Amnesia?

2.2K 140 20
                                    

.
.
.

"BERHENTI!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BERHENTI!!!"

Vina dan Amanda yang sedang jambak-jambakan satu sama lain langsung berhenti saat mendengar suara tersebut.

"Kalian kenapa malah ribut di ruang rawat bang Agam? Kalo mau ribut jangan disini, jalan raya dan lapangan juga masih luas." Ucapan Galih berhasil membuat mereka sadar.

Galih yang awalnya berdiri di ambang pintu kini berjalan menghampiri Vina.

"Kakak gak apa-apa kan?" Tanya Galih ingin memastikan bahwa Vina baik-baik saja.

Vina ngangguk kemudian tersenyum.

"Bagus kalau kakak gak ada yang sakit."

Amanda mendengus kesal melihat perlakuan Galih yang hanya menghawatirkan Vina saja. Sedangkan dirinya di anggap tidak ada oleh Galih.

Amanda memilih pergi keluar dari ruangan tersebut daripada harus melihat ke akraban antara Galih dan Vina.

"Lah kenapa tuh orang?" Tanya Vina melihat kepergian Amanda tiba-tiba.

"Biarin aja kak, lagi pula dari dulu aku gak terlalu suka sama kak Amanda yang judes itu."

"Judes gimana?"

"Ya gitu deh, pokonya aku gak suka aja."

"Oh."

"Kak rambutnya di rapihkan dulu, itu berantakan," ujar Galih seraya mengelus rambut Vina.

"Hah? Oh i-iya."

Dengan panik Vina segera berlari keluar menuju toilet untuk merapikan rambut.

Saat kembali lagi ke ruang rawat, Vina dan Galih hanya duduk di sofa saling bungkam sambil menunggu Agam sadar. Barangkali ada sebuah keajaiban yang menyembuhkan Agam dari komanya.

.

Setelah beberapa jam berlalu, perlahan jari-jari Agam mulai bergerak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan.

Vina yang awalnya mengantuk kembali semangat saat melihat kejadian itu dan segera menghampiri ranjang Agam.

"Kang," Vina mengelus permukaan tangan Agam.

"Kak, bang Agam kayaknya mulai sadar yah? Aku panggil dokter dulu ya kak."

Galih pergi mencari dokter untuk memberitahukan kabar ini.

Mata Agam mulai terbuka perlahan, sampai akhirnya dia benar-benar membuka matanya.

Agam mengedarkan pandangannya melihat sekeliling, sampai matanya terpaku pada satu objek yaitu Vina.

"Ka-kamu siapa?" Tanya Agam dengan suara parau dan masih menggunakan alat bantu pernafasan.

Jlebb!

Vina mematung di tempat saat sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Agam.

"Aku-"

"Permisi mbak boleh saya periksa dulu pasiennya?" Tanya seorang dokter lelaki muda yang kini berdiri disamping Vina, tapi dia bukan Adli.

the SOMVLAK couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang