Rosé melihat ke arah ruang yang sedang ditata oleh orang suruhan om mayor jenderal, entah untuk apa Rosé tak mengerti yang ia tahu.
Omnya sedang sibuk dan jika ia menganggu maka ia mungkin mendapatkan hukuman lari keliling kompleks bersama Chanyeol yang juga dihukum karena memecahkan semua piring yang dicuci kemarin.
Namun, jiwa penasaran Rosé yang meronta-ronta ingin tahu apa yang dilakukan omnya itu. Seakan diberi jalan oleh Tuhan, ia melihat Chanyeol yang sedang merekam om Mayor Jenderal yang mengangkat beberapa kardus.
"Om ganteng."
Semua manusia yang mengenal Chanyeol pasti tahu bahwa kelemahan lelaki itu adalah pujian apalagi jika dipuji ganteng wuh uang seratus juta pun bisa diberikan Chanyeol kepada yang memuji kalo diminta. Beruntunglah Chanyeol selama ini belum ada yang meminta uang sebanyak itu padanya.
"Iya keponakan gue yang cantik," kata Chanyeol sambil tersenyum memperlihatkan lesung di pipinya.
"Itu Om Haejin buat apa sih?" Rosé menunjuk omnya yang kini memasang alat-alat itu di meja.
"Oh buat wawancara ntar." Rosé menyengit sebentar untuk berpikir tentang wawancara apa, tapi akhirnya setelah mencari di berkas ingatannya akhirnya Rosé yang pikun itu ingat bahwa hari ini para pendaftar akan melalui tes wawancara dari om-omnya.
"Itu apa yang lagi di pegang Om Haejin?"
"Katanya alat deteksi kebohongan. Abis alat itu buat wawancara, kita harus hancurin sebelum dipake lagi," bisik Chanyeol.
"Emang kenapa?"
"Lo mau om lo yang galak itu wawancara lo juga pakai alat itu. Yakin deh sama Om Chanyeol yang ganteng ini kalo alat itu pasti dipake buat ngorek-ngorek kebohongan lo."
Rosé membuka mulutnya lalu menatap Chanyeol dengan tatapan 'om lo pinter banget'.
"Om gue nggak tahu ternyata selama ini lo pinter." Chanyeol dengan senyum cerahnya mengangguk merasa bangga dipanggil pintar.
"Chan, sini!"
Rosé sudah mulai merasakan hawa-hawa panas jadi dia memilih untuk melipir ke kamar dibandingkan harus ikut Chanyeol.
"Bang, gue belum ngasih makan Toben."
"Udah dikasih makan Rosé tadi. Cepet sini." Chanyeol meneguk ludahnya lalu berjalan ke arah sang kakak yang membaca manual book.
"Duduk!" Seperti kerbau yang dicocok hidungnya Chanyeol langsung duduk sebelum sang mayor jenderal menggunakan kekerasan.
"Taruh tangan kamu di sana. Kita perlu tahu alat ini benar berguna apa nggak," katanya dengan wajah datar tak seperti Chanyeol yang mulai mengeluarkan keringat sebesar biji jagung.
"Kita mulai."
Haejin duduk lalu menyalakan alat itu lalu melihat ke arah monitor.
"Nama kamu siapa?" tanya Haejin
"Park Chanyeol, Bang," Haejin melihat ke arah monitor dan menurut monitor Chanyeol bicara jujur. Tentu saja dia jujur jika bukan Chanyeol lalu siapa dia?
"Chanyeol, kemarin waktu cuci piring kamu sengaja pecahin piring biar nggak disuruh cuci piring lagi kan?" Keringat Chanyeol keluar makin deras, jantungnya bagai disentil malaikat hingga bunyi dag dig dugnya terdengar jelas.
"Nggak Bang, gue nggak sengaja." Haejin menatap Chanyeol tajam setelah melihat monitor.
Shit ketahuan
"Hukuman kamu ditambah sepuluh kali putaran keliling kompleks ditambah cuci piring setiap hari selama dua minggu. Ada satu piring pecah lagi, maka hukuman akan ditambah terus," kata Haejin lalu pergi dari sana sementara Chanyeol menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Out ✔
FanfictionKeinginan Roseanne keluar dari status jomblo harus terkubur saat ketiga omnya ikut campur tangan. "Jadi, kamu mau saya tembak mati atau mundur alon alon?" "Cuma bisa jajanin cimol aja berani deketin Rose, sana pergi! Dateng kalo udah bisa jajan Lamb...