Kabur

1.6K 127 10
                                    

Beberapa hari pun telah berlalu dengan begitu cepatnya.

Namun Vina masih belum bertemu dengan Agam ataupun Amanda.

Sebenarnya kemana mereka berdua menghilang?

Sedih? Kehilangan? Rindu? Khawatir? Itu perasaan yang Vina rasakan selama beberapa hari belakangan ini semenjak Agam hilang begitu saja.

Dan yang menemani Vina akhir-akhir ini adalah Devik.

.

"Vin ini gerimis yah?" Tanya Devik dibalik helm yang ia kenakan.

Kebetulan hari ini Devik dan Vina baru pulang dari toko buku, sebenarnya Devik yang meminta Vina untuk mengantarnya membeli beberapa buku untuk disumbangkan ke panti asuhan.

"Hah apa? Gw gak denger, suara lu keredam sama helm!" Jawab Vina agak kencang.

Baru saja Vina bicara, hujan malah turun dengan begitu derasnya membasahi mereka berdua diatas motor.

Akhirnya sebelum mereka benar-benar basah kuyup, Devik memilih berteduh disebuah kios kosong dipinggir jalan.

"Percuma aja kita berteduh, orang udah basah gini," dumel Vina seraya melepas helm yang ia pakai.

Devik juga melepas helm kemudian menyimpannya dibawah, "Gapapa lah, daripada kita sakit mending neduh dulu. Lagipula ini hujannya deres banget, gw gak bisa liat jalan." Jawab Devik yang kini tengah menggosok-gosok kedua telapak tangan supaya hangat.

"Terserah lu aja," pasrah Vina kemudian ikut menyimpan helm dibawah.

"Aduh motor gw kehujanan, mana itu baru gw cuci lagi. Ck!" Decak Devik yang melihat iba motor miliknya kehujanan didepan kios.

Vina yang mendengar Devik berdecak seperti itu hanya meliriknya sekilas dan merolling bola mata.

Hujan yang disertai angin, petir dan gemuruh membuat suasana makin mengerikan.

Jledorrr!!!

"Aaaaaaa-" teriak Vina kaget karena mendengar suara gemuruh yang begitu keras.

Tanpa disadari dengan otomatisnya Vina langsung memeluk erat Devik.

Devik membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang ia rasakan saat ini, hatinya bergetar tak karuan.

"Vina~" suara Devik pelan sambil medekap kedua pipi Vina.

"Apa?" Tanya Vina yang mendongakan kepala untuk menatap Devik.

Wajarlah karena tinggi Vina hanya sebahu Devik, jadi ia harus mendongak untuk melihat lawan bicaranya.

Cuuppp~

Satu ciuman mendarat tepat di bibir Vina.

Sedangkan Vina hanya melotot tak percaya dengan apa yang Devik lakukan.

Plak!

Satu tamparan mendarat tepat di pipi Devik. Dan itu membuat Devik melepas ciumannya dari bibir Vina.

"Aw!" Rintih Devik pelan sambil memegang pipinya yang barusan ditampar.

"Sebenarnya apa sih mau lu? Kenapa lu malah cium bibir gw? Padahal lu tahu kalo gw itu istri orang!" Ucap Vina setengah berteriak.

Tak lama Vina menetesakan air mata sambil menutup bibirnya dengan telapak tangan.

"Ma-maaf Vin. Gw gak sengaja, gw khilaf. Gw juga gak maksud kek gitu, tapi semua itu terjadi dibawah kendali gw." Terang Devik yang merasa sangat bersalah.

"Udahlah diem lu gak usah ngomong lagi!" Bentak Vina kecewa.

"Maaf Vina."

"Gw mau pulang," ucap Vina yang mulai berjalan menuju derasnya hujan.

the SOMVLAK couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang