Aku mendengus kesal ketika melihat cowok yang sedang berdiri di depan café sembari menendang-nendang kerikil dengan ujung sepatunya. Ketika menyadari bahwa aku berjalan mendekat padanya, bibirnya membentuk senyuman dan dia melambaikan tangannya.
Aku mendelik. "Ini terakhir kali, ya. Lo ajakin gue makan dengan teror-teror enggak jelas. Kan udah gue bilang, kalau lo mau ngerampok minimarket kek, mal kek bahkan bank pun, gue enggak peduli."
Romi hanya terkekeh mendengarku mengomelinya. "Ya kan gue enggak punya teman buat diajak makan bareng atau apalah itu. Gue bosan soalnya."
"Lo enggak punya teman?" Kini aku yang terkekeh dengan dibuat-buat, yang mana itu membuat Romi malah tersenyum. "Bukannya teman-teman lo banyak ya di sekolah? Bahkan lo punya teman di pinggir kota."
"Teman-teman gue di sekolah itu hanya sekedar formalitas aja, by the way. Dan teman-teman gue di pinggir kota itu... bisa dibilang gue enggak bisa ngajak mereka nongkrong santai kayak di café begini," jawab Romi masih dengan senyumannya. Kemudian dia mendorong pintu café hingga terdengar bunyi lonceng bergemerincing. "Ayo masuk. Gue yang traktir deh. Beneran."
Aku menyipitkan mata untuk mencaritahu apakah dia berbohong atau tidak. Ketika tidak menemukan apapun kecuali dia yang masih saja tersenyum entah kenapa, aku menghela napas. Aku pun memilih untuk menurut dan masuk ke dalam café. Mataku langsung memandangi seisi café yang terlihat sangatlah elegan. Di dalam café penuh dengan warna putih dan cokelat susu yang sangat pas untuk dipadukan bersama. Juga banyak tanaman hias di dinding dan di sudut-sudut ruangan. Café ini tidaklah terlalu ramai. Masih ada beberapa meja kosong.
"Ayo. Lo bisa lihat-lihat pas udah duduk," kata Romi sambil berjalan mendahuluiku menuju meja di dekat jendela. Aku berjalan mengikutinya. Kami akhirnya duduk di meja yang dipilihkan Romi. Seorang pelayan langsung mendatangi kami untuk membawakan menu.
Tanpa berpikir lama, aku memilih untuk memesan jus lemon dan bolu pandan. Aku tak mendengar pesanan Romi. Kurasa dia memesan makanan berat untuk mengganjal perutnya.
"Lo pernah datang ke sini?" tanyaku ketika pelayan pergi. Mataku kembali memandangi interior ruangan yang membuatku terkagum-kagum.
"Enggak. Sering lewat doang waktu mau pulang ke rumah."
"Romi, gue serius bingung. Kenapa lo ngajakin gue makan sampai maksa-maksa sampai ngancam gue aneh-aneh begitu. Lo bisa aja ngajak orang di sekolah dan gue yakin mereka langsung mau kok. Lagian lo aneh banget, ngajak makan bareng pas di tengah-tengah minggu ujian. Gue tahu hari ini hari libur, tapi... besok kan masih ujian," kataku mulai berbicara panjang lebar.
Romi menyandarkan punggungnya ke kursi dan terkekeh. "Tapi yang beneran kenal sama gue ya cuma lo, Nad. Gue juga enggak mau ngajakin orang lain yang enggak begitu gue kenal. Maksudnya ya ngapain, kan? Lagian gue yakin lo besok bisa kok jawab ujian dengan mudah. Lo kan pinter, ya?"
Aku mendengus. Ucapannya tentang hanya aku yang benar-benar mengenalnya itu, mengingatkanku pada Adam. Ingat ketika aku menemani Adam ke toko buku? Ingat apa alasannya waktu aku bertanya kenapa mengajakku? Jawabannya sama persis dengan jawaban Romi. Bicara soal Adam, aku kembali kesal. Pasalnya baru saja dua hari yang lalu aku bertemu dengan Adam, dan kini kembali mengingatnya, aku jadi kesal sedikit. Dan... aku jadi teringat apa yang Adam katakan. Dia mengira bahwa aku marah padanya karena memintaku untuk tidak memberitahu Romi. Tentunya aku mengerti apa yang dia bicarakan.
Dan Romi kini ada di hadapanku. Apa baiknya aku mengikuti saran dari Adam saja? Memang sih bukan urusanku. Tapi kalau aku ada di posisi Romi, aku lebih menerima jika aku langsung diberitahu daripada aku mengetahui nanti-nanti. Bukankah bagus begitu?
![](https://img.wattpad.com/cover/119074036-288-k563803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Keeper
Ficção Adolescente[Paraduta Series #1] - COMPLETED Namaku Nadine. Aku anak baru di SMA Paraduta namun sudah mengetahui dan memegang rahasia beberapa orang yang cukup penting dan populer di sekolah baruku. Wanna know their secrets? Tapi jangan menyebarkan rahasia mere...