CHAPTER V

1.1K 148 18
                                    

05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

05

Jangan lupa beri vote kalian ya, chuuu ~











Langit berwarna hitam pekat, pun jarum jam sudah mengarah pada angka sembilan. Setelah mengunjungi Kana di rumah duka, seperti seharusnya, Max telah berada di tempat tinggalnya malam ini, bersama Zee pastinya. Mereka berdua menyewa satu rumah untuk ditinggali bersama, selain karena pertemanan yang memang sudah terjalin cukup lama, keduanya juga sepakat ingin menghemat pengeluaran biaya sewa setiap bulan.

"Opo kui, bro (apa itu, bro)?" Suara Zee yang entah darimana berhasil memecah fokus Max yang tengah memperhatikan benda ditangannya lamat-lamat.

"Ponsel." Jawabnya.

"Aku yo ngertilah bro (aku juga tau lah, bro), tapi ponsel opo (apa)?" Zee merebut ponsel model lama yang berada di genggaman Max.



Tidak salah, memang ponsel mati yang Max temukan diantara tumpukan barang bukti tadi sore.

"Kamu tidak pernah lihat ponsel yang seperti ini?" Tanya Max membuat si pemegang ponsel reflek memberikan lirikan sinisnya. Max mengabaikan dan mengambil kembali ponsel itu dari tangan Zee.

"Tapi serius, gae opo (buat apa) benda itu ada disini? Gonanmu ta (punyamu apa)?"

Max menggeleng. "Barang bukti."



Zee sontak melebarkan mata, mulutnya terbuka lalu bertepuk tangan dengan ketukan yang terdengar dramatis di telinga Max. "Serius? Max Superpol gowo (bawa) barang bukti diam-diam?"

Max melirik. "Max Nattapol!" Max membenarkan penyebutan namanya yang salah. Lalu melanjutkan bicaranya "Itu artinya kalau ada yang tau tentang ini, itu pasti bersumber darimu."

"Ndoro putri ndak tau kamu bawa ini?" Tanya Zee dan lagi-lagi Max menggeleng. "Terus opo (apa) menarike (menariknya) sampai digowo (dibawa) pulang? Kamu tau itu gone sopo (milik siapa)?"

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang