Jangan lupa vote dan komen sebelum membaca ya....
Ingat jangan lupa ya
Happy reading....
-oOo-
CHAPTER SATU AKAN SEGERA DIMULAI
Tulisan di dinding markas Zedeza dengan spidol permanen berwarna merah tersebut, membuat kedua tangan Athala mengepal dengan sangat kuat. Urat-urat di tangan cowok itu bahkan sampai menonjol dibuatnya.
Gigi Athala bergemeletuk, lalu ia memandang satu persatu teman-temannya yang kini juga tengah berada di sana. Menatap tulisan berhuruf kapital itu dengan bingung. Karena untuk pertama kalinya hal seperti ini terjadi selama mereka memegang kendali Zedeza setahun terakhir.
"Semalem anak-anak nggak ada yang nginep di sini Ta." Barbar mengeluarkan suara, memandang pada sosok Athala di depannya.
Vando mengangguk. "Bener Ta, tapi gue pastiin seratus persen semua pintu dikunci."
"Mungkin lo lupa ngunci pintu belakang Van," ujar Saga.
Vando menggeleng dengan tegas. "Enggak Ga, gue jamin gue nggak mungkin lupa."
"Gue yang temenin Vando ngunci markas kemaren. Semuanya kita pastiin aman sebelum pulang," timpal Jon.
"Pintu belakang rusak, udah pasti itu orang masuk nggak pake kunci," kata Athala dengan tenang.
Gilang tampak berfikir sejenak. "Terus siapa? Si Edgar kali ya? Kan dia emang iseng dari dulu. Tapi itu anak nggak pernah seberani ini sih sebelumnya."
"Gue harap nggak ada penghianat sih di Zedeza. Serem juga kalo ada," kata Jon bergidik ngeri.
"Kalo pun ada, elo kali orangnya," balas Barbar.
"Van," panggil Athala. "Tolong pulang sekolah suruh anak-anak kumpul di sini."
Vando langsung mengangguk cepat. "Siap bos," balasnya.
"Jadi abis ini kita ke sekolah dong? Belajar?" tanya Jon dengan muka nelangsa.
"Apaan sih bencong!" tukas Vando. "Sekarang nggak waktunya lo becanda."
Jon menggaruk tengkuknya bingung, siapa yang sedang bercanda?
"Cabut! Pulang sekolah semuanya langsung kumpul di sini. Nggak ada yang telat!" titah cowok itu dengan tenang dan tegas. Sama sekali tidak dapat dibantah.
***
"Kak Athala dari tadi kok diem aja? Lagi sariawan ya?" tanya Athaya. Ia menatap penuh pada pacarnya yang kini duduk tepat di depannya.
Athala kontan membalas tatapan Athaya sekilas. "Aku nggak lagi sariawan."
"Terus? Lagi puasa ngomong? Lagi mikirin hutang? Lagi banyak tugas sekolah? Atau enggak, lagi mikirin cewek lain?" tanya Athaya beruntun, mulut cewek itu tidak berhenti berbicara sedari tadi.
Athala tersenyum mendengarnya, ia memperbaiki duduk. Memusatkan perhatiannya pada Athaya seorang. "Kayanya poin terakhir bener deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA
Teen FictionDia tetap jatuh cinta paling bahagia. Meskipun di akhir cerita, aku menyakitinya karena harus.