9. Kuping Merah #interview 5

2.8K 591 67
                                    

Suasana di ruang tamu keluarga Park sangat mencekam hanya karena kedatangan manusia tertua di keluarga Park. Siapa lagi jika bukan om mayor jenderal, Park Haejin yang terhormat.

Di antara para audiens yang kini duduk di bawah termasuk Toben yang baru keluar dari rumah sakit, ikut menunduk tak ada yang berani melakukan kontak mata dengan om mayor jenderal yang kalau kata Chanyeol jika melakukan eye contact selama lebih dari tujuh detik maka orang itu akan menjadi target sang abang.

"Jadi, orang keracunan bisa sesehat ini?" Seojoon menegak ludahnya, nyawanya dalam bahaya sekarang.

"Maaf Bang, aku pikir tadi Rosé yang keracunan bukan Toben," cicit Seojoon was-was jika senapan besar yang dipangku sang abang tiba-tiba di arahkan ke kepalanya. 

"Kapan kamu berubah buat nggak panikkan? Cek dulu sebelum laporan. Ngerti?"

"Iya Bang maaf." Haejin menghela napas, untung saja yang melakukan itu Seojoon yang tak mungkin berniat mengerjainnya. Jika yang melakukan Chanyeol mungkin reaksinya akan berbeda.

"Sekarang bagaimana keadaan Toben?" Toben dengan pintarnya mengonggong lalu mengibaskan ekornya. 

Rosé yang melihat itu menatap Toben kesal, anjing itu benar-benar penjilat, selalu sok manis kalo di depan Haejin dan juga Chanyeol.

"Baik Bang, untung tadi ada calon istri yang ngobatin." Rosé memutar bola matanya saat om terngeselinnya itu mengatakan bahwa Wendy adalah calon istrinya.

"Calon istri? Siapa?"

"Dokter Wendy, bolehlah kalo Abang sempet jodohin Wendy sama gue. Gue udah siap nikah."

"Emang dia mau sama kamu?" tanya Seojoon.

"Maulah, masa Chanyeol ganteng kayak gini dia nggak mau." Kepercayaan diri yang tak terkira sekali.

"Maaf-maaf nih ya Om, bukannya gue mau mematahkan hati lo, tapi Kak Wendy nggak suka banci taman lawang, dia sukanya manusia berbudi pekerti luhur macam Tong Sam Chong." Entah omongan ngawur dari mana yang baru saja dikatakan oleh Rosé.

"Rosé! Nggak boleh ngomong gitu sama Om kamu." Nasehat Haejin pada Rosé.

Melihat Rosé dinasihati dalam hati Chanyeol sedang menggelar pesta akhirnya setelah sekian purnama dia dibela juga oleh abang Mayor Jenderal.

"Tapi, apa yang dibilang Rosé benar Chan. Abang nggak bisa asal jodohin kamu kalo kamu sendiri tingkahnya masih blangsakan gini." Senyum Chanyeol langsung memudar.

Ting tong

"Assalamu'alaikum."

Bel rumah berbunyi dan kini semuanya saling berpandangan mengirim sinyal satu sama lain bahwa mereka sedang mager untuk membuka pintunya.

"Yang paling muda yang buka pintu," suruh Chanyeol yang otomatis itu merujuk pada sang keponakan tercinta.

"Nggak mau, ntar kalo yang dateng perampok gimana?" Chanyeol memutar bola matanya.

"Nggak ada perampok yang ngasih salam lebih dulu Rose!!" geram Chanyeol, keponakannya itu sangat pintar berkilah.

"Ada. Perampok sopan." Chanyeol menghela napas, baru saja ia hendak berdiri karena enggan berdebat dengan manusia bernama Rosé, Haejin sudah berdiri.

Namun, mereka yang mengira Haejin pergi ke arah pintu salah besar, bapak diktator itu menuju ke dapur mengambil air minum.

"Kok kesel ya?" kata Seojoon melihat sang kakak.

"Sana buka pintu, ntar Om tambahin saldo rekening kamu." Tentu saja Rosé akan langsung bertindak mendengar hal itu, ia tak akan munafik dia cinta uang.

Take Me Out ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang