Steve Rogers? Ia ada di luar." Kataku dengan Wanda yang mencekik kami dengan kekuatannya yang semakin keras.

"Aku tidak peduli. Steve tidak mampu mengembalikan keluargaku juga." Jawab Wanda.

"Peter. Tidak bisakah kau membuktikan kalau kau adalah Maximoff?" Ucapku.

"Wanda. Kau ingat saat aku memberimu boneka dari pasar malam. Saat kau ketakutan karena suara kembang api?" Ucap Peter dengan susah payah karena Wanda.

"Saat itu Pietro yang memberikanku boneka. Bukan kau." Jawab Wanda.

"Lihat? Kau ingat kan? Menurutmu mengapa aku mengetahui itu? Itu karena di duniaku, hal itu benar-benar terjadi. Mungkin kita bukanlah keluarga kandung. Tapi ada sebuah koneksi di antara kita." Ujar Peter. "Wanda. Kumohon. Aku tidak ingin menyakitimu, mungkin kita sudah kehilangan saudara kandung kita. Tapi kita dipertemukan kembali dalam keadaan berbeda, jangan kau sia-sia kan. Aku juga merindukan keluargaku." Lanjut Peter.

Seketika Wanda melepas kami. Badanku dan Peter terjatuh ke lantai. Aku mendengar suara orang-orang masuk ke dalam rumah ini. Rupanya Steve, Strange, dan yang lainnya ke sini.

Movie reference and timeline:
Setelah Wandavision

(Vote and Comment, Thx)

Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang