Hari demi hari berlalu dan bulan pun telah berganti begitu cepat.
Siapa sangka Kini usia kandungan Vina sudah 9 bulan.
Secepat itukah waktu berlalu? Tentu, ingat dunia ini sudah tua wajar jika waktu berputar begitu cepat tak terasa.
Hari ini semua orang seperti sibuk dengan urusannya, Vina yang merasakan perutnya kontraksi dan begitu sakit hanya bisa menahannya sendirian.
Dari siang Vina sudah mencoba menelpon suaminya namun tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan sampai sekarang sore masih saja Agam tidak bisa dihubungi.
"Eung, kang kamu kemana sih? Perutku sakit banget!" Rintih Vina terduduk lemas di lantai apartemen dengan ponsel yang masih digenggam.
Kini dirinya mencoba menelpon pihak keluarga Agam.
Dimulai dari mama, papa, Adli, dan Galih. Namun sama saja mereka juga tak ada yang bisa di hubungi.
Kenapa nasib Vina begitu buruk seperti ini, sampai saat akan melahirkan saja ia harus kesusahan sendiri.
Vina berjalan tertatih-tatih keluar dari apartemen. Ia berusaha mencari bantuan pada orang sekitar.
"To-tolong!" Rintihnya lagi.
Namun orang-orang tampak sibuk dan tak menghiraukan kehadiran Vina yang sedang kesakitan.
"Lihat kayaknya ibu itu mau melahirkan! Kita tolong yuk, kasian!" Ucap seorang remaja pada dua temannya yang masih mengenakan seragam sekolah saat berjalan melewati apartemen.
"Iya hayuk!" Sahut temannya yang lain.
Mereka bertiga menghampiri Vina yang kini tengah duduk bersender ke sebuah pohon.
"Ibu butuh bantuan?" Tanya remaja dengan potongan rambut two block.
"Pake nanya, goblok banget sih lu. Jelas-jelas ibu ini mau melahirkan!" Bentak temannya yang agak emosi.
"Cepet telpon ambulan," ucap remaja berkacamata dengan nametag Arul.
"Gw gak punya kontak ambulan. Naik taksi ajalah!" Ucap remaja yang tadi emosi bernama Fadil.
"Cepet telpon!"
"Aduh, ini sa-sakit banget!" Rintih Vina yang sedang mengatur nafasnya.
"Sabar bu, sebentar lagi taksinya bakal datang."
"Iya bu, btw emang keluarga ibu pada kemana? Kenapa gada yang peduli dan nganterin ibu ke rumah sakit?" Tanya Davin si rambut two block.
"Ke-keluarga saya tidak ada yang bisa dihubungi. Semuanya sibuk,"ujar Vina.
"Nah taksinya dateng!"
Mereka bertiga segera memapah Vina masuk ke dalam taksi tersebut dan menemaninya menuju rumah sakit.
Sungguh anak-anak yang berbakti bukan:)
.
"Suster tolong ibu ini mau melahirkan!" Pekik Arul memanggil suster yang lewat.
Mereka bertiga panik karena air ketuban Vina sudah pecah.
Mereka berjalan memapah tubuh Vina masuk ke rumah sakit sampai akhirnya beberapa suster dan seorang dokter wanita datang membawa brankar lalu menidurkan Vina dan segera mendorongnya menuju ke ruang bersalin.
Sebelum Vina dibawa pergi ia sempat menitipkan ponselnya pada Arul supaya menelpon keluarganya.
"Kita telpon siapa?" Tanya Arul bingung setelah berhasil membuka ponsel yang tak dikunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
the SOMVLAK couple [END]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Pokoknya sekarang lo harus ikut gue, ini penting!" Tanpa permisi gue langsung menarik lengan cewek itu. "Ta-tapi!" Bantah si cewek saat gue terus menarik lengannya secara paksa. "Ini penting banget, menyangkut hidup dan mati...