38. DPR bagian 2

658 185 28
                                    

Ada harga yang harus Jiho bayar ketika ia mengkhianati seorang Roseanne dna harga itu adalah persahabatan yang terjalin cukup lama. Ia kehilangan seluruh teman dekatnya karena semuanya memihak pada Rose, dia tak tahu apa yang salah dengan hubungannya dengan Minhyun, mereka saling mencintai. Bukankah cinta tak pernah salah? Lalu kenapa dia dipersalahkan jika yang ia lakukan hanyalah mencintai Minhyun?

Bagi Jiho ini semua salah Rose, gadis itu terlalu serakah dalam hidupnya. Dia memiliki segalanya, Jiho hanya mengambil Minhyun kenapa gadis itu tak mau merelakannya saja toh Rose sudah memiliki tiga om yang akan terus menyayanginya. Ada tujuh orang yang rela bertahan untuk memperebutkan hatinya. Kenapa Rose tak mengikhlaskan Minhyun untuknya.

Namun, logika Jiho tak akan sama dengan kebanyakan orang. Sesempurna apa pun hidup orang, orang itu akan marah jika apa yang dia miliki diambil apalagi jika orang itu di tusuk dari belakang. Ada hal yang tak pernah Jiho ketahui bahwa sesungguhnya Rose akan membiarkan Minhyun bebas jika keduanya mengaku sebelum Rose merasa ditipu seperti sekarang. Sayangnya Jiho memilih untuk mengaku sebagai korban alih-alih pelakunya. Jadi, jangan salahkan Rose yang akhirnya memilih membalasnya.

Pembalasan itu tentu tak akan dilakukan oleh Rose secara langsung, dia memiliki banyak tangan yang akan melakukannya. Seperti saat ini, Jiho tengah berlari ke kelas yang ampu oleh Ji Changwook setelah mendapat telpon dari temannya yang mengatakan bahwa Jiho ketahuan melakukan TA (titip absen) padahal ia sangat yakin bahwa ia tak menitip pada siapa pun.

"Ini dia, dia datang." Jiho mengambil napas dengan kasar berkat agenda larinya.

"Langsung ke kantor kaprodi." Mata Jiho melotot kaget, ia tahu bahwa urusan TA akan sampai ke jurusan, tapi seingatnya Changwook adalah dosen yang tak akan membuat mahasiswanya sengsara. Namun, sebuah pemikiran lain sampai di kepalanya. Changwook bisa saja melakukan itu untuk membantu Rose.

"Saya nggak minta siapapun untuk menandatangani absen saya. Ini jelas saya dijebak." Changwook memasukkan tangan kirinya ke dalam celana kemudian bertanya dengan suara yang begiu dingin mengalahkan AC di dalam ruangan.

"Dijebak? Siapa?" tanya Changwook dengan kekesalan yang berkumpul di wajahnya.

"Rose." Changwook menggebrak meja hingga ada salah satu mahasiswanya yang latah karena kaget.

"Jangan asal menuduh orang, Kim Jiho! Kalo kamu salah harusnya kamu mengaku bukan menyalahkan orang lain!" Changwook memang tegas, tapi aura marahnya kali ini cukup membuat semua orang bergidik ngeri.

"Saya nggak salah Pak! Saya berani sumpah ini pasti kerjaan Rose, dia ada dendam sama saya." Changwook melempar absen ke arah Jiho.

"Baca! Apa ada Rose hadir hari ini? Beraninya kamu memfitnah orang yang bahkan tak ada di kelas ini." Jiho mengedarkan pandanganya ke dalam kelas dimana di sana sama sekali tak ditemukan Rose dan gerombolannya. Lalu, siapa yang melakukannya?

"Siapa yang akan kamu jadikan kambing hitam? " Jiho terdiam, dia masih tak habis pikir siapa yang melakukan itu jika bukan Rose? Apa mungkin Changwook sendiri yang melakukannya? Siapa tahu lelaki itu melakukannya untuk menarik simpati Rose.

"Apa bapak melakukan ini untuk Rose?" cicit Jiho pelan agar teman-teman sekelasnya tak mendengar.

"Apa kalian tahu apa yang dia katakan pada saya?" tanya Changwook pada mahasiswinya yang sedang berdoa agar mereka diijinkan untuk keluar, mereka takut.

"Dia mengatakan apa saya melakukan ini untuk Rose. Sekarang saya tanya sama kalian. Apa mungkin saya menandatangani absen ini sebelum memanggil nama kalian satu persatu?" tanya Changwook.

"Tidak Pak," jawab mereka serentak. Tentu saja tidak karena yang melakukan itu adalah lelaki di pojok ruangan yang sedang tersenyum meremehkan pada Jiho. Siapa lagi jika bukan Lee Hyunjae.

"Tidak hanya tak mengakui kesalahan, kamu juga memfitnah saya dan Rose. Apa itu pantas? Sekarang keluar, mulai saat ini kamu nggak usah datang ke kelas saya ataupun mengikuti ujian."

