Ruang Kerja Howard
"Jadi kau juga memiliki kekuatan super?" Tanya Steve mendengarku dapat bangkit dari kematian.
"Tidak kuat seperti dirimu, hanya saja aku dapat bangkit dari kematian dan dapat menyembuhkan diri saat aku bangkit. Ayahku yang menurunkan kemampuan menyembuhkan diri ini padaku." Jawabku.
"Jadi ayahmu seorang pahlawan super rupanya." Ujar Steve sambil menganggukkan kepalanya. Aku tertawa mendengarnya. Benar sih ayahku beberapa kali menyelamatkan orang lain, tapi jumlah korban yang ia bunuh lebih banyak.
"Tentu saja tidak." Ucapku sambil terkekeh. "Semacam mutan dan tentara bayaran. Ia sangat idiot, tidak mungkin menjadi pahlawan super seperti kalian." lanjutku.
"Baik. Semua sudah beres. Peggy akan datang dengan partikel Pym." Ucap Howard menghampiriku dan Steve.
Sembari menunggu Peggy datang membawakan partikel Pym. Howard bekerja untuk menyempurnakan alat mesin waktu milik Steve. Ia tidak bertanya banyak mengenai masa depan atau asal usulku. Ia tahu kalau masa depan adalah sebuah misteri yang tidak seharusnya kita ketahui. Aku dan Steve berjalan keluar untuk mencari udara segar. Setelah mendengar seluruh cerita dan alasanku kemari, ia pun menceritakan mengenai perjuangan Avengers melawan Thanos dan penyebab Infinity Stone hancur. Aku tidak bisa menyalahkan mereka atas hancurnya keenam batu tersebut. Tapi aku harap mereka masih mau membantu duniaku.
Setelah lama berbincang, aku dan Steve mendengar ketukan pintu. Aku duga itu adalah Peggy. Kami pun bergegas untuk keluar menemuinya. Aku berjalan dengan Steve berada di belakangku. Aku melangkahkan kakiku ke ruang tamu Howard dan melihat ke arah jendela. Langkah kakiku pun terhenti melihat keberadaan Dr. Zola di luar. Aku menghentikan langkah Steve, menahannya dengan tanganku.
"Ada apa?" Bisik Steve dari belakangku. Sialnya Dr. Zola sudah melihatku.
"Menyingkirlah. Ia akan mengenalimu." Bisikku balik kepada Steve.
Steve menunggu dibalik dinding dan aku berjalan menghampiri pintu. Baru saja aku membuka pintu, Howard datang dari belakangku. Di luar sudah berdiri Peggy bersama Dr. Zola. Peggy mengerutkan dahinya seakan memberi aba-aba padaku untuk diam.
"Tuan Stark. Maaf aku kemari. Aku ingin melihat keadaanmu semenjak kau tidak terlihat di Shield hari ini. Aku khawatir kau menjadi salah satu sandera teroris itu." Ucap Dr. Zola kepada Howard.
"Oh tidak. Aku hanya sedang tidak enak badan." Jawab Howard dan kupastikan ia sedang berbohong.
"Siapa ini? Aku baru melihatnya." Ucap Dr. Zola menunjukku.
"Oh... Ia... Keponakanku, ia di sini untuk menemani isteriku." Jawab Howard. Aku tersenyum dan meninggalkan mereka bertiga. Aku kembali masuk ke dalam untuk menemui Steve. Aku dan Steve bergegas masuk ke dalam seandainya Dr. Zola akan masuk kesini. Tetapi tidak, rupanya Dr. Zola langsung berpamitan untuk pulang. Peggy dan Howard pun masuk.
"Oh, Vanessa. Aku hampir tidak percaya saat Howard mengatakan kabarmu dari telepon." Ucap Peggy sambil memelukku. Aku memeluknya sebentar dan tersenyum padanya.
"Aku sudah ingat nama asliku. [Y/N] Wilson." Kataku sambil tersenyum kepada Peggy.
"Mengapa Zola ke sini?" Tanya Howard pada Peggy.
"Ia mencurigaiku saat aku bertemu Pym. Tapi tenang saja, ia tidak mengetahui kalau aku meminta partikel ini." Ucap Peggy sambil mengeluarkan beberapa tabung partikel berwarna merah dari tasnya. Ia memberikan partikel tersebut kepada Howard.
Howard mengajak kami semua untuk kembali ke ruang kerjanya. Ia tidak lupa mengunci rumah dan pintu ruang kerjanya. Kami menuruni tangga dan berjalan ke arah komputer di mana mesin waktu Steve sedang dipasang. Howard memasangkan partikel tersebut dan aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Kami menunggu dengan penuh harapan untuk mesin tersebut berhasil.
"Masalahnya, kita hanya punya satu mesin waktu yang berfungsi." Ucap Howard.
"Seharusnya aku hanya butuh waktu 5 detik di masa depan untuk kembali. Tetapi mereka pasti masih di sana. Aku akan menambahkan waktu 1 jam semenjak kepergianku dari sana, dan mengambilkan alat untuk [Y/N]. Kembali kesini, dan kita akan ke sana bersama." Ucap Steve sambil melihat ke arahku.
"Baiklah. Kami akan menunggu di sini sampai kau kembali." Ucap Peggy.
"Tidak perlu menunggu lama. Bagi kalian, aku hanya pergi selama beberapa detik." Ucap Steve.
"Oke. Ini alatmu." Kata Howard mencabut alat mesin waktu Steve dan memberikannya pada Steve.
Steve memakai alat tersebut pada lengannya dan menekan beberapa tombol disana membuat ia memakai kostum putih merah aneh seperti saat pertama aku bertemu Steve.
"Hati-hati." Ucapku kepada Steve. Steve tersenyum dan menekan tombol pada alatnya. Ia pun menghilang seketika. Jantungku berdegup lumayan hebat. Aku khawatir, gugup, tetapi juga bersemangat. Semua perasaan ini bercampur dalam jiwaku.
Aku melihat ke arah Peggy dan Howard dengan raut wajah yang penuh harapan. Howard memerhatikan jam pada pergelangan kirinya, ia menghitung waktu yang dibutuhkan Steve untuk kembali.
"Sudah tiga puluh detik." Ucap Howard masih menatap jam tangannya.
Kami masih menunggu. Aku mengambil napas panjang, berharap ia baik-baik saja. Dan sebuah cahaya kecil muncul. Itu pasti Steve. Dan Steve pun muncul kembali.
"56 detik." Ujar Howard saat melihat Steve. Steve melihat ke arah kami dengan raut wajah bahagia. Dapat kutebak, ia berhasil. Ia memberikan padaku alat mesin waktunya. Aku pun memakai alat tersebut mengikuti petunjuk Steve. Dan kostum putih merah itu langsung berada di tubuhku.
"Oh, kostum aneh ini." Kataku saat pertama kali melihatku memakai ini.
"Namanya Quantum Suit." Ujar Steve kepadaku. "Baiklah. Howard, Peggy, terima kasih banyak atas bantuan kalian. Aku benar-benar berhutang budi pada kalian." Lanjut Steve melihat ke arah Howard dan Peggy. Oh iya, aku lupa kalau mereka tidak akan ikut dan ini akan menjadi saat terakhir aku melihatnya.
"Howard. Peggy. Terima kasih banyak. Aku tidak dapat membalas jasa kalian. Dan Howard, maafkan celetukkanku yang menyebalkan, itu sudah ada dalam darahku." Kataku sambil terkekeh.
Peggy tersenyum dan ia memelukku. Kemudian Howard bergantian memelukku.
"Hati-hati. Semoga berhasil." Kata Howard kepada kami.
"24 October 2023. Ada seseorang yang sudah tidak sabar bertemu denganmu." Kata Steve kepadaku. Seseorang menungguku? Strange? Aku menekan tombol untuk mengatur tanggal tujuanku. Aku melihat mereka, Peggy dan Howard lagi untuk yang terakhir kalinya. Mereka tersenyum ke arah kami, dan aku memberikan senyuman kepada mereka. "Ok. [Y/N] bersiap. Dalam 3, 2, 1." Ucap Steve dan kami menekan tombol secara bersamaan.
Note (universe, timeline and movie reference):
- Endgame (1970) Earth 1999(Vote would be nice. Thank You)
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain America: Another World (X Reader - Bahasa Indonesia)
Fanfiction[Fan Fiction Spin Off dari Avengers: End Game] Setelah kemenangan melawan Thanos, Steve hendak mengembalikan Infinity Stones ke garis waktu asalnya. Dalam perjalanannya mengembalikan batu-batu tersebut, Steve dikejutkan dengan kehadiran seorang pere...