28. Janji

1K 180 40
                                    

Sebelumnya aku kasih beberapa peringatan biar kalian nggak kena serangan kaget.

1. Chapter ini bakal puanjaaang tapi nggak panjang banget juga, jadi hati-hati bosen.

2. Tolong sekesel apa pun kalian kalo kapal kalian nggak berlayar jangan cari dukun ya :)), jangan cari alamatku di mana buat ngajak gelut. Okay? kalian komen aja di sini boleh ngehate tapi dengan bahasa yang sopan soalnya aku tuh fragile jadi harus di-handle with care :)).

3. Aku nulis panjang dan itu butuh effort jadi jangan komen next doang ya, kasih feedback soalnya aku tuh anaknya suka pundung. Kalo nggak percaya tanya aja sama Om Chanyeol.

4. Percaya sama aku, walaupun aku suka ngeprank, tapi aku berusaha membuat ending yang bisa memuaskan semua pihak--if you know what i mean.

Kalo udah baca peringatan itu, silahkan untuk membaca cerita. Pelan-pelan aja nggak usah buru-buru.

-o0o-

Rosé termenung di balkon kamarnya, tampak jelas bahwa gadis yang jarang berpikir itu tengah overthinking. Dugaan itu diperkuat dengan helaan napas yang berkali-kali ia keluarkan seolah berkata, "Gue stres. Bantu gue mikir."

"Apa gue pakai metode Om Haejin ya? Ancam pakai kekerasan?" pikir Rosé, lagi pula selama ini Haejin selalu berhasil jika menggunakan taktik itu.

Namun, bayangan bapak dosen yang pernah membanting Chanyeol hingga hampir bertemu dengan malaikat maut membuatnya mengurungkan niatnya. Bagaimana jika ia nanti dibanting lalu mati? Di sini tak ada Kabuto yang bisa menghidupkannya dengan jurus edo tensei, jadi jelas strategi menggunakan kekerasan gugur.

Rosé kembali menghela napasnya. Namun, tak lama kemudian matanya melihat Jaehyung yang tengah menelpon di kamarnya yang kebetulan berhadapan dengan kamar Rosé.

"Kak Jae!" Jaehyung membuka jendelanya dan keluar.

Ada rasa bingung ketika Rosé memanggilnya kak, pasti ada sesuatu yang diinginkan gadis licik itu.

"Apa? Tumben manggil kak?" Rosé tersenyum kecil, target pertama dikunci dia akan membuat Jaehyung illfeel dan mundur dari sayembara.

"Gue hamil." Alis Jaehyung naik sebelah.

Sementara Rosé membayangkan bahwa Jaehyung akan percaya dan benci pada Rosé. Namun, Rosé terlalu banyak berekspektasi karena nyatanya Jaehyung bukan orang yang seperti itu.

"Oh ya? Sama dong, gue juga." Rosé melongo. Bagaimana bisa Jaehyung malah menimpalinya seperti itu.

"Jaehyung! Gue serius!"

"Rosé! Gue bercanda!"

Rosé kembali menghela napas untuk sekian kali hanya dalam waktu sesingkat-singkatnya.

"Lo ngapain sih sebenernya? Gue tau lo lagi PMS, Om Chanyeol bikin story lo yang ngamuk-ngamuk gegara PMS jadi nggak mungkin lo hamil." Rosé berdecih kesal, rencananya gagal karena Chanyeol.

"Lagian kalo lo hamil juga nggak masalah. Gue siap jadi bapak." Mata Rosé melebar sempurna.

"Udah ah, kalo lo gabut mending ikut gue. Nyanyi di kafe."

"Dih ogah!" Prinsip Rosé sekarang adalah jangan menjadi Rosé yang ramah karena orang ramah banyak yang suka dan itu akan menambah beban pikiran saja. Jadi, dia harus bersikap ketus pada Jaehyung.

"Please Rosé, temen gue nggak bisa nih. Kalo lo ikut ntar apa mau lo gue turutin deh, mana dapet duit lagi." Awalnya Rosé tak begitu tertarik, tapi akhirnya Rosé ikut berkat iming-iming uang.

Take Me Out ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang