Happy reading semuanya!!!!
Semoga keinginan-keinginan baik kalian selalu tercapai yaaa
Aamiin...Vote dan komennya jangan lupa yaa..
-oOo-
people change so fast. Yesterday they cared, now they don't.
-Boby-people change so fast. But memories and feelings are not.
-Athaya-Di belakang labor lantai satu, Saga mendorong Athala ke dinding hingga punggung cowok itu terbentur dengan keras. Kedua mata Saga menatap nyalang ketuanya tanpa rasa takut sedikitpun. Nafasnya naik turun, karena terlalu lama menahan rasa kesal semenjak di lapangan tadi.
"Berengsek lo anjing!"
Bugh!
Saga memukul ujung bibir Athala hingga sudutnya mengeluarkan darah. Masih dikuasai oleh emosinya, cowok itu lanjut menarik kerah kemeja Athala kasar. "LAWAN GUE BANGSAT!"
Bugh!
Lagi, Saga mendaratkan pukulannya pada rahang Athala. Kemudian, cowok itu menendang kuat perut Athala hingga ketuanya itu terperosok di lantai yang licin. Pukulan Saga bahkan makin membabi buta dan terdengar sangat menyakitkan di telinga.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Anjing! Kenapa lo diem aja huh?!"
"SAGA!!"
Vando, Gilang, Jon dan Barbar terbirit-birit menghampiri kedua temannya yang tengah adu jotos itu. Vando berusaha menarik Saga dari belakang, berusaha untuk memisahkan cowok itu yang sudah dikuasai oleh emosinya.
"Ketua bangsat lo harus dikasih pelajaran!" sarkas Saga, saat Vando berhasil menariknya dari radar Athala. "Sejak kapan lo nggak bisa menghargai cewek?!"
"Sadar bego! Lo nggak liat Athala nggak ngelawan?! Lo nggak liat dia udah kaya gimana?!" Vando membentak, berusaha agar Saga dapat kembali berpikir dengan kepala dingin. "Dia temen lo Ga!"
Keempat temannya jelas yakin bahwa Athala sama sekali tidak memukul balik Saga. Cowok itu hanya diam dan menikmati tiap hantaman dan pukulan di tubuhnya. Jika saja Athala melawan, kondisi Saga mungkin akan lebih parah dari pada Athala. Karena soal bela diri atau adu jotos, Athala memanglah sangat jempolan.
"Lo nggak mau pukul gue lagi Ga? Gue lebih baik dipukul kaya tadi," tanya Athala dengan darah yang sudah mengalir dari hidung juga sudut bibirnya. Sama sekali tidak merasa marah pada Saga sedikitpun.
"Lo mau mati?!" tanya Gilang kasar pada Athala.
"Lang, Jon, lo bawa Saga ke depan," kata Vando yang langsung diangguki oleh Jon dan Gilang. Keduanya pun langsung merangkul Saga untuk dijauhkan dari Athala untuk sementara.
"Gue udah berhasil bikin dia benci kan?" tanya Athala yang kini duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok, kemudian ia tersenyum getir. Cowok itu lalu menyeka darah yang masih saja keluar dari hidung dan sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA
Teen FictionDia tetap jatuh cinta paling bahagia. Meskipun di akhir cerita, aku menyakitinya karena harus.