Aku tidak bisa tidur.
Mataku masih terus terbuka walau sudah berapa kali aku mencoba memejamkan mata.
Aku masih berpikir mengenai kecelakaan Regi. Apa yang dikatakan Regi. Apa yang dikatakan Galang. Kenapa mereka terlibat dalam hal yang bahkan bisa memperburuk keadaan mereka?
Perutku berbunyi. Mengingat jika aku hanya menyantap sedikit makanan untuk makan malam karena nafsu makanku tak ada sedikit pun.
Aku berjalan keluar dari kamar dan kebingungan melihat salah satu lampu dapur hidup. Aku ingat jika sebelum tidur, aku mematikan seluruh lampu rumah. Kenapa bisa ada salah satu lampu di dapur hidup?
Apa ada seseorang membobol rumahku?
Oke. Itu mengerikan, mengingat orang tuaku bahkan tak ada di rumah. Hanya ada aku dan Aufar. Oh, Aufar? Di mana dia? Apa dia masih tidur?
Mataku mengarah pada lemari di ruang tengah. Mencari sesuatu yang bisa kujadikan senjata. Kutemukan kotak kaca berisi macam-macam pisau koleksi Ayah. Pisau-pisaunya saat bekerja. Aku mengambil salah satu pisau secara hati-hati. Takut membuat suara.
Lalu perlahan aku menjinjitkan menuju dapur. Aku sudah berada si ambang pintu dapur dan melihat punggung seseorang di depan kulkas yang terbuka. Seperti mencari sesuatu. Tapi apa yang dicari di kulkas selain makanan?
Kemudian orang itu tegak. Aku terheran-heran. Pasalnya aku cukup mengenali siapa itu dari belakang.
"Lo ngagetin gue!" Aufar berkata setelah dia menoleh dan mendapatiku menatapnya dengan horor. Lalu matanya melihat pisau bedah milik ayah di tangan kananku.
Aku langsung meletakkan pisau itu ke dekat lemari piring. "Gue kira ada yang masuk ke rumah kita. Ternyata lo. Lo ngapain di dapur?"
"Gue laper. Cari makanan. Ternyata enggak ada makanan ringan apa pun di kulkas," sahutnya menutup pintu kulkas.
Aku menghela napas. Mendengarnya malah membuat perutku berbunyi. Aku ingat ada makanan di kulkas tapi harus dimasak terlebih dahulu. "Gue mau ke minimarket. Lo ikut?"
"Jam segini ke minimarket? Ini udah jam 11 malam! Terakhir lo keluar malam-malam, Ayah dan Bunda harus jemput lo di rumah sakit," tukas Aufar menggelengkan kepalanya.
Aku mendengus. "Ya ampun. Kita cuma mau beli makanan. Terus kita pulang. Gampang! Kemarin itu memang nasib gue lagi buruk aja. Jadi, lo ikut enggak?"
Aufar pun mengangguk. Kukatakan padanya jika aku akan mengambil jaket, ponsel dan dompet. Juga recorder. Jarang-jarang aku pergi berdua bersama Aufar. Aufar lumayan pendiam dan tidak terlalu terbuka. Bahkan aku tidak tahu apakah dia sudah punya pacar atau tidak. Mungkin aku bisa bertanya padanya sembari kami berjalan. Dan aku mau merekam saat dia menjawab.
Jadi, kami berdua berjalan menyusuri pinggir jalan. Aufar menoleh ke kanan kiri beberapa kali. Guna untuk berjaga-jaga.
"Lo udah punya pacar?" tanyaku mulai mewawancari dia tepatnya setelah aku menekan tombol start di recorder.
Aufar mengangkat alisnya. "Kenapa lo tanya-tanya?"
"Cuma mau tahu."
"Enggak."
"Hah?"
Dia melirikku kesal. "Enggak punya."
"Kenapa? Apa cewek-cewek di sekolah lo kurang menarik perhatian?" tanyaku. Apa Aufar normal? Maksudku, dia menyukai perempuan kan?
"Mereka aneh. Terlalu lebay. Penuh drama. Gue enggak kuat berhadapan dengan semua itu. Cukup gue punya dua kakak perempuan dan Bunda yang dramatis," jawabnya dengan enteng.
![](https://img.wattpad.com/cover/119074036-288-k563803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Keeper
Novela Juvenil[Paraduta Series #1] - COMPLETED Namaku Nadine. Aku anak baru di SMA Paraduta namun sudah mengetahui dan memegang rahasia beberapa orang yang cukup penting dan populer di sekolah baruku. Wanna know their secrets? Tapi jangan menyebarkan rahasia mere...