#35

469 95 21
                                        


Untuk sekedar informasi saja, nilai hasil ujianku di semester ini lumayan bagus. Aku mendapatkan peringkat kesepuluh di angkatanku. Jadi di Paraduta, tidak ada namanya peringkat kelas. Yang ada hanyalah peringkat angkatan. Peringkat ini akan ditulis di tiap rapor siswa dan juga akan ditempelkan di mading sekolah. Jadi bagi yang mendapatkan peringkat terakhir harus menahan rasa malu ketika namanya bisa dilihat oleh satu sekolah.

Karena mendapat hasil yang bagus, Ayah dan Bunda tentunya sangat bangga padaku. Mereka juga memberikanku akses untuk keluar rumah dengan bebas selama liburan dua minggu ini. Katanya aku perlu sesekali untuk berjalan-jalan seperti ke mal atau pasar.

Sore ini aku sedang menemani Zacky untuk berjalan-jalan di sekitar rumah. Akhir-akhir ini Zacky jadi semakin aktif. Dia bahkan bisa mengelilingu rumah tanpa henti selama hampir sejam. Itu cukup membuat Bunda kelelahan dan kadang melimpahkan tugas menjaga Zacky padaku, Aufar atau Ayah. Untuk sore hari adalah giliranku menjaga Zacky. Kadang aku suka mengajaknya jalan-jalan di kompleks perumahan kami.

Terdengar bunyi klakson dari arah belakang saat kami hampir tiba di dekat rumah. Aku menolehkan kepala ke belakang. Aji muncul dengan sepeda motornya dan senyuman lebar. Dia menghentikan laju motornya ketika tiba di sampingku.

"Kok lo di sini?" tanyaku keheranan. Pasalnya seingatku rumahnya tidak berada di sekitar sini.

"Gue mau ngajakin lo ke suatu tempat," jawab Aji sembari melambaikan tangannya pada Zacky. Namun Zacky mengacuhkan Aji dan sibuk memainkan ujung jaketku.

"Ke mana?" tanyaku menggendong Zacky.

"Hmmm. Gue bingung jelasinnya. Yang jelas lo ikut aja. Enggak jauh-jauh kok," kata Aji tersenyum lebar dengan misterius.

Aku memicingkan mata. Kemudian aku memutuskan untuk ikut saja. Lagipula aku akhirnya merasa bosan karena tidak ke mana-mana selama liburan. Aku menyuruh Aji untuk menunggu sebentar karena aku perlu meminta izin pada Bunda dan mengajak Zacky ke dalam rumah. Bunda keheranan ketika mendengar permintaan izinku. Beliau heran karena ternyata aku punya teman juga yang mengajak untuk bermain keluar. Selama ini orang rumahku mengira aku tidak punya teman untuk berjalan-jalan keluar. Mereka mengira jika aku sudah tidak berteman lagi dengan Adam—yang pernah ke rumahku. Mereka mengira jika Gretta terlalu sibuk untuk menjadi teman jalanku.

"Ayo," ucapku setelah menduduki jok belakang motornya Aji. Aji mengatakan jika aku tak perlu mengenakan helm karena tempat tujuannya ada di sekitar kompleks perumahanku.

Sepanjang perjalanan, aku kembali menanyakan ke mana Aji akan membawaku. Karena aku sama sekali tidak bisa menebak. Motor Aji mengarah ke luar kompleks perumahanku dan masuk ke kompleks perumahan sebelah. Aku tidak pernah masuk kompleks perumahan ini karena hanya membuatku menghela napas. Iya. Rumah-rumah di sana sangatlah megah hingga aku tak henti-hentinya menghela napas.

Aji membelokkan motor ke jalan menuju deretan rumah megah yang dominan berwarna abu-abu. Kemudian motornya berhenti di dekat sebuah pohon Mangga yang rimbun dan besar. Kalau dilihat dari kejauhan, kami berdua dan setengah motornya Aji akan tertutupi oleh pohon itu.

"Jadi ada apaan di sini?" tanyaku. Aku merasa selama aku bersama Aji entah kenapa kami selalu dalam kegiatan mengawasi orang. Dengan kata lain, menguntit orang. Dari Aji, aku belajar beberapa cara menguntit orang agar tidak ketahuan. Karena aku memang tidak tahu soal menguntit orang. Ingat jika aku ketahuan kalau menguntit mobil Galang?

Aji menunjuk sebuah mobil yang berada di depan rumah tingkat tiga berpagar hitam. Mobil itu berwarna hitam dengan kaca yang tidak terlalu gelap. Bahkan dari jarak kami, aku bisa melihat ada dua orang di dalam mobil itu. Mobil itu menghadap ke arah kami, namun aku merasa jika orang-orang di dalam mobil itu tidak bakalan melihat aku dan Aji.

The Secret KeeperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang