Aku masih belum bisa bernapas dengan tenang karena kejadian di sekolah kemarin pagi. Kemudian ada lagi kabar lain yang mengejutkan dan membuat sedih. Aku tidak tahu harus berpikir apa lagi. Apa baiknya aku menganggap jika aku dan Helena tidak pernah saling kenal saja? Lagipula orang-orang di sekolah tidak ada yang tahu mengenai aku dan Helena yang saling kenal dan pernah mengobrol beberapa kali. Apalagi obrolan terakhir kami yang dramatis itu.
Lagi-lagi sekolah ramai. Tentu saja. Itu normal. Saat memasuki aula sekolah, aku melihat banyak siswa yang mengerumuni mading. Di mading terdapat foto Helena yang mengenakan seragam sekolah dan tersenyum yang mana dia terlihat cantik. Mading kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Aku tidak tahu apakah ini sudah menjadi tradisi di sekolah ini jika ada siswa yang meninggal. Semua artikel yang biasanya memenuhi mading, kini tak ada lagi. Foto Helena ada di tengah-tengah mading. Kemudian di sekitar fotonya tertempel banyak sticky notes yang berisikan tulisan tangan yang berbeda-beda.
Kakiku melangkah mendekati mading tersebut. Tentunya harus berjuang melewati kerumunan orang-orang yang juga memiliki maksud yang sama denganku. Mataku memperhatikan tulisan-tulisan di sana. Banyak harapan untuk Helena agar dia tenang di alam yang baru. Ada juga yang berharap jika Helena tidak bersedih lagi. Semuanya adalah doa dan harapan yang baik. Yang mana itu membuat hatiku bergetar. Rasanya aku ingin menuliskan sesuatu yang baik untuk Helena. Namun kuurungkan niatku. Di sekitarku masih membicarakan perihal Helena. Kebanyakan berbicara mengenai kalau mereka masih tidak percaya apa yang terjadi pada Helena. Kenapa bisa Helena sampai mengakhiri hidupnya.
Sebenarnya ada banyak kemungkinan untuk menjawab pertanyaan itu menurutku. Karena secara garis besar aku sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun kurasa aku tidak perlu memberitahukan itu ke siapa-siapa. Pihak keluarga Helena pastinya ingin jika tidak ada gosip aneh yang menyebar mengenai putri mereka setelah apa yang sudah terjadi.
Mataku menangkap teman-teman yang sering bersama Helena. Mungkin mereka adalah gengnya Helena, aku sebenarnya juga tidak yakin. Mereka berdiri di pinggir aula sembari memperhatikan kerumunan di depan mading. Aku bisa melihat jika raut wajah mereka tidak menunjukkan kesedihan yang mendalam. Apakah mereka dan Helena punya masalah internal?
Tunggu. Kenapa aku malah memikirkan itu? Semua ini bukan masalahku. Dan aku juga tidak terlibat. Jadi, aku kembali ke kelas saja dan bertingkah layaknya hari ini adalah hari yang normal seperti biasanya.
[*]
Aku baru membayar biaya ojek online yang sudah membawaku pulang ke rumah saat terdengar pintu rumah terbuka dengan keras. Kepalaku menoleh dan aku melihat Bunda yang kini berdiri di teras. Di belakangnya Aufar mengikuti Bunda sambil menggendong Zacky.
Saat ojek online itu pergi, aku melangkah dengan langkah lebar menuju teras. Kebingungan dan penasaran dengan apa yang terjadi sampai-sampai Bunda keluar dari rumah sebegitunya. Bunda menatapku tajam. Matanya memerah, itu cukup membuatku sangat kaget. Apakah ada berita buruk?
"Kenapa?" tanyaku menaiki tangga menuju teras.
Bunda langsung menggenggam kedua tanganku. Matanya yang memerah menatapku seperti mencari-cari apakah aku terluka atau tidak.
Aku sempat melirik ke Aufar, melempar lirikan untuk bertanya apa yang terjadi. Aufar mengangkat bahunya. Aku menghela napas dan menatap Bunda dengan pandangan yang menenangkan. Maka dari itu aku berusaha keras agar tetap tenang. "Bunda, ada apa?"
"Bunda baru denger kabar yang terjadi di sekolah kamu," jawab Bunda dengan suara yang sendu.
Aku mengerjapkan mata. "Oh. Helena?" tanyaku spontan.
"Kamu kenal dia?" Bunda makin kuat menggenggam tanganku.
Aku menggeleng pelan. "Enggak, Bun. Cuma sekadar kenal nama aja. Bunda memangnya kenapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Keeper
Jugendliteratur[Paraduta Series #1] - COMPLETED Namaku Nadine. Aku anak baru di SMA Paraduta namun sudah mengetahui dan memegang rahasia beberapa orang yang cukup penting dan populer di sekolah baruku. Wanna know their secrets? Tapi jangan menyebarkan rahasia mere...