"Pak saya mohon Pak, saya minta maaf. Tolong jangan seperti itu Pak. Saya minta maaf."

"Baiklah, saya juga tak mungkin menghancurkan perkuliahan kamu tapi tentu kamu harus mendapat hukuman atas apa yang telah kamu lakukan Kim Jiho." Jiho tak mungkin melawan, ia tak punya kuasa.

"Mulai besok kamu harus membersihkan toilet di lantai empat sampai kamu lulus."

"Pak!" Jiho merasa bahwa itu hukuman yang tak adil.

"Kalau tak mau silahkan ke kantor kaprodi beritahu tentang kesalahan kamu. Paling beruntung kamu akan dipotong dua sks atau jika nasib kamu kurang beruntung kamu bisa dikeluarkan. Bagaimana?" Jiho sangat tahu kenapa ia bisa mengalami ini semua. Karma dari Rose sudah mendatanginya. Sekarang ia bertanya-tanya apa Minhyun juga mengalami hal yang sama.

-o0o-

"Woi Minggir lo Maling!" teriak Jaehyun dari atas motor sambil mengimbangi kecepatan motor yang dikendarai oleh Minhyun. Hal itu tentu membuat Minhyu kebingungan siapa di sini yang disebut maling oleh Jaehyun.

"Lo apa sih?" Minhyun tak kalah berteriak.

"Berhenti lo kalo nggak gue tendang motor lo!" Jaehyun masih mendalami peran sebagai manusia yang mengejar maling hingga akhirnya dia benar-benar mendang motor Jae hingga Minhyun terjatuh dengan tidak aestheticnya.

"Mau lo apa sih?'' tanya Minhyun yang kemudian mencoba untuk menonjok Jaehyun sayangnya Jaehyun cukup tangkas untuk menghindar dari serangan ngawur Minhyun yang sama seklai tak pernah dibelaki ilmu berantem oleh keluarganya. Hak itu tentu menjadi kesempatan Jaehyun untuk memukul Minhyun untuk memenuhi permintaan Eunwoo.

"Itu buat Rose yang udah lo bikin sakit hati." Jaehyun masih belum selesai, dia kembali menarik kerah Minhyun dan memukulnya sekali lagi hingga pelipisnya terluka.

"Itu buat Eunwoo yang udah lo pukul."

Jaehyun masih ingin memukul Minhyun, tapi masa sudah berdatangan untuk melerai pertengkaran mereka ddan di sana juga ada Jaehyung dan juga Eunwoo yang membaur di antara masa.

"Dia maling nih Pak, ngambil motor saya." Jaehyung membuat para kerumunan tak menyalahkan Jaehyun yang memukul Minhyun meskipun jujur mereka belum begitu puas karena MInhyun hanya mengalami sedikit luka di pelipisnya.

"Itu polisi." Eunwoo menunjuk polisi yang sedang patroli dan karena kerumunan polisi itu langsung turun. 

"Ada apa ini?" tanya pak polisi dengan suara sedalam palung mariana.

"Dia maling Pak. Bawa dia ke kantor polisi." Orang-orang mulai heboh dan meminta Minhyun untuk segera di tangkap.

"Saya nggak salah Pak, ini semua fitnah. Mereka ini cowok yang lagi deketin mantan saya. Mereka mau nyiksa saya." 

"Silahkan katakan semuanya di kantor polisi." Pak polisi itu memborgol tangan Minhyun dan membawanya masuk ke dalam mobil diikuti oleh Eunwoo sementara Jaehyun dan Jaehyung mengikuti menggunakan motor masing-masing.

"Ini bukan arah ke kantor polisi," gumam Minhyun. Dia sangat yakin bahwa arah yang di tuju adalah arah rumah Rose.

"Lo bukan polisi. Siapa lo?" tanya Minhyun dengan sedikit teriakan sementara pak polisi hanya tertawa kecil kemudian melepas topi polisi dan juga kumisnya.

"Surprise. Suka nggak sama kejutannya?"

"Lo!!" Taehyung tertawa kecil melihat wajah kesal dari Minhyun.

"Lepasin gue!" pinta Minhyun meronta-ronta hingga membuat Eunwoo harus memeganginya.

"Ntar dulu juga kita lepas. Sabar aja. Nggak sabar banget ketemu tiga malaikat maut lo." Wajah Minhyun memucat, tiga malaikat maut? Berarti dia sedang diserahkan pada tiga om Rose sekarang? Haruskah ia menulis surat wasiat sekarang?

-o0o-

udah puas belum sama agenda balas dendamnya?
belum? aduh jahat juga ya kalian wkwk. Tenang aja setelah ini kalian bakal liat cara para om bales Minhyun.


Anyway semua caranya jangan ditiru ya wkwkkw

See you.. soon

Take Me Out ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang