Setelah beberapa hari yang lalu aku berhadapan dengan kejadian yang... apakah aku bisa bilang kalau kejadian kemarin itu agak dramatis? Itu cukup melelahkan secara mental. Maksudku aku mengerti apa yang terjadi pada Helena dan apa yang dia rasakan, dia takutkan. Tentunya aku juga senang melihat jika orangtuanya masih mau berbicara baik-baik dengannya.
Kini aku berjalan memasuki gedung sekolah dengan pandangan lesu karena aku melewatkan sarapanku. Hal ini terjadi karena kesalahanku sebenarnya. Aku bangun terlambat dan tentunya jika aku ingin Ayah mengantarku, aku harus melewatkan sarapan. Apa tadi harusnya aku meminta Bunda untuk memasukkan sarapan sebagai bekalku saja, ya?
Aku menghela napas sambil menepuk-nepuk kedua pipiku. Berusaha untuk menyadarkan diri kalau aku baik-baik saja. Dan... semoga tidak ada kejadian yang aneh di hari ini. Aku hanya ingin bersantai atau setidaknya bisa belajar saja di sekolah. Kemudian pulang sekolah tanpa terjadi apa pun. Lalu aku ingin berbaring sembari membaca novel di kamar. Atau mengajak Zacky bermain di taman dekat rumah. Kemudian a—
Pikiranku buyar. Mataku menangkap banyak orang yang memenuhi koridor kelas 2. Di belakang kerumunan, aku berusaha untuk berjinjit untuk mencaritahu apa yang terjadi. Namun tentunya sia-sia karena aku sama sekali tidak bisa melihat apa yang terjadi. Apa baiknya aku bertanya ke seseorang, ya? Tapi di sini tidak ada yang kukenal. Tidak ada teman kelasku.
"...iya. Ya ampun. Enggak nyangka, kan?"
"Bener. Gue pun enggak pernah terpikir kalau mereka ternyata begitu loh."
Mataku melirik ke kiriku. Ada dua cewek yang termasuk ke kerumunan itu sedang berbicara. Mungkin berbicara apa yang sedang terjadi. Jadinya aku sedikit bergeser untuk bisa menangkap apa yang mereka bicarakan.
"Bener-bener, ya. Maksudnya kan udah punya pacar, tapi ternyata punya pacar lain, gitu?"
"Bukan pacar lain kali ya sebutan yang bener? Tapi... simpanan? Selingkuhan?"
"Hahaha. Udah kayak bos-bos gitu ya punya selingkuhan."
"Tapi serius deh. Gue bener-bener nggak nyangka kalau Astrid tuh orang yang kayak gitu ternyata. Gue kira cewek baik-baik."
"Hah? Mata lo siwer, ya? Tampang Astrid cewek baik-baik? Udah kelihatan tahu, dia bukan cewek baik-baik."
Hah? Astrid? Astrid teman sekelasku? Memangnya kenapa dengan Astrid? Memang—Ah. Pikiranku langsung tertuju pada malam di mana aku dan Aji bisa dikatakan mengintai Astrid dan Galang. Di mana aku baru tahu jika mereka berdua menjalani hubungan rahasia. Dan tentunya bukti hubungan mereka berdua masih tersimpan di komputerku. Tapi... bagaimana? Apakah ada—tunggu. Aji. Di mana aji? Apakah ini kerjaannya dia?
"Eh. Lo teman sekelasnya Astrid, kan?" Salah satu dari kedua cewek tadi mulai berbicara padaku.
Aku mengerutkan kening menatap mereka berdua. "Err... iya. Kenapa?" Aku heran bagaimana bisa mereka tahu kalau aku dan Astrid berada di kelas yang sama.
"Kok lo nanya ke dia sih?" Cewek yang satu lagi menyenggol bahu temannya. Dia melirikku dengan aneh. Dia mulai berbisik pada temannya, namun terdengar olehku. "Lo enggak kenal dia, ya? Dia kan yang pernah berantem sama Indah karena katanya dia lagi dekat sama Galang."
Rasanya aku ingin marah dan tertawa terbahak-bahak sekaligus secara bersamaan. Aku? Lagi dekat dengan Galang? Ehm... tolong definisikan 'dekat'. Karena aku merasa aku dan Galang sama sekali tidak dekat. Kenapa malah gosip aneh seperti ini yang menyebar? Aku benar-benar tidak tahu jika ada gosip mengenaiku dan Galang. Kukira hanya perkiraan sementara orang-orang karena mengingat aku dan Indah yang saling jambak-jambakan dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Keeper
Teen Fiction[Paraduta Series #1] - COMPLETED Namaku Nadine. Aku anak baru di SMA Paraduta namun sudah mengetahui dan memegang rahasia beberapa orang yang cukup penting dan populer di sekolah baruku. Wanna know their secrets? Tapi jangan menyebarkan rahasia mere...