Keesokannya, aku sengaja tiba di sekolah lebih cepat. Aku duduk di kursi yang ada di aula. Mataku tetap mengarah ke pintu aula agar aku bisa menemukan Romi. Yang mana aku sangat yakin Romi pasti akan tiba di sekolah, mengingat hari ini adalah hari ujian.
Dari kemarin aku tidak bisa menghubungi ponselnya Romi. Ponselnya sepertinya mati. Entahlah. Kurasa dia sengaja menghindariku. Hal itu membuatku risau. Aku takut jika Romi melakukan hal-hal aneh. Ingat tidak, jika dia pernah berniat mencuri di minimarket dan malah pernah menjebakku mencuri di minimarket. Bagaimana jika dia melakukan hal serupa atau malah lebih buruk? Tak henti-hentinya aku merutuki diriku sendiri. Oh, Nadine. Betapa bodohnya dirimu.
Hingga bel berbunyi yang menandakan agar siswa masuk kelas karena ujian pertama akan dimulai, Romi tak pula muncul. Ini membuatku makin gelisah. Apakah dia sengaja tak masuk sekolah hari ini hanya demi menghindariku? Bahkan rela untuk tidak mengikuti ujian semester? Dengan berat hati dan gelisah, aku berjalan menuju kelasku untuk mengikuti ujian.
Saat jam istirahat pun aku rela mencarinya hingga ke kelasnya bahkan ke klub fotografi. Aku bahkan bertanya pada teman-temannya dan anggota klub. Namun nihil. Romi tak datang ke sekolah. Panggilanku masih tak bisa terhubung ke ponselnya. Apalagi pesanku yang mungkin tak dibacanya.
Pulang sekolah, awalnya aku hendak berkunjung ke rumahnya. Namun aku berpikir, sepertinya aku tak harus ke sana. Romi mungkin sengaja tak ingin bertemu denganku. Atau mungkin sedang ada masalah di rumahnya. Mungkin kedatanganku nanti malah membuat hal-hal makin runyam. Dan mungkin saja Romi akan makin marah. Dan kebetulan juga Bunda memintaku untuk pulang langsung ke rumah karena beliau memintaku untuk menjaga Zacky dan agar aku belajar di rumah.
Dan kemudian di hari selanjutnya yang adalah hari terakhir ujian, Romi masih tak terlihat di sekolah. Dia tak datang lagi ke sekolah. Ponselnya masih mati. Dua hari ujian dan dia tak datang ke sekolah? Apa dia ingin gagal dalam ujian? Apa dia ingin nilainya di rapor malah buruk? Kini aku kembali mempertimbangkan apakah nantinya aku harus berkunjung ke rumahnya atau tidak. Di ujian terakhir yang adalah Fisika, ketika aku sedang bergelut dengan rumus Hukum Newton dan tentang Romi, seseorang mengetuk pintu kelasku.
Semua kepala terangkat dan mengarah ke pintu. Pak Esa, kepala sekolahku berdiri di sana sembari memperhatikan isi kelas. Guru yang sedang mengawasi kelasku berjalan mendekati Pak Esa. Pak Esa berbicara pada guru itu. Kemudian mereka sedikit berdebat dengan suara pelan. Lalu hal yang tak kubayangkan selanjutnya adalah Pak Esa memanggil namaku. Aku terkejut di tempat duduk.
"Nadine. Kamu sudah selesai mengerjakan ujiannya?" tanya beliau dengan raut wajah yang entahlah aku tak mengerti.
Aku mengerjapkan mata. Ku rasakan tatapan teman-temanku mengarah padaku. "Eh? Iya, Pak. Ini sudah selesai," jawabku sembari mengumpulkan kertas ujian. Aku menjawab dengan jujur. Nyatanya aku memang sudah selesai mengerjakan soal ujian karena di saat itu tersisa 30 menit lagi untuk waktu ujian. Aku memang sudah selesai menjawab dan malah sibuk memikirkan satu nomor soal mengenai Hukum Newton dan tiba-tiba aku berpikir mengenai Romi.
"Kalau begitu, kumpulkan kertas ujiannya. Bawa tas kamu dan ikuti saya ke kantor," kata beliau masih berdiri di ambang pintu. Kurasa beliau menungguku.
Tanpa berpikir panjang dan dengan kuat berusaha tak memedulikan tatapan keheranan teman-teman sekelasku, aku membawa tasku dan kertas ujian ke atas meja guru. Kemudian aku mengekori Pak Esa yang berjalan menuju kantornya. Mendengar jika aku dipanggil ke kantor kepala sekolah, membuatku berpikir apakah aku melakukan sesuatu yang buruk? Apa ada hal buruk yang terjadi? Yang menyangkut diriku? Atau bahkan keluargaku? Memikirkan itu membuatku bergidik ngeri.
Aku tak berani bertanya kepada Pak Esa tentang apa yang sedang terjadi. Jadi aku memilih untuk diam dan mengekor saja. Tepat tiba di depan pintu ruangan kepala sekolah yang terbuka sedikit, mataku bisa menangkap beberapa orang di dalam ruangan itu. Orang-orang dengan seragam dan jas. Seragam cokelat yang kukenal dengan seragam polisi. Tunggu... mereka polisi? Ada polisi di sekolah ini? Apa aku akan terlibat lagi dengan polisi?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Keeper
Novela Juvenil[Paraduta Series #1] - COMPLETED Namaku Nadine. Aku anak baru di SMA Paraduta namun sudah mengetahui dan memegang rahasia beberapa orang yang cukup penting dan populer di sekolah baruku. Wanna know their secrets? Tapi jangan menyebarkan rahasia mere...