42. Who is He?

862 184 21
                                    

Tiga tahun berlalu sejak terakhir kali Rose mendapat kekangan dari sang Om dalam masalah mencari kekasih. Meskipun jika dipikir-pikir mereka tak seganas dulu yang langsung memotong kontak Rose dengan lelaki. Sekarang mereka lebih fleksibel apalagi sejak Rose bekerja di dunia entertainment yang membuatnya berhubungan dengan lelaki, tapi tetap saja ada syarat dan ketentuan berlaku.

"Kak Rosé, boleh minta foto? Saya ngefans banget sama Kakak." Rosé tertawa kecil mendengar Jennie, sang pemilik butik menggodanya.

"Sure," jawab Rose kemudian berpose dengan Jennie.

"Duh saya ngefans banget sama Kakak apalagi pas nonton series kakak kemarin. Aktingnya dapet banget."

"Mbak, gue penyanyi bukan aktris." Jennie tertawa kecil kemudian ikut duduk di samping Rosé.

"Masa? Padahal banyak yang mikir lo lebih cocok jadi aktris abis liat series lo." Rose berdecak memang Jennie tak salah, dia juga kesal karena orang lebih mengenalnya sebagai Anne si bar-bar dibanding Rosé si golden voice.

"Udah nggak usah omongin itu. Gimana udah siap?" tanya Rosé pada Jennie dan dengan bangga Jennie mengangguk.

"Oke, langsung aja soalnya abis ini gue langsung ke TKP buat pastiin semuanya oke." Jennie mengangguk kemudian memandu Rosé ke ruang ganti.

"Besok bakal ada wartawan?" tanya Jennie sambil membantu Rosé memakai gaunnya.

"Nggak ada. Gue nggak mau heboh gak sakral lagi ntar acaranya." Jennie mengangguk paham sambil sesekali menusukkan jarum ke gaun Rosé untuk memperbaiki ukuran gaun yang ternyata masih kebesaran.

"Lo diet?" tanya Jennie.

"Nggak Mbak, gue stress ngurus semuanya makanya kurusan."

"Padahal udah dibantuin sama om lo ngurus semuanya." Rosé mendesah, ia rasa omnya tak banyak membantu malah ketiganya sering bertengkar karena perbedaan konsep.

"Mereka malah bikin pusing gue. Apalagi Om Chanyeol. Lo tau dia nyuruh di Bali aja pake konsep di film Crazy Rich Asian. Gila kan tuh orang," kata Rosé mengingat betapa gilanya sang Om.

"Lah baguslah, kalo lo kekurangan dana bisa kali minta sponsor. Lo udah terkenal ini."

"Lo pikir masalahnya cuma dana?"

"Apa?"

"Mempelai cowoknya sibuk banget." Rosé mematut dirinya di cermin dan jujur dia menyukai gaun yang dipesannya.

"Oke, siap gue buka ya curtain-nya." Rosé menoleh pada Jennie dengan wajah bingung, untuk apa dibuka tak ada orang yang akan melihatnya.

"Om gue nggak bisa dateng. Buat apa buka-buka ih mau pamer ke siapa? Jangan bilang lo ngundang wartawan."

"Ntar lo juga tau." Tepat setelah itu Jennie membuka curtain dan betapa kagetnya Rose melihat lelaki yang duduk di sofa dengan senyum mengembang.

"Tama!" pekik Rose kaget dia tak menyangka Taeyong datang, padahal lelaki itu mengatakan bahwa dia masih ada beberapa take untuk series barunya.

"Kok lo bisa di sini?"

"Surprise," jawab Taeyong singkat.

"Lo nggak diikutin wartawan kan?"

"Tenang aja Ne, aman." Rose memang sering dipanggil Anne oleh Taeyong sesuai dengan peran yang pernah gadis itu perankan dalam series Hopeless Love begitupun dengan Rose yang memanggil Taeyong, Tama.

"Anyway, am i pretty?"

"Beautiful. Perfect." Rose tersenyum puas dengan jawaban Taeyong.

Take Me Out ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang