11- Pacarnya Ketua Geng

12.4K 992 88
                                    


Jangan lupa vote dan komen ya guys...

Happy reading 💗

-oOo-


"Kalo suka itu tembak bos." Vando memegang bahu Athala saat ketuanya itu tengah memperhatikan Athaya yang sedang mengobrol dengan Boby. "Lama-lama, bisa disalip tuh sama Boby."

"Dari pengalaman gue sebagai cowok tercakep, gue rasa Boby ini beneran suka sama Athaya." Jon mengusap dagunya, mendalami peran.

Vando mencibir. "Pede banget lo, bentukan kaya tong sampah juga."

"Tong sampah elit tapi," balas Jon, terkekeh.

"Meskipun elit, yang namanya tong sampah tetep aja tong sampah," sahut Saga.

"Lah lah, si Boby udah berani ngusap-ngusap rambut calon pacar lo bos," kata Barbar memanas-manasi.

"Kan baru calon pacar Bar, it's okay lah kalo dideketin Boby," timpal Saga melirik Athala.

Athala tampak tidak tenang, kecemburuannya itu dengan sangat mudah terbaca oleh teman-temannya. Tapi mau bagaimana lagi, Athaya kan belum jadi pacarnya.

"Buset! Lo dukung Boby bego?" tanya Vando nyolot.

"Enggak lah, gue tetep dukung Athala."

"Dari gerak geriknya, Athaya kayanya juga tertarik sama Boby," cetus Jon membuat Athala menoleh sinis. Jon kemudian terkekeh kecil sambil menggaruk kepalanya. "Enggak kok bos, becanda."

"Emangnya dia udah suka sama gue?" tanya Athala.

"Wah... parrah lo. Sejak kapan lo overthinking kaya gini? Males gue jadi anak buah lo lagi Ta," jawab Jon.

"Depak aja Ta, depak! Anak buah macam Jon, buang aja ke laut merah," hasut Vando. "Biar dimakan hantu laut sekalian."

"Besok gue buat petisi keluarin Jon dari Zedeza," kata Gilang.

"Pasti banyak yang bakal ikut menandatangani petisinya," timpal Saga.

Jon menggeplak lengan Saga. "Abis itu, gue bikin rame juga hashtag save Jon. Atau enggak, yang lebih wownya lagi, gue viralin kalimat menolak keras Jon keluar dari Zedeza."

"Buat aja sendiri, nggak ada juga yang bakal peduli sama lo," Barbar memeletkan lidahnya, membuat Jon ingin melempar Gunung Krakatau ke kepala cowok tersebut.

***

"Athaya, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Di suatu siang yang cerah, di bawah awan biru yang berkolase dengan warna putih, Athaya berhenti melangkah. Ia menyipit karena cahaya terik matahari siang itu, seolah-olah ingin mencolok sepasang matanya.

Cewek berambut hitam pekat dengan kulit putih susu itu memutar kepalanya 90° ke samping kanan. Menatap sosok cowok yang berdiri di sana dengan pandangan bingung.

Cukup lama terdiam, Athaya merasa es teh di dalam genggamannya tidak lagi terasa dingin seiring langkah lebar cowok tersebut semakin mendekati radarnya.

ATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang