Halo semuaaaa....Semoga sehat selalu ya. Sehat badan, hati dan pikiran aamiin....
Selamat membaca, selamat menikmati, semoga selalu senang:)
-oOo-
Dari pulang sekolah tadi, Athaya mengunci dirinya di dalam kamar Ayahnya. Ia melepaskan semua kesedihan yang dirasanya dalam ruangan penuh kenangan itu. Cewek yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu bahkan tidak beranjak dari meja kerja Ayahnya.
Athaya sibuk membuka album foto dirinya yang selalu diabadikan oleh Adam—Ayahnya. Dari bulan awal kelahirannya, sampai terakhir sebelum Ayahnya berpulang ke tempat paling abadi. Hampir 190 lembar foto berada di dalam album berjudul putri kesayangan tersebut.
Athaya bahkan dapat menyaksikan perkembangan dirinya sendiri melalui tiap foto yang diambil sebulan sekali semenjak ia dilahirkan ke bumi.
"Boleh pulang sebentar nggak Yah?" tanya Athaya memandang fotonya bersama Adam.
"Aya kangen banget Yah, Aya pengen diusap lagi rambutnya kaya dulu."
"Kayanya ayah bahagia banget di sana bareng Bunda." Athaya terkekeh, kemudian menyeka air matanya yang mengalir tiba-tiba. Entah tangis yang keberapa untuk hari ini. Yang jelas, Athaya hanya ingin merayakan hari kesedihannya. Hari yang paling tidak disangka-sangka.
Mengambil ponselnya yang tadi ditaruh di sisi meja, cewek itu kemudian mengetik pesan di sebuah kontak yang ia beri nama Ayah.
Memang sangat wajar Athaya masih merayakan kesedihannya untuk kesekian kalinya. Ia mungkin saja tidak bisa beranjak dari sana. Sebab, usianya masih sangat muda untuk menanggung semuanya.
Tok tok!
"Non aya, buka pintunya sebentar non."
"Bibi khawatir dari tadi non aya belum makan."
"Non..., tolong buka pintunya ya non."
Athaya cepat-cepat menyeka bekas air matanya yang tersisa. Tidak tega juga dari tadi membiarkan Bi Muti memanggil berulang kali di depan kamar.
"Iya Bi, sebentar."
Ceklek!
"Kenapa Bi?" tanya Athaya dengan suara paraunya.
"Astaghfirullah non, non aya kenapa?"
BI Muti tentu saja shock melihat muka sembab dan merah Athaya saat keluar dari kamar. Ditambah lagi seragam yang masih terpasang kusut di tubuhnya.
Athaya menggeleng, tetap berusaha untuk tersenyum meskipun hanya senyum sumir. "Enggak Bi, Aya nggak kenapa-kenapa."
"Serius atuh non Aya nggak kenapa-kenapa?"
Athaya terkekeh, lalu memegang pundak Bi Muti. "Iya, Aya cuma lagi pengen nangis Bi. Ooo iya, tadi Bibi mau ngapain?"
Bi Muti menyodorkan kantong kresek hitam pada Athaya. "Ini, ada yang nitip makanan buat non."
"Makanan?" Athaya mengambilnya meskipun bingung. "Dari siapa Bi?"
"Dianterin gojek tadi non, Bibi juga nggak tau."
Athaya mengangguk. "Oo ya udah, makasi ya Bi. Aya mau istirahat dulu."
Athaya kemudian kembali menutup pintu kamar. Lalu, cewek itu penasaran dan membuka kresek hitam berisi nasi goreng ayam kesukaannya. Di sana juga ada sticky notes yang membuat Athaya segera membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA
Teen FictionDia tetap jatuh cinta paling bahagia. Meskipun di akhir cerita, aku menyakitinya karena harus.