Agam POV
"VINA!" Panggil gue.
"Lu ngapain disini? Bukannya gue tadi nyuruh lu supaya nyusul ke kantor? Kenapa sekarang lu malah disini sama cowok lain? Lu udah gak ngehargain gue sebagai suami? Jawab Vin jangan diem aja!" Bentak gue dengan rahang yang mengeras.
Gue liat Vina cuma diam tanpa menjawab sambil nunduk.
"Vina lu budeg apa gimana?!" Sekali lagi gue bentak dia.
Dia masih diam membisu. Orang-orang di sekitar kini menatap ke arah gue, tapi gue gak peduli.
Cowok yang bersama Vina kini berdiri "maaf bang, bisa gak jangan bentak-bentak cewek ditempat umum kek gini? Situ gak malu apa diliatin banyak orang!" Ucapnya.
"Emang lu siapanya Vina? Berani bener ngatur-ngatur hidup gue. Ini bukan urusan lu! Jadi gak usah ikut campur. Lagi pula Vina istri gue," jelas gue biar dia gak ikut campur urusan rumah tangga gue.
"Santai bang! Gue tahu lu lakinya. Tapi bisa gak, jangan bentakin Vina ditempat umum, bikin malu aja!"
"Halah Bacot lu!"
Bughh...
Satu tonjokan mendarat diperutnya, dan dia terpental jatuh ke tanah. Sekarang kita bertiga menjadi pusat perhatian orang banyak.
"Udah berhenti!!!" Teriak Vina dengan air mata.
"Agam! Kamu itu gak dewasa tahu gak! Aku menyesal udah nikah sama kamu, kalau tahu sikap asli kamu kek gini!" Tangisnya pecah.
Vina pergi berlari meninggalkan tempat ini.
"Vin!" Panggil gue.
Beberapa orang datang membantu cowok yang tadi gue tonjok untuk berdiri.
"Bang kalo punya masalah di selesaikan dengan cara yang baik. Jangan malah mencari keributan ditempat umum kayak gini," ucap seorang lelaki tiba-tiba ada disamping gue.
Gue tak menghiraukannya dan lekas pergi mencari Vina.
.
.
.
Langkah Demi langkah gue tempuh menyusuri trotoar jalan, entah sudah berapa jauh berjalan gue tak merasakan lelah sama sekali. Yang ada dipikiran saat ini adalah Vina sekarang dimana?
Jujur gue khawatir sama tu bocah, takut dia nyasar atau di culik terus organ dalamnya di jual bijimane bambank? Ih, amit-amit dah.
"Vin lu dimana sih?!" Teriak gue frustasi di atas jembatan.
Untung keadaan jalan saat ini sepi karena sudah larut malam dan cuaca yang mendung.
Tik, tik...
Tikkk....
Rintik hujan mulai berjatuhan dari atas langit.
Oh, shit.
Kenapa mesti turun hujan disaat kayak gini sih!
Lama kelamaan rintik itu menjadi deras diikuti petir dan gemuruh.
Gue masih stay di jembatan ini berharap ada keajaiban datang.
Melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 22:36.
"Vin lu dimana gue khawatir," cicit gue pelan.
Gue lanjut melangkah pergi dari jembatan ini, tiba-tiba...
Tidd,
Tidd...
Suara klakson mobil terdengar dari arah belakang. Dan mobil itu berhenti tepat di samping gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
the SOMVLAK couple [END]
Romantik[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Pokoknya sekarang lo harus ikut gue, ini penting!" Tanpa permisi gue langsung menarik lengan cewek itu. "Ta-tapi!" Bantah si cewek saat gue terus menarik lengannya secara paksa. "Ini penting banget, menyangkut hidup dan mati...