43. Abu-abu Untuk Dipahami

8.2K 753 1.6K
                                    

Jangan lupa vote dan komen sebelum membaca ya....

Banyakin komen dan votenya dong guys... 👉👈

Kalo ada typo tolong dikasih tau ya...

Happy reading....

-oOo-








"Kenapa di sini?"

Athaya terperanjat kaget, hingga map tersebut terjatuh ke lantai. Padahal belum sempat ia baca bahkan buka. Buru-buru Athala masuk dan memungutnya dengan cepat. Terlihat sekali tidak mau Athaya mengetahui informasi apa yang ada di dalam map tersebut.

"Athala, kamuuuu?"

"Kamu nggak perlu nyentuh hal-hal yang nggak perlu kamu tau Aya." Athala menatap Athaya dengan sorot cukup dingin.

"Kamu pasti nyembunyiin sesuatu kan dari aku selama ini? Sebenernya apa yang nggak aku tau Athala?" tanya Athaya menuntut. Dia menatap kedua bola mata Athala, untuk kali ini, Athaya menangkap banyak kebohongan yang terpancar di sepasang mata cowok itu.

Athala menghela nafas, kemudian ia memegang kedua bahu Athaya. "Aya.... aku nggak kenapa-napa."

"Kenapa kamu nggak cerita sama Bunda kalo kita udah putus? Kenapa kamu nggak cerita kalo kamu udah sama kak Rachel? Kenapa?" tanya Athaya beruntun, membuat tangan Athala yang tengah memegang kedua bahu cewek itu, turun seketika.

"Aya, boleh kita ngobrol di luar?"

Athaya lantas mengangguk, menuruti langkah Athala yang membawanya pada sebuah balkon luas di lantai dua. Kemudian cowok itu berdiri dekat pembantas, menumpu kedua tangan di sana.

"Aku dan Rachel nggak pernah punya hubungan yang seperti dikatakan Jessie saat pesta ulang tahunnya."

Athaya memandang punggung laki-laki berseragam putih abu-abu itu, sama seperti yang ia kenakan saat ini. "Kamu nggak perlu lagi banyak ngasih kebohongan di depan aku, kamu udah nyakitin aku cukup jauh. Nggak segampang itu aku bakal percaya sama omongan kamu Athala."

Athala berbalik menghadap Athaya. "Aya...., hari ini aku cuma mau jujur, aku nggak nuntut kamu buat percaya sama apa yang bakal aku sampaikan."

"Bunda sesayang itu sama kamu, aku nggak mau nyakitin dia."

Athaya menatap Athala dengan serius. "but, you really hurt me," kata Athaya pelan penuh dengan rasa sakit.

"Aya.... kalo nanti aku masih punya kesempatan untuk jadi alasan kamu senyum, aku mau abadi pada peran itu."

"Enggak akan," jawab Athaya pasti. "Kesempatan nggak akan ada untuk orang yang nggak tau gimana cara menghargai dengan baik. Kesempatan juga nggak akan datang untuk orang yang menyia-nyiakannya kemarin."

Anehnya, Athala malah tersenyum. Senyum yang sangat tulus, namun terekam ada beberapa sakit yang sengaja diabu-abukan. "Benar, kesempatan nggak akan datang untuk orang-orang yang menyia-nyiakannya kemarin. Dan orang itu adalah aku."

"Aya, apa kesempatan untuk jadi teman baik pun udah nggak ada?"

Athaya mengalihkan pandangannya, ia diam tidak menjawab. Kemudian tanpa pamit, ia menjauh, pergi dari tempat itu. Banyak hal yang membuatnya sesak dalam satu waktu saat berada dalam ruangan yang sama dengan cowok yang bahkan sampai sekarang pun masih punya tempat di hatinya.

ATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang