Apa judul part ini ada yang relate sama kalian?
Jangan lupa klik bintang dulu sebelum membaca ya..
Dan bantu sisipkan komen di tiap paragraf ya..
Selamat membaca, semoga suka🙆🏻♀️👋
-oOo-
Deru ombak terdengar bersahutan di telinga Athaya. Cewek yang kini tengah duduk di tepi pantai itu, membiarkan angin malam menyibak rambut serta membelai tubuhnya yang kini hanya dibalut oleh dress selutut berwarna hitam.
Athaya adalah manusia yang teramat mengagumi langit dan pantai. Dua pemandangan yang setidaknya dapat mendinginkan apa-apa saja yang sedang ia pikirkan ataupun jalani. Serta, tempat ketika siapapun tidak bisa mendengar keluh kesah yang ingin diutarakan.
"Semesta memang banyak sekali bercandanya. Sampai, kadang kelewatan." Athaya tersenyum setelah mengatakan hal demikian. Suatu hal yang mengungkapkan keresahannya pada semesta yang akhir-akhir ini selalu tidak mau untuk diajak bekerja sama dalam membangun bahagia.
"Setelah ngebunuh bokap lo, sepertinya lo harus gue bunuh juga!"
Kalimat tersebut mendadak kembali terputar di kepala Athaya. Kalimat dari seseorang yang tidak dikenal, tapi mampu membuat Athaya meringis ketakutan. Apakah bahagia paling favoritnya sengaja dibunuh atau bagaimana?
Jika memang iya, Athaya tidak akan pernah rela memberikan satu kata maaf pun untuk yang sudah tega merenggut kebahagiannya.
Athaya menoleh ke belakang, saat seseorang dengan sengaja menaruh jaket di pundaknya. "Sudah cukup, atau masih mau tetap di sini?"
"Gue nggak menginginkan pertanyaan lo."
Sebuah jawaban cukup nyelekit Athaya lontarkan. Namun, Athala tetap saja mengambil posisi duduk tepat di samping Athaya.
"Sayangnya jawaban lo wajib untuk gue denger."
"Gue masih mau tetap di sini," kata Athaya. "Sekarang lo bisa pergi, karena gue udah menjawab pertanyaan lo."
"Iya, tentang pergi itu memang akan Ya. Pergi itu adalah sebuah pasti tanpa perlu dipaksa." Athala duduk memeluk lututnya yang ditekuk. "Tapi, mungkin memang belum waktunya aja."
"Kalo boleh jujur, gue kangen. Kangen sama perempuan yang jatuh cinta pada langit dan pantai. Yang matanya sudah jadi favorit gue sejak lama, meskipun sekarang nggak sering lagi gue tatap dengan bahagia."
Athaya bukannya terlena dalam ucapan-ucapan Athala. Namun, cewek itu ingin memilih untuk tidak banyak bicara saja. Karena sudah terlalu capek rasanya untuk menanggapi Athala yang suka sekali berubah tiba-tiba.
"Kangen Ya, kangen banget."
"Kak, bisa nggak, lo jangan kaya gini? Gue sakit kak asal lo tau. Hati gue nggak bisa lo obrak abrik semau lo," kata Athaya. "Jangan selalu buat gue berharap, habis itu lo jatuhin gitu aja. Sampe-sampe gue nggak bisa mencintai diri gue sendiri."
"Apa gue udah nyakitin lo banget?"
"Iya, udah terlalu kak. Sekarang, bisa biarin gue pelan-pelan ngelepasin lo kan?"
"Apa bener-bener lo mau ngelepasin sekarang?" tanya Athala memastikan.
Athaya membuang pandangannya ke depan. Hanya sebuah pertanyaan biasa, namun cewek itu malah dibuat merasa sesak saat itu juga. Athaya..., malah berkaca-kaca.
![](https://img.wattpad.com/cover/205191968-288-k513981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA
Fiksi RemajaDia tetap jatuh cinta paling bahagia. Meskipun di akhir cerita, aku menyakitinya karena harus.